Selamat datang
di Hulu Sungai Selatan. Kotak persegi panjang genjang warna kuning, punya 6
sisi. Masing-masing sisi bisa dibuat huruf diatas, kecuali sisi depan biarkan
kosong. Berarti cuma ada 5 sisi yang ada hurufnya. Bagian kosong, bila disusun
menjadi Katupat sebagai maskotnya kuliner Kandangan.
Pagelaran mamanda. Sinopsis. Sebuah kerajaan Rajawalipancawarna
diperintah oleh Maharaja Syarif Manggantar
Alam. Sudah sekian masa sang raja berumah tangga dengan permaisuri, belum juga
dikaruniai putera. Hampir-hampir raja putus asa, kemudian keluarlah
tanda-tanda. Sang permaisuri mengandung kemudian melahirkan seorang putera
mahkota dambaan seluruh anak negeri.
Sesuai dengan adat kebiasaan kerajaan, apabila putera mahkota sudah
memasuki tiga purnama setelah kelahirannya, wajib diramalkan nasib
peruntungannya di kemudian hari. Maka pada saat yang ditentukan dilaksanakanlah
hajatan kerajaan itu. Namun sungguh disayangkan, hasil ramalan sang nujum
merupakan sambaran gelagar petir disiang hari dan petaka kerajaan. Putera
mahkota sumber malapetaka di kemudian hari. Putera mahkota harus dibuang.
Maka terpaksa raja memerintahkan Hadam dengan dikawal Hulu Balang untuk
melemparkan anak malang itu ke jurang.
Dalam perjalanan ke jurang pembuangan, Hadam berunding dengan Hulu Balang
untuk menyelamatkan putera mahkota malang itu. Rencana mereka laporan ke
kerajaan nanti bahwa tugas mereka sudah dilaksanakan. Namun sebenarnya anak itu
diserahkan kepada pamandanya di Desa Bukuanin.
Utuh Giduk membesarkan Indera Sukma dengan penuh perhatian, menanamkan
ilmu agama dan pembinaan akhlak. Menurunkan berbagai ilmu kanuragan. Sehingga
jadilah Indera Sukma anak Desa Bukuanin sang pemuda cerdas tangkas dan tampan
sebagai seorang pendekar yang selalu menegakkan kebenaran dan melindungi
orang-orang lemah.
Terjadilah prahara di kerajaan Rajawalipancawarna. Syarif Manggantar Alam
mulai sakit-sakitan karena tekanan beban kelakuan para menteri dan pembantunya
yang banyak menyelewengkan baitul mal kerajaan.
Imam Perang dan Perdana Menteri adalah tokoh penyandung raja (oposisi).
Diam-diam berhubungan dengan perampok di sekitar kerajaan. Hingga akhirnya
sampailah pada puncaknya. Pusat kerajaan diserang para perampok. Ketika
kerajaan Rajawalipancawarna berada pada titik paling rawan, datanglah
serombongan pembebas yang tangguh dipimpin oleh seorang anak muda yang tampan.
Siapakah pahlawan itu ? Dia adalah Indera Sukma sang putera mahkota terbuang.
Maka jadilah ceritera Mamanda ini dengan judul : PEMBEBASAN SANG PUTERA
MAHKOTA TERBUANG. Catatan cerita ini digelar dalam 4 babakan (tu un).
Tokoh yang
berperan (rol) adalah Raja, Permaisuri, Imam Perang, Perdana Menteri, Nujum,
Hadam, Urang Tuha di Bukuanin laki bini / amban. Kapala Rampok Rola ganal
adalah Putera Mahkota. Imam Perang, Kapala Rampok / anak buah dan Putera
Mahkota harus bisa main anggar. Raja dan dua pangharapan harus bisa manambang
dalam adegan cerita. Wajir harus bisa manambang ladun.
Kelengkapan / nayaga : nayaga
nampaknya bisa dengan Ilham atau Sampuraga. Busana nampaknya ada di Pariwisata.
Kelengkapan beberapa pedang perlu dan membuat anggar beberapa bilah untuk
adegan pertarungan.
Pembagian peran pada saat arahan,
supaya masing pemegang peran bakira-kira saurang mancari kalimat improvisasi.
Raja sakira-kira gagah biar tuha, pemaisuri sakira-kira cantik biar tuha. Anak
muda tampan. Pamanda / amban Bukuanin dan Hadam komedian (bubungul pintar).
Imam Perang dan Kapala Rampok dkk vocal garang. Nujum awalnya lucu pada klimaks
harus tegas / ketus.
Teknis pertunjukan. MC mengendalikan
hiburan umum menjelang pertunjukan dengan beberapa lagu nayaga.
(Narasi-pengantar pertunjukan) Awal pertunjukan mamanda, sempritan peluit satu
kali. Gaduk dipukul, wakilan pimpinan grup masuk arena. Menyampaikan salam,
maksud penyelenggaraan dan lain-lain, perkenalan grup, judul cerita termasuk
sedikit synopsis.
(Istra) peluit 4 kali. Lagu selamat
datang, beberapa pasang penari menari joget selamat datang. (Back sound) suara
dari lawang sari, grup mamanda dari Disbudpar HSS membawakan cerita, dst.
Selamat menyaksikan. Sempritan peluit 3 kali. Tiga orang penambang Ladun masuk
arena. Nayaga irama Ladun dan tambang Ladun. Syair Ladun disesuaikan alur
cerita. (Gambaran sinopsis). Masuk cerita, dst. Catatan : Dalam pergantian
babakan / tu un bisa saja diisi dengan istra atau selingan. Apakah itu
lagu-lagu, pertunjukan keterampilan, tari-tarian, silat, dll yang namanya
istra. Asal saja dirasa-rasa istra tadi tidak mengganggu ikatan konsentrasi
penonton dengan jalinan cerita.
Babakan cerita. Tu un I. Sidang
kerajaan. Balairung istana. Peluit 2 kali. Tabuhan gaduk. Dua hulubalang masuk,
perkenalan diri dan menghias Balairungsari. Peluit 1 kali, gaduk. Wajir masuk
memeriksa hiasan hulubalang. Memberi tahu maharaja akan datang. Peluit 3 kali.
Lagu Kambang Goyang. Raja datang bersama wajir, tuanku bandara, diawali Hadam
di depan balulucu membuka lawang lawan hulubalang. Raja masuk di bawah penghormatan
silang pedang menuju meja. Wajir dan tuanku bandara mengambil tempat kiri
kanan.
Raja menyampaikan rasa syukurnya
mendapatkan putera idaman anak negeri. Memerintahkan Hadam menjemput permaisuri
dan puteranya. Gaduk, permaisuri menggendong putera mahkota usia 3 bulan dan
Hadam meminta hulu baling melaporkan kedatangannya. Permaisuri mengambil tempat
setelah raja menyapa puteranya. Raja memerintahkan hulu balang menjemput
perdana menteri. Kemudian datang. Raja memerintahkan hulubalang menjemput anggas
perdana / imam perang, kemudian datang. Di depan penjagaan hulu balang ia
menguji kesigapan anak buahnya.
Raja menerangkan maksudnya
menghimpun aparat akan adanya siding kerajaan yang akan meramalkan masa depana
anaknya. Sebelum dimulai diawali dengan hiburan kerajaan. Raja manambang lagu
raja. Dilanjutkan hulu balang lagu harapan. Raja memerintahkan hulu balang
menjemput Nujum peramal. Sempritan peluit 4 kali. Irama lucu, nujum peramal
datang. Nujum meramal isinya : putera mahkota sumber balabencana nantinya dan
harus dibuang. (tegang) Terjadi pertentangan, permaisuri yang mempertahankan
anaknya, perdana menteri yang mendukung permaisuri dan kepala pertanda
membenarkan nujum.
Tu un dua. Menitipkan putera
mahkota. Gubuk Desa Bukuanin. Sempritan peluit semua 1 kali. Gaduk. Satu
keluarga tua yang belum punya anak (mamarina hadam). Berbincang-bincang tentang
kehidupan mereka. Merindukan hadirnya anak yang tak pernah didapatkan selama
ini, sudah 30 tahunan. Bernyanyi lagu Irama Bukit Siguntang. (Baramu-dua adegan
dalam satu babak). (Mun kaya mamanda tempo doeloe bisa saja jadi sebuah babakan
penuh) Dalam perjalanan hadam dan hulu balang II, kasihan putera mahkota yang
malang jangan dibuang ke jurang. Sebaiknya dititipkan saja pada mamarinanya.
