Kamis, 13 Februari 2014

MENGENAL TARIAN KHAS HULU SUNGAI SELATAN : TARI KANJAR / KAKANJARAN

KAMIS, 13 FEBRUARI 2014

    Tari Kanjar atau Kakanjaran adalah kesenian rakyat asli dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Tumbuh dan berkembang di pedalaman pegunungan Meratus di Kecamatan Loksado. Tari ini merupakan hiburan adat bagi suku Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan peninggalan nenek moyang mereka. Setiap penghuni Balai sejak kecil hingga dewasa terkecuali usia lanjut telah dibebani keahlian tari Kakanjaran.

    “ Tari Kakanjaran digelar pada selamatan banih ringan dan banih barat. Banih ringan adalah padi yang baru dipanen pada kelompok persawahan dengan curah hujan yang sedikit. Banih ringan merupakan jenis padi yang bisa dengan cepat dipanen. Areal ladang tempat menanam banih ringan biasanya tidak terlalu jauh dari lokasi Balai. Tanah huma tugal berpindah ini biasanya dapat ditanami padi lima tahun sekali atau lebih cepat lagi dan hasil panennya pun tidak seberapa. Banih ringan yang sudah dipanen itu adalah untuk persediaan cadangan jangka pendek oleh penduduk Balai,” tutur Aliman Syahrani, Budayawan HSS.

    Sedangkan banih barat, menurut Aliman Syahrani adalah padi tunggal pada tanah pegunungan yang bisa memakan waktu tujuh sampai sepuluh tahun sekali digarap untuk ditanami padi. Pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama dan tanggung jawab yang besar bagi seluruh penduduk Balai. Hasil huma banih barat biasanya mampu menjamin kebutuhan kelompok penghuni Balai hingga lima tahun bahkan lebih. Huma tugal digarap setahun sekali oleh penduduk Balai, hanya persawahan untuk menanam banih ringan saja yang cenderung berpindah-pindah.

    “ Seni Tari Kanjar atau Kakanjaran ini bagi penduduk Balai bermakna gerak olah tari menahan kejahatan serta membuka pintu kebahagiaan agar warga Balai sehat, gagah, berani, kuat bekerja dan mendapat hasil yang melimpah. Tari Kakanjaran dilaksanakan secara massal tua muda, seluruh penghuni Balai yang sebelumnya didahului oleh tetuha adat atau Damang sebagai pembukaan,” ujar lelaki kelahiran Datar Balimbing, Loksado, 30 Desember 1976 ini.

    Gerak tari dan tangan dalam kesibukan mengatasi segala untuk mencapai hasil anugerah Sang Dewata, sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa bagi suku Dayak di Pegunungan Meratus.

    Dikatakan oleh Aliman, tari ini masih bisa dijumpai di sejumlah Balai di Kecamatan Loksado. Seperti di Balai Papangkaan di Desa Muara Ulang. Balai Kukundu di Desa Urui. Balai Padang dan Balai Bidukun di Desa Malinau. Serta di Balai Malaris di Desa Loklahung.

    “ Tarian ini  termasuk ke dalam jenis tari tradisi. Tari ini juga terdapat dalam upacara adat Aruh Ganal atau Bawanang. Khusus dilakukan oleh kaum laki-laki. Tarian ini menggambarkan sikap persatuan dan kegotong royongan masyarakat Dayak Meratus,” pungkas Aliman Syahrani.



Kandangan, 11-03-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...