Senin, 24 Februari 2014

Pagelaran Mamanda di Kandangan

Selasa, 25 Februari 2014


Selamat datang di Hulu Sungai Selatan. Kotak persegi panjang genjang warna kuning, punya 6 sisi. Masing-masing sisi bisa dibuat huruf diatas, kecuali sisi depan biarkan kosong. Berarti cuma ada 5 sisi yang ada hurufnya. Bagian kosong, bila disusun menjadi Katupat sebagai maskotnya kuliner Kandangan.

Pagelaran mamanda. Sinopsis. Sebuah kerajaan Rajawalipancawarna diperintah oleh Maharaja Syarif  Manggantar Alam. Sudah sekian masa sang raja berumah tangga dengan permaisuri, belum juga dikaruniai putera. Hampir-hampir raja putus asa, kemudian keluarlah tanda-tanda. Sang permaisuri mengandung kemudian melahirkan seorang putera mahkota dambaan seluruh anak negeri.

Sesuai dengan adat kebiasaan kerajaan, apabila putera mahkota sudah memasuki tiga purnama setelah kelahirannya, wajib diramalkan nasib peruntungannya di kemudian hari. Maka pada saat yang ditentukan dilaksanakanlah hajatan kerajaan itu. Namun sungguh disayangkan, hasil ramalan sang nujum merupakan sambaran gelagar petir disiang hari dan petaka kerajaan. Putera mahkota sumber malapetaka di kemudian hari. Putera mahkota harus dibuang.

Maka terpaksa raja memerintahkan Hadam dengan dikawal Hulu Balang untuk melemparkan anak malang itu ke jurang.

Dalam perjalanan ke jurang pembuangan, Hadam berunding dengan Hulu Balang untuk menyelamatkan putera mahkota malang itu. Rencana mereka laporan ke kerajaan nanti bahwa tugas mereka sudah dilaksanakan. Namun sebenarnya anak itu diserahkan kepada pamandanya di Desa Bukuanin.

Utuh Giduk membesarkan Indera Sukma dengan penuh perhatian, menanamkan ilmu agama dan pembinaan akhlak. Menurunkan berbagai ilmu kanuragan. Sehingga jadilah Indera Sukma anak Desa Bukuanin sang pemuda cerdas tangkas dan tampan sebagai seorang pendekar yang selalu menegakkan kebenaran dan melindungi orang-orang lemah.

Terjadilah prahara di kerajaan Rajawalipancawarna. Syarif Manggantar Alam mulai sakit-sakitan karena tekanan beban kelakuan para menteri dan pembantunya yang banyak menyelewengkan baitul mal kerajaan.

Imam Perang dan Perdana Menteri adalah tokoh penyandung raja (oposisi). Diam-diam berhubungan dengan perampok di sekitar kerajaan. Hingga akhirnya sampailah pada puncaknya. Pusat kerajaan diserang para perampok. Ketika kerajaan Rajawalipancawarna berada pada titik paling rawan, datanglah serombongan pembebas yang tangguh dipimpin oleh seorang anak muda yang tampan. Siapakah pahlawan itu ? Dia adalah Indera Sukma sang putera mahkota terbuang.

Maka jadilah ceritera Mamanda ini dengan judul : PEMBEBASAN SANG PUTERA MAHKOTA TERBUANG. Catatan cerita ini digelar dalam 4 babakan (tu un).


Tokoh yang berperan (rol) adalah Raja, Permaisuri, Imam Perang, Perdana Menteri, Nujum, Hadam, Urang Tuha di Bukuanin laki bini / amban. Kapala Rampok Rola ganal adalah Putera Mahkota. Imam Perang, Kapala Rampok / anak buah dan Putera Mahkota harus bisa main anggar. Raja dan dua pangharapan harus bisa manambang dalam adegan cerita. Wajir harus bisa manambang ladun.

            Kelengkapan / nayaga : nayaga nampaknya bisa dengan Ilham atau Sampuraga. Busana nampaknya ada di Pariwisata. Kelengkapan beberapa pedang perlu dan membuat anggar beberapa bilah untuk adegan pertarungan.
            Pembagian peran pada saat arahan, supaya masing pemegang peran bakira-kira saurang mancari kalimat improvisasi. Raja sakira-kira gagah biar tuha, pemaisuri sakira-kira cantik biar tuha. Anak muda tampan. Pamanda / amban Bukuanin dan Hadam komedian (bubungul pintar). Imam Perang dan Kapala Rampok dkk vocal garang. Nujum awalnya lucu pada klimaks harus tegas / ketus.
            Teknis pertunjukan. MC mengendalikan hiburan umum menjelang pertunjukan dengan beberapa lagu nayaga. (Narasi-pengantar pertunjukan) Awal pertunjukan mamanda, sempritan peluit satu kali. Gaduk dipukul, wakilan pimpinan grup masuk arena. Menyampaikan salam, maksud penyelenggaraan dan lain-lain, perkenalan grup, judul cerita termasuk sedikit synopsis.
            (Istra) peluit 4 kali. Lagu selamat datang, beberapa pasang penari menari joget selamat datang. (Back sound) suara dari lawang sari, grup mamanda dari Disbudpar HSS membawakan cerita, dst. Selamat menyaksikan. Sempritan peluit 3 kali. Tiga orang penambang Ladun masuk arena. Nayaga irama Ladun dan tambang Ladun. Syair Ladun disesuaikan alur cerita. (Gambaran sinopsis). Masuk cerita, dst. Catatan : Dalam pergantian babakan / tu un bisa saja diisi dengan istra atau selingan. Apakah itu lagu-lagu, pertunjukan keterampilan, tari-tarian, silat, dll yang namanya istra. Asal saja dirasa-rasa istra tadi tidak mengganggu ikatan konsentrasi penonton dengan jalinan cerita.
            Babakan cerita. Tu un I. Sidang kerajaan. Balairung istana. Peluit 2 kali. Tabuhan gaduk. Dua hulubalang masuk, perkenalan diri dan menghias Balairungsari. Peluit 1 kali, gaduk. Wajir masuk memeriksa hiasan hulubalang. Memberi tahu maharaja akan datang. Peluit 3 kali. Lagu Kambang Goyang. Raja datang bersama wajir, tuanku bandara, diawali Hadam di depan balulucu membuka lawang lawan hulubalang. Raja masuk di bawah penghormatan silang pedang menuju meja. Wajir dan tuanku bandara mengambil tempat kiri kanan.
            Raja menyampaikan rasa syukurnya mendapatkan putera idaman anak negeri. Memerintahkan Hadam menjemput permaisuri dan puteranya. Gaduk, permaisuri menggendong putera mahkota usia 3 bulan dan Hadam meminta hulu baling melaporkan kedatangannya. Permaisuri mengambil tempat setelah raja menyapa puteranya. Raja memerintahkan hulu balang menjemput perdana menteri. Kemudian datang. Raja memerintahkan hulubalang menjemput anggas perdana / imam perang, kemudian datang. Di depan penjagaan hulu balang ia menguji kesigapan anak buahnya.
            Raja menerangkan maksudnya menghimpun aparat akan adanya siding kerajaan yang akan meramalkan masa depana anaknya. Sebelum dimulai diawali dengan hiburan kerajaan. Raja manambang lagu raja. Dilanjutkan hulu balang lagu harapan. Raja memerintahkan hulu balang menjemput Nujum peramal. Sempritan peluit 4 kali. Irama lucu, nujum peramal datang. Nujum meramal isinya : putera mahkota sumber balabencana nantinya dan harus dibuang. (tegang) Terjadi pertentangan, permaisuri yang mempertahankan anaknya, perdana menteri yang mendukung permaisuri dan kepala pertanda membenarkan nujum.
            Tu un dua. Menitipkan putera mahkota. Gubuk Desa Bukuanin. Sempritan peluit semua 1 kali. Gaduk. Satu keluarga tua yang belum punya anak (mamarina hadam). Berbincang-bincang tentang kehidupan mereka. Merindukan hadirnya anak yang tak pernah didapatkan selama ini, sudah 30 tahunan. Bernyanyi lagu Irama Bukit Siguntang. (Baramu-dua adegan dalam satu babak). (Mun kaya mamanda tempo doeloe bisa saja jadi sebuah babakan penuh) Dalam perjalanan hadam dan hulu balang II, kasihan putera mahkota yang malang jangan dibuang ke jurang. Sebaiknya dititipkan saja pada mamarinanya.