Hadam mengatakan itulah gubuk
mereka. Mereka menyambut kedatangan petugas kerajaan. Hadam dan hulubalang
bermaksud menitipkan anak untuk diasuh mereka. Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Diberi nama Indera Sukma. Hadam dan hulubalang kembali ke kerajaan. Indera
Sukma diasuh, dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Dibekali dengan berbagai
keterampilan, termasuk ilmu kanuragan.
Alaliya tutur dalang (narasi)
backsound. Wayah dipawayah, tata dipatata. Balalu tacarita salama 20 tahun Utuh
Dantat wan bininya Aluh Hantai Sari Mananti maharagu putera dapatan sapanuh
hati. Maka jadilah Indera Sukma sebagai pamuda tampan, berbudi luhur dan wani
dalam kabaikan. Abdalnya beri babakan perbincangan orangtua dan anaknya (putera
mahkota).
Tu un tiga. Perundingan perampok
menyerang kerajaan. Di hutan belantara. Semua sempritan 4 kali. Nayaga lagu Halo-Halo Bandung. Kepala rampok masuk,
kenalkan diri. Anak buahnya masuk satu persatu. Kenalkan diri. Kepala rampok
memerintahkan anak buahnya menyerang kerajaan dimana ia sudah bekerjasama dengan imam perang.
Tu un ampat. Kerajaan diserang dan
dibebaskan putera mahkota terbuang. Di balairung sari. Sempritan 1 kali untuk
raja dengan gaduk. Empat kali untuk rampok dan putera mahkota dengan Halo-Halo
Bandung. Raja dan aparat masuk. Bertutur tentang kerajaan yang lemah. Rampok
datang, bertarung dengan hulu balang. (main anggar). Hulubalang lumpuh. Imam
perang ternyata dalang persekongkolan dengan rampok. Raja ditawan. Datanglah
putera mahkota membebaskan semuanya (happy ending).
Kalau mau diisi adegan percintaan,
karena itu rumus ceritera mamanda bisa saja dibuat tut un tambahan. Walau dalam
cerita ini hanya pemanis. Tidak mempengaruhi jalan cerita. Misal perdana
menteri atau imam perang yang kesensem pada permaisuri. Permaisuripun tertarik
tapi status dan keadaan membuat mereka harus bertahan.
Rumus pertarungan anggar : I 3 x
silang 1 tusuk kanan, tangkis diri. 3 x silang 1 tusuk kiri, tangkis kanan.
Ulangi kebalikannya. II 3 x silang 1 pulas kanan, tangkis kiri. 3 x silang 1
pulas kiri, tangkis kanan. Ulangi kebalikannya. III 3 kali silang saling dorong
di ujung salut anggar. IV Bagi pemeran yang diposisikan kalah, mengangkat
ketiak tinggi-tinggi kemudian disusupkan anggar di ketiak. Permainan anggar ini
harus dilatih baik-baik karena makin cepat permainannya sangat memukau.
Pemeran : Dalang, Raja, Permaisuri,
Putera Mahkota, Wajir, Kapala Bandara, Perdana Menteri, Imam Perang, Hulubalang
I, Hulubalang II, Hadam / Jongos, Nujum, Orangtua Laki, Orangtua Bini, Kapala
Rampok, Rampok I, Rampok II, Rampok III, dst.
Catatan : apabila untuk penampilan
bagi pamandaan pemula masih mencari bentuk, mengandalkan kemampuan improvisasi
maka lebih baiknya kita pentas sepertinya sistem Opera Van Java, pakai pemandu
dalang yang ikut dalam pertunjukan. Hanya saja diperhatikan apabila sudah dalam
alur cerita tuju klimaks hendaknya dalang berhati-hati. Sistem permainan boleh saja
interaktif dengan penonton. Bisa dialog dengan mereka asal saja jangan
berlebihan. Pada adegan-adegan tegang jangan ada interaktif. Selamat bermain. (Hairin Nazrin, Sampuraga Kandangan)
Kandangan,
Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar