Pada bulan November 1986 silam warga
Desa Tawia, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dibuat
resah. Pasalnya, tanaman palawija dan buah-buahan milik mereka diserang oleh
babi dan binatang pengganggu lainnya. Sehingga tanaman menjadi rusak.
Buah-buahan habis di tempat. Padahal dari sanalah penghasilan warga untuk
kehidupan sehari-hari.
Namun dibalik kehadiran binatang itu
bagi Dardi (56) warga desa setempat punya cara untuk mengusir keberadaan babi
itu. Yaitu minta bantuan keluarganya Anan dan Dayat, warga Haruyan, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah (HST).
Karena mereka memiliki senapan angin
sendiri. Mereka berdua disuruh Dardi untuk menjaga kebun tanaman yang letaknya
agak jauh dari pemukiman warga. Disana ada gubuk khusus untuk tempat tinggal.
Singkat cerita, pada hari itu Anan dan
Dayat mengawasi areal kebun aneka tanaman milik pamannya itu. Karena berada
cukup jauh dari pemukiman penduduk tentulah suasana saat itu sangatlah sepi.
Sementara itu Anan berbaring di gubuk.
Dayat mondar-mandir di sekitar kebun itu untuk mengawasi kalau-kalau ada babi
yang mau menyerang tanaman itu. ” Kalau ada babi langsung kutembak biar
mampus,” pikir Dayat.
Sementara di pohon-pohon berkelebatan
beberapa ekor monyet berloncatan mencari makanan yang ada di sekitar kebun itu.
Melihat hal itu Dayat memburunya agar tidak mengarah ke kebun pamannya itu.
Tapi dasar monyet, walau sudah diburu
mereka masih nakal karena itulah lantas Dayat mau menembaknya. Lalu ia
mengambil senapan angin di gubuk. Bersamaan dengan itu Anan terbangun dari
tidur.
Ternyata dari puluhan monyet yang ada di
pohon, ada yang turun ke tanah mau menuju ke arahnya. Tak ayal lagi senapan
angin pun terpaksa diarahkan Dayat ke wajah monyet itu. Sepertinya monyet itu
lain dari pada yang lain.
” Aku bukan saja punya senapan angin.
Juga punya sebilah pisau. Jadi pergilah. Kamu tidak akan mati kalau pergi dari
sini. Tapi kalau tidak, aku tidak akan segan-segan menembak kamu. Kamu mungkin
akan mati,” ujar Dayat kepada monyet itu.
Monyet itu seperti sedang marah besar.
Perilakunya seperti binatang yang paling ganas dan sangat buas.
Akhirnya senapan itupun memuntahkan
timah panasnya dan pas mengenai kepala monyet. Darah segarpun mengucur deras.
Tapi aneh walau banyak mengeluarkan
darah monyet itu tetap tegar. Puluhan kali Dayat menembakkan senapan itu tapi
monyet tersebut masih tetap bertahan. Karena panik Dayat dan Anan mencoba
menghalau monyet itu dengan batang kayu yang ada di sekitar gubuk.
Namun untunglah, akhirnya monyet itupun
mati juga setelah Dayat dan Anan dengan gigih memeranginya. Diperkirakan monyet
itu merupakan jelmaan makhluk halus. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar