Senin, 16 November 2020
PUISI M AMIN MUSTIKA MUDA :
DERITA SUNGAI
Kita disatukan oleh sungai-sungai yang saling pasrah.
Aku, katamu, awalnya hanya segores tinta emas. Tetapi tak
pernah mau lepas dari bayang-bayang cemas.
Dan kita, lalu membuat pembicaraan yang tak lagi bisa kita mengerti.
Betapa terasing, tetapi kita tetap harus membicarakannya.
Meski barangkali, terlalu konyol, bagimu yang terpaksa harus
melumat bibirku.
Tetapi entah kenapa? Jika akhirnya sungai itu kau campakkan
juga. Padahal kita dipaksa harus saling mencintai, semata-mata
karena derita itu sungai.
Seperti katamu, yang pernah terjaga dari mimpi-mimpi tentang
surg dan keindahan. Maka kau akan ingat warna sungai yang
sudah mengeruh, lalu barisan kapal tongkang serupa gunung
berwarna hitam melintas bagai sebuah pelangi yang menghibur
mata kita.
Dan semenjak itu, kau tak lagi pulang dengan tenang.
Maka demikianlah, selalu saja kita bertemu dalam rasa bimbang yang
menggebu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar