Kamis, 06 Februari 2014

NASIB

JUM'AT, 7 FEBRUARI 2014
Esai : Almin Hatta

Nasib. Ooo….ya nasib, ya nasib, mengapa begini, baru pertama bercinta, sudah menderita……(Rhoma Irama).
            Nasib cuma beda tipis dengan rejeki, atau barangkali justru sama persis. Yang berbeda Cuma penulisan atau pengucapannya. Nasib bahkan bisa identik dengan rejeki. Nasib baik jadi pejabat, maka rejeki pun berlimpah ruah seperti derasnya hujan lebat.
            Tapi, nasib sendiri tak seiring sejalan dengan tinggi rendahnya pendidikan orang per orang. Nasib juga tidak selalu selaras dengan malas rajinnya orang dalam melaksanakan pekerjaan dalam memperoleh kekayaan. Karena itu, ada orang yang sebenarnya tidak pintar, tapi bisa mulus menjadi pejabat. Sebaliknya ada orang yang sudah bergelar S2 dan bahkan S3 eh malah tak kebagian jabatan apa-apa. Ada orang yang bekerja hamper 24 jam sehari tapi tak juga kunjung kaya, sementara orang lain yang kerjanya santai-santai saja justru bisa kaya raya.
            Seorang teman kuliah dulu, yang kerjanya Cuma mabuk-mabukkan tiap hari, seja dua tahun lalu dipercaya menjadi bupati pada salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Kabarnya, menurut teman kuliah lainnya, tiap kali ada urusan ke Jakarta, teman yang sudah bupati ini masih saja suka mabuk-mabukan. Setidaknya masih doyan menyeruput minuman keras. Bedanya , kalau dulu tenggengnya di kawasan kos-kosan belakang kampus, sekarang telernya di kafe atau pub hotel berbintang.
            Seorang teman lainnya yang cuma lulusan SLTA, sejak sekira enam tahun lalu dipercaya menjadi pimpinan sebuah perusahaan asuransi ternama pada kantor cabang di sebuah kota di Jawa Tengah. Padahal, dulu, prestasi sekolahnya biasa-biasa saja, orangnya pun terkesan pendiam dan bahkan pemalu pula.
            Seorang teman kecil sepermainan di kampung yang sama sekali tak pernah mengantongi ijazah SLTA, nasibnya bahkan lebih beuntung lagi. Ia tiba-tiba muncul menjadi pengusaha kaya raya setelah dengan leluasa membabat kayu di rimba belantara. Tak cukup sampai disitu, lelaki ganteng yang doyan main perempuan ini bahkan dimuliakan pula dengan diangkat menjadi anggota MPR.
            Sementara itu, seorang lulusan S2 sebuah universitas ternama di Amerika, kini Cuma kebagian jabatan kepala bidang di kantor pemerintah provinsi. Seorang lainnya yang juga lulusan S2 dari Australia, nasibnya nyaris sama saja. Tak kebagian jabatan yang pantas dibanggakan.
            Nasib, kata banyak orang, seringkali tergantung kesempatan dan juga keberanian. Seperti teman sepermainan tadi, dengan keberanian yang luar biasa dan dengan sangat tepat memanfaatkan kesempatan mengeruk kekayaan dari lebatnya hutan. Dan dengan kekayaan itulah ia begitu tepat memanfaatkan kesempatan menjadi anggota MPR yang mulia.
            Tapi, setiap pendakian pasti ada penurunan. Karena itu, seorang pengusaha hotel yang dulu kaya, kini nyaris miskin papa. Anaknya yang dulu begitu dimanjakannya, kini terpaksa bekerja serabutan yang tak jelas penghasilnya.
            Meski demikian, perjalanan nasib tak harus diratapi. Sebab, apapun yang terjadi haruslah dijalani. Karena itu, ada baiknya dibawa bernyanyi, meski syairnya masih juga menyayat hati,” Ya Nasib, ya nasib, kenapa begini….”***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jembatan MTsN 3 HSS di Desa Angkinang Selatan

 Jumat, 29 November 2024 Jembatan kayu ulin Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selatan (HSS), yang ada di RT 3 Desa Angkinang S...