            Hadam mengatakan itulah gubuk mereka. Mereka menyambut kedatangan petugas kerajaan. Hadam dan hulubalang bermaksud menitipkan anak untuk diasuh mereka. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Diberi nama Indera Sukma. Hadam dan hulubalang kembali ke kerajaan. Indera Sukma diasuh, dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Dibekali dengan berbagai keterampilan, termasuk ilmu kanuragan.
            Alaliya tutur dalang (narasi) backsound. Wayah dipawayah, tata dipatata. Balalu tacarita salama 20 tahun Utuh Dantat wan bininya Aluh Hantai Sari Mananti maharagu putera dapatan sapanuh hati. Maka jadilah Indera Sukma sebagai pamuda tampan, berbudi luhur dan wani dalam kabaikan. Abdalnya beri babakan perbincangan orangtua dan anaknya (putera mahkota).
            Tu un tiga. Perundingan perampok menyerang kerajaan. Di hutan belantara. Semua sempritan 4 kali. Nayaga  lagu Halo-Halo Bandung. Kepala rampok masuk, kenalkan diri. Anak buahnya masuk satu persatu. Kenalkan diri. Kepala rampok memerintahkan anak buahnya menyerang kerajaan dimana ia  sudah bekerjasama dengan imam perang.
            Tu un ampat. Kerajaan diserang dan dibebaskan putera mahkota terbuang. Di balairung sari. Sempritan 1 kali untuk raja dengan gaduk. Empat kali untuk rampok dan putera mahkota dengan Halo-Halo Bandung. Raja dan aparat masuk. Bertutur tentang kerajaan yang lemah. Rampok datang, bertarung dengan hulu balang. (main anggar). Hulubalang lumpuh. Imam perang ternyata dalang persekongkolan dengan rampok. Raja ditawan. Datanglah putera mahkota membebaskan semuanya (happy ending).
            Kalau mau diisi adegan percintaan, karena itu rumus ceritera mamanda bisa saja dibuat tut un tambahan. Walau dalam cerita ini hanya pemanis. Tidak mempengaruhi jalan cerita. Misal perdana menteri atau imam perang yang kesensem pada permaisuri. Permaisuripun tertarik tapi status dan keadaan membuat mereka harus bertahan.
            Rumus pertarungan anggar : I 3 x silang 1 tusuk kanan, tangkis diri. 3 x silang 1 tusuk kiri, tangkis kanan. Ulangi kebalikannya. II 3 x silang 1 pulas kanan, tangkis kiri. 3 x silang 1 pulas kiri, tangkis kanan. Ulangi kebalikannya. III 3 kali silang saling dorong di ujung salut anggar. IV Bagi pemeran yang diposisikan kalah, mengangkat ketiak tinggi-tinggi kemudian disusupkan anggar di ketiak. Permainan anggar ini harus dilatih baik-baik karena makin cepat permainannya sangat memukau.            
            Pemeran : Dalang, Raja, Permaisuri, Putera Mahkota, Wajir, Kapala Bandara, Perdana Menteri, Imam Perang, Hulubalang I, Hulubalang II, Hadam / Jongos, Nujum, Orangtua Laki, Orangtua Bini, Kapala Rampok, Rampok I, Rampok II, Rampok III, dst.
            Catatan : apabila untuk penampilan bagi pamandaan pemula masih mencari bentuk, mengandalkan kemampuan improvisasi maka lebih baiknya kita pentas sepertinya sistem Opera Van Java, pakai pemandu dalang yang ikut dalam pertunjukan. Hanya saja diperhatikan apabila sudah dalam alur cerita tuju klimaks hendaknya dalang berhati-hati. Sistem permainan boleh saja interaktif dengan penonton. Bisa dialog dengan mereka asal saja jangan berlebihan. Pada adegan-adegan tegang jangan ada interaktif. Selamat bermain. (Hairin Nazrin, Sampuraga Kandangan)
Kandangan, Februari 2010
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersama Rusdiansyah (Kelas VIII MTsN 3 HSS)

 Sabtu, 23 November 2024 Dengan Rusdiansyah, atau biasa disapa Iyan, siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selata...