Senin, 24 Februari 2014

Ksatria Mandala

Senin, 24 Februari 2014

            Mortal BX dan Mortal BY adalah dua sarana transportasi canggih yang dimiliki oleh Ksatria Mandala. Mortal (Modifikasi RIAK untuk Teknologi Asli Banjar) BX untuk jenis motor dengan bodi anti peluru. Sedangkan Mortal BY adalah jenis mobil multifungsi yang bisa digunakan di darat maupun di air.
            Sebagai putera Banua membuat Ksatria Mandala turun tangan  untuk menumpas Jaringan Teroris Banjar (JTB) dibawah pimpinan Professor Boentadh dan Jenderal Bhanganx.
            Saat Bandara Syamsudin Noor diblokir oleh JTB terpaksa Ksatria Mandala mendaratkan jet pribadinya di Bandara Warukin, Tanjung. Namun naas ketika landing pesawat itu ditembak oleh kelompok JTB yang sudah tahu akan kedatangan Ksatria Mandala dari Jerman. Akibatnya pesawat hancur berkeping-keping. Namun untunglah Ksatria Mandala berhasil menyelamatkan diri. Ia terhindar dari ancaman kematian setelah melarikan diri ke belantara Meratus.
            Mendengar tentang hancurnya pesawat jet pribadi Ksatria Mandala, Professor Boentadh sangat  gembira sekali. Keinginan untuk menguasai tanah Banjar sudah berada dalam genggaman.
            ” Mari kita rayakan kemenangan ini dengan pesta pora, ” ujar Professor Boentadh kepada Jenderal Bhanganx. Saat itu mereka sedang berada di markas JTB menyaksikan rekaman video hancurnya pesawat jet milik Ksatria Mandala. Juga saat itu hadir beberapa perwakilan divisi kontak JTB dari beberapa kawasan di Tanah Banjar. Mereka sedang bersuka ria merayakan sebuah kemenangan.
            Sementara itu Kapten Dartamian sahabat Ksatria Mandala di Jerman ketika mendengar rekannya tertembak ikut prihatin. Kapten Dartamian adalah warga Jerman keturunan Banjar. Ia pun merasa terpanggil untuk menumpas JTB.
            Ksatria Mandala ternyata terdampar di pemukiman masyarakat Dayak Meratus setelah pesawatnya ditembak kelompok JTB. Akibatnya ia mengalami luka-luka yang agak serius. Gerak tubuhnya pun menurun. Dia berupaya untuk tetap tegar. Dalam keadaan lemah ia tetap tabah melewati batu terjal yang menghambat.
            Selama berminggu-minggu ia mendapat pertolongan warga disana. Ternyata warga sangat peduli dengan nasib manusia yang sedang menderita walau bukan warga setempat sekalipun. Mereka merasa bertanggung jawab atas penderitaan yang dialami oleh Ksatria Mandala . Yang paling peduli adalah pimpinan adat setempat, Damang Karojudde. Juga isterinya, Dianx Chalemood dan seorang anak gadisnya yang berwajah rupawan, Inoer Gharyta.
            Mereka setiap saat memantau keadaan Ksatria Mandala yang terbaring di dalam Balai Batunx Batulesse yang ukurannya cukup luas dan besar. Dihuni sekitar 50 KK.
            Sementara itu juga beberapa fasilitas umum di Tanah Banjar mulai dibidik oleh JTB sebagai target pemboman. Terutama yang agak vital seperti Bandara Syamsudin Noor, Kantor Redaksi Landasan Ulin Post (Lupost), Kantor Walikota Banjarbaru, Pasar Kandangan, Hotel Sungai Kupang Palace, dan Museum Rekor Banjar.
            Sebagian anggota JTB dikerahkan untuk merampok pedagang emas di Tanah Banjar. Serta juga kantor bank swasta seperti Bank Crode International. Uangnya nanti digunakan untuk kelangsungan hidup JTB. Mereka tersebar di tiga tempat yakni di Loksado, Pantai Batakan, dan Tanah Grogot.
            Menengok bangunan markas JTB sungguh mengagumkan. Walau berada di pedalaman ternyata bangunannya sangat megah. Seperti gedung putih yang ada di Amerika Serikat. Apalagi ditunjang dengan fasilitas lengkap dan gudang persenjataan modern yang cukup lengkap. Diatas markas terdapat dua buah helikopter yang sedang parkir. Menurut perkiraan jumlah anggota JTB mencapai separo jumlah penduduk tanah Banjar. Sebagian dari mereka pernah mengikuti pelatihan di luar negeri dalam rangka menjalankan tugas.
            Malam terus merayap. Di dalam balai Ksatria Mandala masih belum tidur. Dia merasa damai disini. Walau begitu ia mencoba menghubungi keluarga dan temannya lewat sebuah IT mini yang ada disaku celana.
            Ia lebih dahulu menghubungi Paman Hatavsinx keluarganya yang ada di kota Kandangan. ” Untuk sementara kamu jangan ke Kandangan dulu. Karena suasana disini belum kondusif. JTB masih bergerilya mencari kamu,” ujar pamannya.
            Atas usul Paman Hatavsinx Ksatria Mandala untuk sementara tinggal di balai. Sekaligus memulihkan rasa sakitnya. Hubungan dengan sahabat dekatnya yang seorang fotomodel yaitu Chadda Tafharra jadi terputus. Juga dengan Guru Besar Iaphanx yang selalu mensupport dalam menjalani hidup ini.
            Professor Boentadh mengerahkan anggotanya ke kawasan Taman Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura. Disana mobil canggih di parkir. Lalu menyerbu toko-toko permata dan perhiasan lainnya. Kemudian mengambilnya dengan paksa.
            Sementara itu juga sebuah meriam temuan warga di Pasar Martapura beberapa waktu lalu juga ikut dirampas oleh anggota JTB. Padahal meriam itu oleh pihak Pemkab Banjar akan dipajang di depan Kantor Bupati setempat. Bupati Banjar sempat sewot tapi setelah tahu yang membikin olah itu Professor Boentadh Cs ia hanya diam dan membiarkan saja.
            Kehadiran JTB di tanah Banjar walau tidak mengganggu aktivitas pemerintahan dan masyarakat umum namun sedikit banyaknya cukup meresahkan.
            Di Pantai Batakan Polres Tanah Laut dibuat kelimpungan. Karena di pantai itu para nelayannya melakukan aksi pembakaran penginapan wisata. Diduga aksi para nelayan itu dikompori oleh JTB. Akibatnya pantai Batakan jadi lautan api. Tak lagi ada pemandangan indah disana yang selama ini jadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
            Sementara itu juga di Pantai Pagatan, Tanah Bumbu saat digelar pesta adat Mappanretasi ternyata diantara sekian banyak pengunjung terlihat puluhan anggota JTB ikut menyelusup disana. Mereka merencanakan untuk menggagalkan puncak pesta pantai dengan membom kawasan tersebut.
            Diduga juga para anggota JTB itu terlibat atas tewasnya 4 anggota Polsek Satui. Dimana korban sengaja ditabrak. Kijang yang ditumpangi Kapolsek dan anggotanya ditabrak dengan tronton batubara.
            JTB tidak menginginkan tanah Banjar dipimpin oleh orang luar. JTB ingin setiap jabatan penting dan strategis di tanah Banjar harus urang Banjar sendiri yang jadi pimpinannya. JTB resah kalau tanah Banjar dijajah oleh suku lain dalam segala bidang kehidupan. Lihat saja rumah makan Padang dan Jawa mendominasi setiap kota di tanah Banjar.
Kandangan, 2002-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...