Sore itu Fendi (30) memancing ikan di
sungai Balangan. Saat memancing, ia menggunakan rakit kayu dan mengayuhnya ke
tengah sungai agar mudah melabuhkan kail ke dalam air yang keruh. Setelah tiga
jam lamanya menunggu, tak seekor ikanpun yang memakan umpannya.
Namur Fendi tetap sabar menunggu.
Kesabarannya tak berbuah Manis. Sudah lima jam lamanya memancing, tetap juga ia
tak mendapatkan ikan. Karena hari mulai sore, Fendi pun berencana segera pulang
ke rumahnya di Paringin.
Perlahan Fendi mengayuh rakit kayunya
untuk menuju tepian sungai. Tapi saat hendak menepikan rakit kayu itu, ia kaget.
Enam meter jarak darinya, Fendi melihat dua bocah dibalik pohon jingah. Fendi
tak melihat darimana datangnya dua bocah itu. Kedua bocah itu berjalan
beriringan menuju tepian sungai. Di tepian sungai di bawah pohon jingah tak
jauh dari jembatan, keduanya langsung asyik bermain air.
Fendi yang berada di seberang sungai tak
urung keheranan. Fendi kian keheranan, karena kedua bocah berkepala gundul dan
bertelanjang dada itu tak menghiraukan dirinya yang berusaha mendekat. Fendi
mengacuhkan apa yang dilihatnya itu. Karena malam mulai menjelang, ia bergegas
pulang dan mengayuh rakit kayunya dengan cepat.
Esok harinya, setelah pulang kerja, Fendi
kembali memancing di sungai yang didatanginya kemarin. Sudah dua jam lamanya
memancing, ia kembali tak mendapatkan seekor ikanpun. Fendi mulai jenuh. Ia
kemudian mengayuh rakit kayu menuju bagian sungai yang lain.
Di lokasi itu, Fendi melabuhkan kailnya.
Pada saat bersamaan, dua bocah yang kemarin ditemuinya muncul kembali dari
balik pohon jingah. Seperti sehari sebelumnya, kedua bocah itu kembali asyik
bermain air. Sambil tertawa, mereka menyiram air ke pohon jingah.
Fendi tak menaruh curiga tentang keberadaan
dan kemunculan dua bocah yang dilihatnya itu. Namun alangkah kagetnya Fendi
ketika kedua bocah itu tiba-tiba menatap ke arahnya. Keduanya menunjukkkan raut
wajah tak senang. Tapi Fendi lebih tak senang lagi. Ia merasa, kegagalannya tak
mendapat ikan sama sekali itu karena ulah kedua bocah gundul yang terus asyik
bermain air itu. Permukaan sungai jadi bergelombang dan membuat ikan-ikan
pergi.
Fendi kemudian menegur kedua bocah itu
dengan suara keras. Kedua bocah itu tak menghiraukan tegurannya. Mereka terus
bermain air. Fendi kian marah dan terus memaki kedua bocah itu. Ia juga
berteriak sambil mendekati kedua bocah gundul itu. Fendi telah menguatkan hati.
Ia akan memukul kedua bocah yang telah membuatnya tak mendapatkan ikan itu.
Berjarak sekitar tiga meter, Fendi dan
kedua bocah itu baku tatap. Kedua bocah itu mulai terganggu dengan kehadiran
Fendi. Keduanya marah. Mata keduanya memerah. Saat Fendi mengayuh rakit
menyeberang mendekati mereka, tiba-tiba kedua bocah itu tertawa nyaring. Saat
bersamaan tubuh kedua bocah itu melayang ke udara dan hilang di antara
rerimbunan pohon jingah di pinggiran sungai Balangan.
Karena melihat bocah itu melayang di
udara, Fendi menahan rakit kayunya di tengah sungai dengan melabuhkan bambu
sebagai jangkarnya. Niatnya untuk marah berbalik jadi rasa takut. Bulu kuduknya
merinding. Ia baru menyadari telah bertemu makhluk halus penunggu sungai.
Sejak pertemuannya dengan kedua makhluk
halus yang diyakininya sebagai tuyul itu, Fendi tak lagi berani memancing ikan
di sungai Balangan.
“ Saya tak mau lagi bertemu bocah
menakutkan itu. Sungai itu ternyata menyimpan banyak misteri. Hingga kini, saya
tak berani dan tak pernah memancing di sungai Balangan lagi,” pungkas Fendi.
(ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar