Di tempat gelap di bawah pohon kariwaya, Adit pernah mengucapkan
keinginan dihadapan Rizka, pacarnya. Adit yang berusia tiga tahun lebih tua
dari Rizka itu mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Tentu saja membuat
Rizka bingung.
” Riz, dengarkanlah. Aku ingin kita
berdua hidup di alam gaib. Tentu kita akan hidup enak. Karena dapat hidup di
dua alam. Apa saja yang kita inginkan dapat segera menjadi kenyataan.”
Saat itu mereka sedang asyik pacaran
malam Minggu ketika digelar orkes dangdut dalam rangka hajatan perkawinan
tetangga kampungnya. Mereka menyepi. Jadilah dibawah pohon kariwaya itu mereka berkencan ria.
***
Suasana berubah. Alam terasa aneh. Adit
jadi tak karuan dan bingung menyaksikan perubahan itu. Rizka tak ada di dekatnya.
Yang ada hanya lampu minyak yang bertebaran dari sudut ke sudut. Suasana cukup
mencekam. Suara binatang malam makin membahana.
Sementara tak jauh dari Adit berdiri
dalam kekakuan, ada sebuah bangunan tua seperti sebuah bangunan kerajaan. Adit
melangkahkan kakinya.
Dingin merayapi tubuh. Suara langkah
kaki Adit terdengar keras saat menginjak lantai bangunan itu. Adit berusaha
membuka pintu tapi ia terkesiap kala dari dalam terdengar seperti suara air
merembes dari atap jatuh ke lantai. Tiba-tiba Adit lunglai dan tak sadarkan
diri.
***
Kenyamanan Adit terusik. Ia mendengar
teriakan histeris yang membelah keheningan malam. Adit merasa takut
mendengarnya. Apa gerangan sebenarnya yang terjadi ? Siapa itu ? Kenapa bisa
terjadi ? Beragam pertanyaan lalu-lalang dibenak Adit.
” Jauh sana jangan dekati aku. Aku ingin
sendiri disini. Biarlah aku yang menanggung akibat ini,” ucapnya.
Pikiran Adit pun menjadi kalut
mendengarnya. Tiba-tiba matanya mendelik. Memberi harap kepada siapapun yang
melihatnya. Semua yang hadir tampak diam seperti patung. Adit pun juga begitu.
Ah, alangkah beratnya waktu untuk
berlalu. Malam ini untuk kesekian kalinya Adit mengikuti ritual itu. Ketegangan
demi ketegangan meningkahi dari waktu ke waktu. Inikah pertanda kepada keadaan
yang lebih buruk dari biasanya.
Gerimis tiba. Angin berhembus kencang
turun menggoyang ranting-ranting pohon. Bumi basah. Suara binatang malam
merisaukan hati. Aroma wewangian yang asing di hidung Adit menebar ke ruangan
tempat mereka berada.
Kini Adit mulai limbung dan tambah
pusing. Derap langkah kaki warga mulai menyembulkan keprihatinan. Adit ingin
pergi dari tempat ini. Suara itu kian garang menindas kupingnya. Tapi kemana
jalan keluarnya.
” Biarlah aku disini saja sendirian.
Membayangkan kesenangan yang pernah kutemui sepanjang perjalanan hidupku. Tapi
itu masa lalu. Bukankah masa lalu itu takkan pernah datang lagi untuk
selamanya. Namun biarlah aku mengingatnya,” ujar Adit.
Orang itu bertanya kepada Adit seputar
hal yang mustahil terjadi. Adit tak bereaksi, diam seribu bahasa. Pertanyaan
itu justru membawa Adit ke alam mimpi. Menyelinap menuju gerbang keangkeran
yang cukup menegangkan. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar