Pulang dari menonton pertunjukan
tradisional mamanda di Desa Mandapai,
Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), tanpa ragu
Ramadhani Fadeli (22) melangkah melintasi jalan menyisir sungai kecil, Madan –
begitu ia biasa disapa – sudah berkali-kali lewat jalan tersebut.
Sebentar lagi setelah menikung ke kiri
ada pohon besar. Di bawah pohon itu banyak terdapat kuburan tua. Tapi sungguh,
warga Mawangi itu tidak merasa takut.
Langkahnya terus diayun, sesekali kaki
Madan terinjak lubang berlumpur, sesekali pula ia dikejutkan oleh kelepak
kelelawar yang terbang melintas di atas kepala. Dari jauh terdengar suara ber uhu-uhu berat dan monoton. ” Mungkin
suara burung malam jenis burung hantu,” pikir Madan.
Silir angin lembab menimpa rimbun daun
bambu yang banyak tumbuh di sepanjang sisi sungai membuat suara berderai-derai.
Madan bersiul-siul mencoba meredam sepi dan rasa kesendirian. Ayun langkahnya
sedikit dipercepat untuk segera sampai di rumah. Dari Desa Mandapai tempat kegiatan
mamanda dengan rumahnya di Desa
Mawangi berjarak sekitar 3 kilometer.
Tiba-tiba saja langkah kaki Madan
seperti dicegat, dan mulutnya berhenti bersiul, manakala terlihat ada seberkas
nyala terbang melintas menyeberangi sungai. Nyala kuning cukup terang itu
melintas diketinggian, kemudian menghilang karena terhalang rumpun bambu yang
rimbun.
Makhluk apakah gerangan ? Atau benda
angkasa seperti UFO atau piring terbang. Madan tertegun sejenak. Tapi, matanya
sudah terlalu berat untuk menyelidiki makhluk apa atau benda aneh itu. Lalu ia
kembali mengayun langkah dengan segera sampai di rumah. Matanya sudah tak mau
diajak kompromi, mengantuk.
Ketika Madan sedikit menikung dekat
serumpun bambu yang ranting dan daunnya lebat cukup rimbun condong ke jalan, ia
dikejutkan oleh suara teguran seseorang. Jelas sekali suara itu suara seorang
perempuan.
” Uiii,
nang bajalan saurangan. Tulungi pang, aku lagi ada masalah,” tiba-tiba saja
terdengar suara teguran bernada menghiba.
Madan berhenti melangkah. Jelas sekali
di ruang pendengaran Madan ada suara perempuan dalam bahasa Banjar, yang
maksudnya minta bantuan karena dalam kesulitan.
Serta-merta di dada Madan ada rasa
kasihan kepada seseorang begitu mendengar suara itu. Madan berputar-putar
kebingungan mencari sumber suara.
” Aku di atas batang bambu. Tolong
turunkan aku. Kasihani aku. Nanti kamu akan saya upah !” terdengar suara
memelas dari arah rimbun rumpun bambu. Aneh ! Tiba-tiba ada perasaan Madan iba
untuk melakukan sesuatu.
Madan menengadah ke puncak batang bambu
sebesar pergelangan yang condong ke jalan. Diketinggian kurang lebih sepuluh
meter Madan dapat melihat ada sebentuk kepala tanpa badan.
Namun pada bagian bawah kepala tampak
ada sesuatu terburai menjulur. Bagian yang terjulur itulah tampaknya yang
tersangkut di ranting bambu. Tanpa ada rasa ragu sedikitpun Madan lebih
mendekat mencermati makhluk yang tergantung berayun-ayun itu.
Sungguh aneh, dengan ringan langkah
Madan terus mendekat dan berpegang pada batang bambu itu. Lalu dengan sekuat
tenaga ia tarik batang bambu itu hingga lentur dan merendah, dan ujung bambu
kian mendekat hingga menyentuh tanah.
Perlahan kedua tangan Madan bekerja
menahan kuat batang bambu sambil terus mendekat ke ujung. Maka sangat jelas dipenglihatan
bentuk dan rupa makhluk itu.
” Seumur-umur baru kali ini aku melihat
makhluk se aneh begini. Makhluk itu hanya berupa kepala seorang manusia
perempuan dengan rambut tergerai, tanpa badan, ” ujar Madan.
Menurut Madan, makhluk itu isi perutnya
terburai menjulur berjuntai-juntai. Melihat wajahnya ia tampak masih muda,
berkulit putih bersih dan cantik.
Hanya saja ukuran daun telinganya lebar
melebihi telapak tangan semakin mendekat, semakin terasa oleh penciuman Madan
bau anyir darah.
” Teruslah mendekat, Ding. Betulkan bagian tubuhku yang
tersangkut membelit ranting bambu ini. Setelah itu, turunkan aku,” ujar kepala
itu berujar memelas. Mata makhluk aneh itu tampak berkedap-kedip minta
dikasihani.
Bau anyir darah terasa semakin menyengat
penciuman. Anehnya madan sedikitpun tak merasa jijik atau takut. Yang ada
hanyalah perasaan iba, dan niat tulus untuk menolong membesarkan makhluk itu
dari kesulitan.
Madan terus berusaha mendekat dan
akhirnya berhasil menggapai makhluk itu. Tanpa merasa jijik, perlahan
jari-jemari Madan melepaskan isi perut yang tersangkut di ranting bambu. Dengan
susah payah akhirnya benda lembek, basah, dan bau anyir itu berhasil dilepaskan
Madan.
Makhluk yang hanya terdiri atas kepala
dan seisi perut itu terbebas dari kesulitan perangkap ranting-ranting bambu.
Batang bambu dilepas Madan dan kembali mencuat ke ketinggian. Sedang makhluk
aneh itu dibiarkan Madan tergeletak di rerumputan. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar