Kamis, 06 Februari 2014

PEMIMPIN

JUM'AT, 7 FEBRUARI 2014
Esai : Almin Hatta

Tak ada keunggulan suatu kelompok atas kelompok lainnya karena kekayaan dan jabatan atau hubungan kekeluargaan. Semuanya harus berjalan sesuai hukum. (Ali bin Abi Thalib).
            Karena beberapa kebijakannya dinilai menyimpang dari prinsip ajaran Islam, maka kekhalifahan Utsman bin Affan pun digoyang kiri kanan tanpa berkesudahan. Sampai akhirnya ia ditemukan tewas terbunuh di rumahnya di Madinah.
            Sebagai penggantinya, naiklah Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah Muhammad SAW. Hari-hari terakhir menjelang pengukuhan Ali sebagai khalifah keempat. Ini ternyata memunculkan ketegangan sedemikian rupa. Kaum muslimin kala itu umumnya bertanya-tanya, bagaimana gerangan sistem pemerintahan yang akan diterapkan oleh Ali. Samakah dengan sistem pemerintahan Utsman yang kemudian berakhir dengan tumbangnya yang bersangkutan.
            Pada hari kedua kepemimpinannya Ali pun berpidato di masjid Nabawi Madinah, “Saya menjamin atas apa yang saya katakana dan bertanggung jawab untuk itu,” tandasnya, membuka pidatonya.
            Jadi, Ali akan berbuat A jika telah mengucapkan A. Artinya ia akan konsisten dan konsekuen dengan kebijakannya. Ia tak akan plin-plan dan bertanggung jawab penuh atas segala hasilnya.
            Dalam kesempatan itu Ali secara tegas mengecam jalan kebatilan yang telah dipilih orang-orang sebelumnya, dan mengingatkan agar segenap kaum muslimin jangan sampai mengikuti sistem bathil tersebut.
            Selanjutnya sebagaimana diuraikan Muhammad Muhammadi dalam buku Dasthan Hai Nahjul Balaghah, dalam pidato panjang itu Ali membagi masyarakat dalam tiga golongan.
            Pertama, orang-orang yang bersegera menerima kebenaran. “Mereka inilah orang-orang yang selamat,” ujarnya.
            Kedua, orang-orang yang berlambat menerima kebenaran. Mereka masih memiliki secercah harapan untuk selamat.
            Ketiga, orang-orang yang meninggalkan jalur kebenaran. Mereka inilah yang akan jatuh ke dalam jurang.
            “Di kanan kiri terdapat jalur-jalur yang menyesatkan. Hanya jalur tengahlah yang merupakan jalan kebenaran,” tegasnya.
            Ali juga mengingatkan bahwa tak ada keunggulan suatu kelompok atas kelompok lainnya karena kekayaan dan jabatan atau hubungan kekeluargaan,” Semuanya harus berjalan sesuai hukum,” tegas Ali.
            Apa yang dikatakan Ali di atas jelas mengingatkan kepada apa yang kerap berlaku pada sepak terjang sejumlah pemimpin di zaman sekarang. Sudah jelas bahwa jalan tengahlah yang lempang, masih saja memilih jalan kelewat ke kiri atau terlalu ke kanan, sehingga  tanpa terasa menyerempet orang-orang yang berlalu lalang. Bahkan tak jarang justru berbelok di tikungan, yang jelas-jelas sangat rawan terjadi tabrakan.
            Sudah jelas bahwa pelaksanaan kepemimpinan itu ada aturannya, masih saja ada pemimpin yang nekad melanggarnya lantaran pengasuh arogansi kekuasaan atau demi mendahulukan kepentingan sanak keluarga dengan mengabaikan kemaslahatan rakyat jelata.
            Salahnya, jabatan kerap ditafsirkan sebagai kekuasaan. Karenanya kepemimpinan yang diterapkan pun tak menghiraukan kepentingan banyak orang di kiri kanan depan dan belakang. Padahal, di atas sang pejabat ada rakyat banyak selaku pemberi mandat, yang memiliki kekuasaan teramat hebat. Dan mandat itu bisa mereka raih kapan saja jika kekecewaan sudah kelewat menyesakkan dada. Di atas rakyat, ada lagi Tuhan Yang Maha Perkasa, yang setiap saat bisa memutarbalikkan nasib siapa saja : yang tadinya di atas bisa dengan gampang disungkurkannya ke strata paling bawah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jembatan MTsN 3 HSS di Desa Angkinang Selatan

 Jumat, 29 November 2024 Jembatan kayu ulin Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selatan (HSS), yang ada di RT 3 Desa Angkinang S...