Kamis, 31 Mei 2018

Padaringan

Jumat, 1 Juni 2018

Budayawan muda Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Iwan Firmansyah, menyampaikan tentang kosakata Banjar yang sering didengar yakni padaringan. Menurut Iwan, begitu sapaan akrabnya, padaringan adalah sebuah tempat yang biasa digunakan untuk menyimpan beras dalam sebuah keluarga.



Padaringan sendiri dikatakan Kru Kandangan TV ini, ada bermacam bentuk, bisa dari gumbang (sejenis kendi), atau yang biasa disebut bejana, namun ada juga padaringan yang menggunakan panci besar seperti sablukan. Dijelaskan Iwan, apapun tempatnya untuk menyimpan beras selalu disebut padaringan.



Ditambahkan Iwan, kata padaringan memang sudah dipakai sejak nenek moyang orang Kalimantan Selatan yang sampai sekarang tetap dipakai. Selain itu kata padaringan juga dipakai untuk arti yang lain. Dipakai untuk pengganti kata isteri tua. Sebagai contoh kalimat “Jangan mambuang padaringan kalau mau cari istri lagi” Yang artinya kurang lebih jangan membuang isteri tua kalau mau cari isteri muda.



Lebih lanjut Iwan menuturkan, selain itu kata padaringan juga digunakan sebagai sebutan tempat usaha atau alat untuk usaha, seperti mobil, sepeda dan sepeda motor, karena padaringan adalah tempat suatu kebutuhan penting dalam keluarga. Maka tempat usaha dan sebagainya tadi diartikan dan disebut juga dengan kata padaringan. (ahu)

Bajalanan Ramadhan 1439 H Sepanjang Ahad

Jumat, 1 Juni 2018

Minggu atau hari Ahad (27/05/2018) siang bersama Fauzan Zainury, teman sepekerjaan, jalan-jalan atau bajalanan ke Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Saya ikut dibonceng naik sepeda motor. Tak ada rencana sebelumnnya, dadakan tapi harus dilaksanakan, agar senang dan bahagia.

Sebelumnya saya menghubungi Fauzan untuk ke Barabai. Saat saya datang Fauzan tidak ada di rumah, kata neneknya sedang memancing ikan di sungai. Saya cari dan bertemu, Fauzan mau membantu saya menemani ke Barabai. Saya pulang ke rumah menunggu Fauzan.

Kami shalat Dzuhur di Masjid Mubarak Birayang, Kecamatan Batang Alai Selatan. Hujan gerimis lalu ke Labung Anak. Ke tempat teman pasangan suami isteri, Hariadi dan Halimah. Berjarak sekitar 4 kilometer dari Masjid Mubarak Birayang. Sempat lupa arah menuju Labung Anak dari Tugu Birayang hingga tersesat arah Desa Limbar.

Saat tiba di depan rumah sudah ada ibu dan ayah tiri. Hariadi katanya ke Barabai, bersama isterinya. Kami menunggu beberapa jam di palatar rumah, tidak bisa masuk ke dalam rumah, karena kunci dibawa. Sekitar pukul 16.30 WITA kami pulang. Sebelumnya saya sempat potong rambut ke tetangga Hariadi, juga beri oleh-oleh kepada Hariadi berupa kerupuk Bamban.

Setelah dari Labung Anak, kami ke Pasar Barabai. Suasana kota Barabai tampak semarak dan banyak orang. Ada kemacetan di sekitar Pasar Ramadhan 1439 H. Saya beli baju muslim dan tapih. Juga obat asma di toko obat langganan. Sampai di Angkinang jelang waktu berbuka puasa. (ahu)

Rabu, 30 Mei 2018

Menikmati Malam ke 14 Ramadhan 1439 H di Barabai

Kamis, 31 Mei 2018

Selasa (29/05/2018) malam usai shalat Tarawih di Masjid Agung Riadhusshalin Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), saya dan Rizal, teman se kampung, menuju pusat kota Barabai. Kota ini berjarak sekitar 20 kilometer dari Angkinang, tempat saya tinggal.

Mencari tempat minum untuk melepas rasa dahaga dan lapar. Setelah berjalan kesana-kemari pilihan jatuh pada sebuah warung di dekat tukang jahit. Saya dulu juga pernah kesana, tapi lupa kapan waktu tepatnya.

Disana kami memesan minuman. Saya memilih teh es sementara Rizal teh hangat. Saya juga memilih tahu dan tempe bapatis. Kami merendam mie instan. Suasana warung cukup lengang, hanya beberapa pengunjung saja yang datang. Hampir sejam berada disana lalu kami beranjak ke tempat lain.

Menuju ke Pasar Barabai, rencana mencari buku, tapi karena tutup kami balik haluan ke tempat warung minuman tadi, mengambil sepeda motor yang di parkir disana. Setelah itu pulang, tak lupa singgah sebentar di sebuah kios oleh-oleh beli Apam Barabai. Setelah itu pulang ke Angkinang. (ahu)

Shalat Tarawih di Masjid Agung Riadhusshalihin Barabai

Kamis, 31 Mei 2018



Selasa (29/05/2018) malam atau malam ke 14 Ramadhan 1439 H saya bersama dengan Rizal, teman se kampung, menunaikan shalat Isya dan Tarawih di Masjid Agung Riadhusshalihin Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Saat berada disana, suasana masjid terasa sangat semarak karena banyak jamaah, baik laki-laki maupun perempuan yang akan menunaikan shalat, baik Isya maupun Tarawih di masjid kebanggaan masyarakat Murakata tersebut.

Biasanya saya menunaikan shalat Isya dan Tarawih di Langgar Al Kautsar yang tak jauh dari rumah saya, di Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Shalat Tarawih di Masjid Agung Riadhusshalihin Barabai tak jauh beda dengan di Angkinang. Yakni sebanyak 20 rakaat ditambah 3 rakaat shalat Witir.

Yang berbeda hanya pada jumlah jamaah yang cukup banyak. Saya berada di shaf kedua bagian sisi tengah. Hanya beberapa meter dari mimbar khotbah dan paimaman. Sekitar satu jam shalat Tarawih dilaksanakan. Setelah itu kami menuju pusat kota Barabai, cari warung untuk melepas dahaga. (ahu)

Kesempatan untuk Buka Puasa Bersama di Labung Anak

Kamis, 31 Mei 2018

Selasa (29/05/2018) sore dengan Rizal, teman se kampung, ke Desa Labung Anak, Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Berjarak sekitar 30 kilometer dari Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), tempat saya tinggal, ada yang sesuatu diantar ke teman kami, pasangan suami isteri, Hariadi dan Halimah.

Sekaligus kami juga buka puasa bersama di sana. Rencana ke Labung Anak di bulan Ramadhan 1439 H sudah ada, tapi karena kesibukan, baru sekarang terwujud. Adapun menu berbuka puasa sudah siap, yang dibeli di Pasar Wadai Ramadhan Ilung beberapa waktu sebelumnya. Menu tersebut ada es campur dan bingka kantang.

Hariadi dan Halimah juga menyediakan kurma, nasi putih, lalapan, dan haruan baubar. Terasa sangat nikmat berbuka bersama di tempat yang jauh dari tempat tinggal. Setelah buka puasa kami menunaikan shalat Maghrib berjamaah. Saya dan Rizal jadi ma’mum sementara Hariadi yang jadi imam.

Setelah itu saya dan Rizal pamit pulang dari rumah Hariadi, untuk menyempatkan waktu diperjalanan, mau menunaikan shalat Isya dan Tarawih di Barabai. Berjarak sekitar 8 kilometer dari Labung Anak, tepatnya ke Masjid Agung Riadhusshalihin. (ahu)

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)