Minggu, 23 Desember 2018

Jangan Berkata Mustahil

Senin, 24 Desember 2018

Di tempat gelap di bawah pohon kariwaya, Adit pernah mengucapkan keinginan dihadapan Rizka, pacarnya. Adit yang berusia tiga tahun lebih tua dari Rizka itu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Tentu saja membuat Rizka bingung.

” Riz, dengarkanlah. Aku ingin kita berdua hidup di alam gaib. Tentu kita akan hidup enak. Karena dapat hidup di dua alam. Apa saja yang kita inginkan dapat segera menjadi kenyataan.”

Saat itu mereka sedang asyik pacaran malam Minggu ketika digelar orkes dangdut dalam rangka hajatan perkawinan tetangga kampungnya. Mereka menyepi. Jadilah dibawah pohon kariwaya itu mereka berkencan ria.

***
Suasana berubah. Alam terasa aneh. Adit jadi tak karuan dan bingung menyaksikan perubahan itu. Rizka tak ada di dekatnya. Yang ada hanya lampu minyak yang bertebaran dari sudut ke sudut. Suasana cukup mencekam. Suara binatang malam makin membahana.

Sementara tak jauh dari Adit berdiri dalam kekakuan, ada sebuah bangunan tua seperti sebuah bangunan kerajaan. Adit melangkahkan kakinya.

Dingin merayapi tubuh. Suara langkah kaki Adit terdengar keras saat menginjak lantai bangunan itu. Adit berusaha membuka pintu tapi ia terkesiap kala dari dalam terdengar seperti suara air merembes dari atap jatuh ke lantai. Tiba-tiba Adit lunglai dan tak sadarkan diri.

***
Kenyamanan Adit terusik. Ia mendengar teriakan histeris yang membelah keheningan malam. Adit merasa takut mendengarnya. Apa gerangan sebenarnya yang terjadi ? Siapa itu ? Kenapa bisa terjadi ? Beragam pertanyaan lalu-lalang dibenak Adit.

” Jauh sana jangan dekati aku. Aku ingin sendiri disini. Biarlah aku yang menanggung akibat ini,” ucapnya.

Pikiran Adit pun menjadi kalut mendengarnya. Tiba-tiba matanya mendelik. Memberi harap kepada siapapun yang melihatnya. Semua yang hadir tampak diam seperti patung. Adit pun juga begitu.

Ah, alangkah beratnya waktu untuk berlalu. Malam ini untuk kesekian kalinya Adit mengikuti ritual itu. Ketegangan demi ketegangan meningkahi dari waktu ke waktu. Inikah pertanda kepada keadaan yang lebih buruk dari biasanya.

Gerimis tiba. Angin berhembus kencang turun menggoyang ranting-ranting pohon. Bumi basah. Suara binatang malam merisaukan hati. Aroma wewangian yang asing di hidung Adit menebar ke ruangan tempat mereka berada.

Kini Adit mulai limbung dan tambah pusing. Derap langkah kaki warga mulai menyembulkan keprihatinan. Adit ingin pergi dari tempat ini. Suara itu kian garang menindas kupingnya. Tapi kemana jalan keluarnya.

” Biarlah aku disini saja sendirian. Membayangkan kesenangan yang pernah kutemui sepanjang perjalanan hidupku. Tapi itu masa lalu. Bukankah masa lalu itu takkan pernah datang lagi untuk selamanya. Namun biarlah aku mengingatnya,” ujar Adit.

Orang itu bertanya kepada Adit seputar hal yang mustahil terjadi. Adit tak bereaksi, diam seribu bahasa. Pertanyaan itu justru membawa Adit ke alam mimpi. Menyelinap menuju gerbang keangkeran yang cukup menegangkan. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)