Minggu, 16 Desember 2018

Menolong Kuyang

Senin, 17 Desember 2018

Pulang dari menonton pertunjukan tradisional mamanda di Desa Mandapai, Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), tanpa ragu Ramadhani Fadeli (22) melangkah melintasi jalan menyisir sungai kecil, Madan – begitu ia biasa disapa – sudah berkali-kali lewat jalan tersebut.

Sebentar lagi setelah menikung ke kiri ada pohon besar. Di bawah pohon itu banyak terdapat kuburan tua. Tapi sungguh, warga Mawangi itu tidak merasa takut.

Langkahnya terus diayun, sesekali kaki Madan terinjak lubang berlumpur, sesekali pula ia dikejutkan oleh kelepak kelelawar yang terbang melintas di atas kepala. Dari jauh terdengar suara ber uhu-uhu berat dan monoton. ” Mungkin suara burung malam jenis burung hantu,” pikir Madan.

Silir angin lembab menimpa rimbun daun bambu yang banyak tumbuh di sepanjang sisi sungai membuat suara berderai-derai. Madan bersiul-siul mencoba meredam sepi dan rasa kesendirian. Ayun langkahnya sedikit dipercepat untuk segera sampai di rumah. Dari Desa Mandapai tempat kegiatan mamanda dengan rumahnya di Desa Mawangi berjarak sekitar 3 kilometer.

Tiba-tiba saja langkah kaki Madan seperti dicegat, dan mulutnya berhenti bersiul, manakala terlihat ada seberkas nyala terbang melintas menyeberangi sungai. Nyala kuning cukup terang itu melintas diketinggian, kemudian menghilang karena terhalang rumpun bambu yang rimbun.

Makhluk apakah gerangan ? Atau benda angkasa seperti UFO atau piring terbang. Madan tertegun sejenak. Tapi, matanya sudah terlalu berat untuk menyelidiki makhluk apa atau benda aneh itu. Lalu ia kembali mengayun langkah dengan segera sampai di rumah. Matanya sudah tak mau diajak kompromi, mengantuk.

Ketika Madan sedikit menikung dekat serumpun bambu yang ranting dan daunnya lebat cukup rimbun condong ke jalan, ia dikejutkan oleh suara teguran seseorang. Jelas sekali suara itu suara seorang perempuan.

Uiii, nang bajalan saurangan. Tulungi pang, aku lagi ada masalah,” tiba-tiba saja terdengar suara teguran bernada menghiba.

Madan berhenti melangkah. Jelas sekali di ruang pendengaran Madan ada suara perempuan dalam bahasa Banjar, yang maksudnya minta bantuan karena dalam kesulitan.

Serta-merta di dada Madan ada rasa kasihan kepada seseorang begitu mendengar suara itu. Madan berputar-putar kebingungan mencari sumber suara.

” Aku di atas batang bambu. Tolong turunkan aku. Kasihani aku. Nanti kamu akan saya upah !” terdengar suara memelas dari arah rimbun rumpun bambu. Aneh ! Tiba-tiba ada perasaan Madan iba untuk melakukan sesuatu.

Madan menengadah ke puncak batang bambu sebesar pergelangan yang condong ke jalan. Diketinggian kurang lebih sepuluh meter Madan dapat melihat ada sebentuk kepala tanpa badan.

Namun pada bagian bawah kepala tampak ada sesuatu terburai menjulur. Bagian yang terjulur itulah tampaknya yang tersangkut di ranting bambu. Tanpa ada rasa ragu sedikitpun Madan lebih mendekat mencermati makhluk yang tergantung berayun-ayun itu.

Sungguh aneh, dengan ringan langkah Madan terus mendekat dan berpegang pada batang bambu itu. Lalu dengan sekuat tenaga ia tarik batang bambu itu hingga lentur dan merendah, dan ujung bambu kian mendekat hingga menyentuh tanah.

Perlahan kedua tangan Madan bekerja menahan kuat batang bambu sambil terus mendekat ke ujung. Maka sangat jelas dipenglihatan bentuk dan rupa makhluk itu.

” Seumur-umur baru kali ini aku melihat makhluk se aneh begini. Makhluk itu hanya berupa kepala seorang manusia perempuan dengan rambut tergerai, tanpa badan, ” ujar Madan.

Menurut Madan, makhluk itu isi perutnya terburai menjulur berjuntai-juntai. Melihat wajahnya ia tampak masih muda, berkulit putih bersih dan cantik.

Hanya saja ukuran daun telinganya lebar melebihi telapak tangan semakin mendekat, semakin terasa oleh penciuman Madan bau anyir darah.

” Teruslah mendekat, Ding. Betulkan bagian tubuhku yang tersangkut membelit ranting bambu ini. Setelah itu, turunkan aku,” ujar kepala itu berujar memelas. Mata makhluk aneh itu tampak berkedap-kedip minta dikasihani.

Bau anyir darah terasa semakin menyengat penciuman. Anehnya madan sedikitpun tak merasa jijik atau takut. Yang ada hanyalah perasaan iba, dan niat tulus untuk menolong membesarkan makhluk itu dari kesulitan.

Madan terus berusaha mendekat dan akhirnya berhasil menggapai makhluk itu. Tanpa merasa jijik, perlahan jari-jemari Madan melepaskan isi perut yang tersangkut di ranting bambu. Dengan susah payah akhirnya benda lembek, basah, dan bau anyir itu berhasil dilepaskan Madan.

Makhluk yang hanya terdiri atas kepala dan seisi perut itu terbebas dari kesulitan perangkap ranting-ranting bambu. Batang bambu dilepas Madan dan kembali mencuat ke ketinggian. Sedang makhluk aneh itu dibiarkan Madan tergeletak di rerumputan. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...