Selasa, 04 Februari 2014

PEMBERIAN

RABU, 5 FEBRUARI 2014

            Malam ini saya membaca esai Almin Hatta berjudul : PEMBERIAN. Berikut selengkapnya :
            Kelak, segala yang kalian miliki pasti akan habis terbagi. Karenanya berikan sekarang juga selagi musim memberi belum lewat bagimu, dan belum beralih tangan pada pewarismu. (Kahlil Gibran)
            Jum’at pagi, puluhan perempuan tua berpakaian kumuh berduyun-duyun datang ke sebuah rumah gedung di pusat kota. Sebagian dari perempuan tua itu menggendong anaknya, yang kondisinya tak kalah kumuhnya.
            Setelah menanti beberapa lama di beranda, muncullah nyonya rumah yang cantik jelita dengan pakaian sutera. Lalu, dari tangannya yang putih mulus mengucurlah lembaran-lembaran uang kertas ke ratusan telapak tangan keriput yang dengan setia menadahnya. Entah berapa jumlah yang diberikan ibu kaya itu, entah berapa pula yang diterima ibu-ibu papa itu. Cuma mereka yang tahu, cuma Tuhan yang tahu, cuma mentari pagi yang tahu. Yang lain  tak pernah tahu, bahkan dua satpam di depan rumah mewah itupun tak mau tahu.
            Demikianlah selalu berlangsung setiap pagi Jum’at. Entah sejak Jum’at kapan dan mungkin akan terus berlangsung hingga Jum’at entah yang kesekian. Mungkin akan berlangsung terus sampai si nyonya dermawan bosan. Mungkin sampai hartanya sudah benar-benar habis tak tersisa. Mungkin pula sampai si peminta-minta tak ada lagi yang datang menadahkan tangannya. Atau bila sang suami berhenti jadi pejabat ?
            Tapi tidak. Kegiatan memberi dan menerima tak akan pernah ada akhirnya. Sebab kekayaan seseorang tak akan pernah ada habisnya. Soalnya, keikhlasannya memberi adalah sebuah kekayaan yang tiada tara dan karena itu ia tak akan pernah berhenti memberikan kelebihan miliknya kepada orang yang sangat membutuhkannya.
            Selain itu, peminta-mintapun tak pernah ada surutnya. Sebab, selama masih ada yang disebutkannya, maka si miskin pun selalu adapula sebagai pasangannya, dan ia selalu menuntut haknya pada si kaya. Sebab, selama masih ada yang memberi pasti selalu ada yang menerimanya dengan sukarela.
            Memang, kekayaan seseorang berupa harta benda bisa saja berakhir. Kekayaan bahkan bisa habis seketika, tanpa pernah diduga. Tapi, kebiasaan memberi akan menjadi ciri yang tak bisa dipungkiri. Seberapa sedikitpun yang ia punya pasti akan diberikannya jika ada orang lain yang lebih memerlukannya.
            Selain itu, orang kaya sendiri tak akan pernah habis sepanjang masa. Sebab kekayaan dunia ini memang berlimpah ruah, yang tak akan pernah habis meski direngkuh dengan teramat buas.
            ” Sesungguhnya, yang terjadi adalah kehidupan memberi kepada kehidupan. Sedangkan kalian yang merasa diri sebagai pemberi, tidak lebih dari sekadar saksi,” ujar Kahlil Gibran.
            Bahwa ada sejumlah orang yang disebut kaya, dan yang sebagian lagi masuk golongan tak berpunya, itu hanyalah sekedar sebutan belaka. Sebab kekayaan yang sebenarnya adalah kepuasan dan keikhlasan menerima segala yang telah dan akan diberikan oleh yang Maha Kaya.
Kandangan, 27-2-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana Hijau di Sekitaran Taman Batu Sembilan Birayang HST

 Kamis, 28 November 2024 Suasana hijau lagi menyegarkan sangat terasa di sekitaran Taman Batu Sembilan Birayang, Kecamatan Batang Alai Selat...