Senin, 30 November 2020
PUISI MUHAMMAD RADI :
DI MANA BATAS PANDANGMU
(Pro: nanda Muhammad Fajar Thaliban dan Jumiati, Ruwaul Munisah dan Muhammad Fakhrurrazi Ali Ar Ridha dan semua rekan dan semua handai tolan penerus negeri ini)
Layangkan pandangmu ke batas terakhir penglihatan.
Kau lihat sejumlah layar ambruk diterjang hiu biru..?!
“Aneh, hiu-hiu bergigi besi. Tak pernah kulihat
sebelum ini..!” Orang-orang sibuk membicarakan
dalam kegemparan yang tak biasa…
“Apakah lantaran..?!”
“Ya, apakah lantaran akhir-akhir ini
kita terlalu sedikit dzikir, dan tamak
meraup kekayaan laut, sehingga Pemilik laut
marah; dikirim-Nya bala menakutkan seperti ini
pengganti berkah yang biasa kita dapatkan?”
(Nelayan-nelayan lugu bicara
tanpa mengerti)
Laut..--! (Ya, laut..--then, mendadak terasa berada
dalam genggaman ‘kekuasaan alam’ tak biasa)
“Apakah..?!” Orang-orang bertanya. “Ya, apakah..?!”
(Kau lihat rantai-rantai besi membentang di sana
tak lagi bisa dilewati setiap perahu ‘usang’
; dan salah satu ujung tiap rantai itu
menancap di jantungmu, memberat di dada?)
“Ah!”
Maka malam pun tak lagi bawakan kidung harapan…
(kendati anak-anak baru naik usia
senantiasa ‘nyanyikan
dengan suara sungguh khas mereka,
cemprang..!)
(Kandangan-Batulicin, 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar