Rabu, 26 Desember 2018

Misteri Nenek Berwajah Monyet

Kamis, 27 Desember 2018

Makanya kalau melakukan sesuatu itu haruslah berhati-hati. Sehingga tidak akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan terjadi nantinya. Seperti yang dialami oleh seorang nenek yang tiba-tiba merasakan hawa panas yang menjalari tubuhnya.

Yang sangat mengagetkan ketika wajahnya seketika berubah menjadi tak enak untuk dipandang. Baik oleh diri sendiri atau orang lain. Selalu cemberut dan bermuka monyong. Juga mulutnya terasa bengkak dan sulit untuk berbicara.

Hal ini tentu saja cukup membuat panik pihak keluarganya yang tak menyangka akan terjadi hal yang seperti itu. Apalagi hal tersebut berlangsung berhari-hari. Mereka khawatir akan berkepanjangan kalau tidak segera diatasi. Namun syukurlah bisa sembuh beberapa hari kemudian.

Ceritanya berawal dari Nenek Irau (75) warga Angkinang. Walau usianya sudah termasuk renta, tapi dia masih terlihat gagah dalam beraktivitas. Mungkin saat masih muda sering menjalankan amalan supaya tetap awet muda.

Seperti biasa tiap hari pergi ke sawah. Karena hanya itulah profesi yang beliau geluti selama ini. Yang mana juga bertani merupakan mata pencaharian utama warga di desa tersebut.

Sore itu tepatnya pada pertengahan Maret 1998 silam Nenek Irau pergi ke sawah untuk membersihkan tanaman padinya yang mulai ditumbuhi gulma.

Sementara itu angin bertiup menyentuh daun-daun padi. Tengah merumput padi itulah Nenek Irau mendengar ada yang sangat gaduh. Datang dari sekitar pematang sawahnya. Pendengarannya jadi tak karuan dibuatnya. Dan memang benar ada segerombolan monyet di pematang sawahnya.

Ternyata binatang itu sedang asyik memakan buah rambutan miliknya yang saat itu sedang berbuah cukup lebat dan sudah matang. Lantas Nenek Irau ingin mengusirnya. Pertama-tama dia mengusir dengan gerakan tangan yang diikuti dengan suara.

Akan tetapi monyet-monyet yang diperkirakan berjumlah puluhan ekor itu tetap berada di pohon rambutan. Mereka terlihat tengah asyik menikmati buah rambutan itu, kemudian Nenek Irau mengambil potongan kayu dan gumpalan tanah yang ada didekatnya.

Monyet-monyet itupun dilempari beberapa kali dengan benda tadi. Tentu saja hal itu memmbuat binatang tersebut berlarian ke tempat yang lebih aman. Sementara di bawah pohon berserakan kulit rambutan beserta bijinya, sisa monyet.

Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Nenek Irau tengah melanjutkan pekerjaannya, kembali monyet itu menyerang pohon rambutan miliknya. Kembali dia dibuat pusing. Walau begitu Nenek Irau sedikit merasa bingung karena monyet itu tiba-tiba saja datang kembali ke pohon rambutan miliknya.

Padahal sebelumya jarang sekali hal itu terjadi. Apalagi ditemui monyet sebanyak itu yang berada di pematang sawahnya. Karena bingung sekaligus bosan selalu saja mengusirnya, Nenek Irau membiarkan ulah para monyet itu untuk beraksi menggerayangi tanaman miliknya. Walau begitu sesekali dia tetap mengusir binatang itu tapi hanya dengan menggunakan isyarat saja.

Singkat cerita, karena hari sudah menjelang senja nenek Irau pun beranjak pulang meninggalkan sawahnya yang berjarak kurang lebih 200 meter dari tempat tinggalnya. Sementara juga para petani yang lain juga melakukan hal yang sama.

Namun ada sebuah keanehan tatkala memandang ke arah pohon rambutan. Dimana kulit rambutan dan bijinya yang tadinya berserakan di bawah pohon rambutan miliknya tadi tidak ada lagi. Padahal sebelumnya nenek Irau yakin berserakan cukup banyak. Tapi Nenek Irau tak peduli akan hal itu, ia pun beranjak pulang ke rumah.

Pada malam hari terjadi suatu keanehan yang menimpa nenek Irau. Dia diserang hawa panas secara mendadak. Sekujur tubuhnya merasa dijalari oleh panas bara api. Hal ini mengakibatkan nenek Irau berteriak histeris meminta tolong, kadong tidak tahannya dengan rasa panas itu.

Selain itu juga yang agak aneh raut wajahnya terasa berubah. Matanya selalu terbelalak. Mulut bengkak dan susah untuk berbicara. Seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal. Hal ini terlihat sendiri di kaca lemari miliknya.

Sebuah pemandangan yang cukup menyedihkan. Sungguh sangat mengerikan sekali melihat wajahnya sendiri seperti itu. Sekilas berwajah seperti monyet. Dia menjadi malu untuk keluar rumah.

” Apakah ini ada hubungannya akibat mengusir monyet tadi sore ? ” tanya Nenek Irau kepada dirinya sendiri. Karena diakuinya baru kali itu dia melihat ada monyet sebanyak itu di pematang sawahnya.

Nenek Irau berhari-hari menderita penyakit aneh yang satu ini. Dan untunglah dia bisa sembuh sendirinya walaupun keluarganya kalang kabut menghubungi orang pintar agar penyakit Nenek Irau segera hilang.

Keluarga Nenek Irau meyakini hal ini akibat ulahnya sendiri yang telah mengusir keberadaan monyet di pohon rambutan miliknya. Diduga monyet itu bukan monyet seperti biasanya tapi merupakan jelmaan orang halus yang kerapkali mengganggu manusia.

Apalagi pematang sawah Nenek Irau letaknya cukup sunyi, jarang dilewati petani yang pergi atau pulang ke sawah. Para petani lebih memilih jalan lain ketimbang jalan pematang sawah Nenek Irau untuk menuju areal persawahan mereka, padahal lebih cepat. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)