Selasa, 3 November 2020
[SABTU, 31 OKTOBER 2020]
>Sekitar pukul 08.30 WITA, Sabtu pagi dengan Ibu naik sepeda motor ke Panyaungan, Longawang. Berjarak sekitar 4 kilometer dari Angkinang Selatan, tempat kami tinggal. Saruan peringatan Mauldirrasul 1442 H di tempat Bapak Abdul Wahab, keluarga kami, ada hubungan dengan kakek saya dari pihak Ibu. Saat kami tiba, para undangan, khususnya pembawa syair Maulid berdatangan. Mereka berasal dari Pamangkih, HST. Saya disuruh tuan rumah untuk masuk ke dalam. Mengambil tempat di ruang belakang. Ada sekitar sejam pembacaan syair Maulid Habsyi. Undangan sebelumnya dijamu menu ringan berupa mie habang pakai telur beriris, serta teh manis, setelah itu pembacaan syair Habsyi. Usai Habsyi dan do’a, jamaah dijamu dengan berbagai menu masakan. Saya kena haruan masak balamak, nasi putih, dan teh manis. Undangan cukup banyak. Peringatan Maulidirrasul 1442 H kali ini, di tengah pandemi covid-19, tetap berlangsung, penyelenggaraannya aman-aman saja.
>Ada pembersihan pohon di belakang rumah saya sejak pagi hingga siang Sabtu. Saya ikut yang siang saja. Pagi saya saruan Maulid di Longawang dan ke tempat kerja. Pada pagi pohon yang ditebang milik keluarga (alm) H Junaidi itu, diwakili sang menantu Aam Ridha. Yakni pohon kelapa, yang sudah tua dan condong ke rumah warga sekitar. Jadi agar tak membahayakan ditebang menggunakan chainsaw, tapi tak sembarang tebang. Harus penuh dengan perhitungan supaya jatuhnya pohon saat ditebang aman. Saat siang saya ikut membantu menarik dengan tali secara bersama-sama, agar pohon yang ditebang dengan chainsaw itu tumbangnya tidak ke rumah. Ada pohon enau dua batang, dan jambu. Dengan pembersihan itu suasana di belakang rumah saya tampak terang dan karinah lingai. Nanti akan dimanfaatkan untuk ditanami ubi kayu atau tanaman bermanfaat lainnya oleh Aam Ridha. Selain saya yang ikut membantu menarik tali adalah Sufi Ria, Kacit, Amud, Azhari, dan Aam Ridha sendiri.
[AHAD, 1 NOVEMBER 2020]
>Shalat Subuh di Langgar Al Kautsar, Ahad, Imam Sufi Hj Asa, Muazin Sariansyah. Posisi saya saat shalat shaf depan kiri. Samping kanan Bandi Puspa, samping kiri H Mastur. Pakaian yang saya kenakan baju muslim biru lusuh, tapih habang, dan kopiah hitam lawas. Jamaah selain saya ada H Imi, Chamuy, Sariansyah, Rasyidi, Bandi Puspa, Yus’an, dan H Mastur.
>Usai shalat Subuh, Ahad diundang Hj Asa ke tempat Hj Isum selamatan. Pembaca Do’a Selamat H Mastur. Saya memilih menu ayam Filipina, nasi putih dan teh manis.
>Banjir di Lokpaikat, Kabupaten Tapin, yang mengenangi jalan nasional, di luar prediksi BPBD Tapin.
>Kata Lacit helikopter water boombing ternyata mengambil air dan memadamkan api pada sore Jum’at di kawasan Awang, Angkinang.
>Dinamika organisasi, ada saja kurang lebihnya yang jadi bahan masalah. Seperti mengelola tempat ibadah di kampung. Ada yang tak suka, dengan menyalahkan pengelola, mulai dari bacaan yang salah saat azan, shalat, dsb. Hingga administrasi keuangan yang tak dikelola dengan baik. Dibilang tak bermusyawarah dalam menggelar kegiatan keagamaan atau ta’mir tempat ibadah. Mudahan saja semuanya ada jalan keluar yang terbaik.
>Usai selamatan di warung Hj Isum Ahad, Sariansyah manjurung kepada saya uang Rp 20 ribu. Katanya uang beli paring untuk membuat tangguk.
>Ahad pagi hujan turun mengguyur Angkinang Selatan dan sekitarnya.
[SENIN, 2 NOVEMBER 2020]
>Mangaruk Banua-ku, kucucuk ikam sampai mati. Tahu rasa. Di Banua-ku nang bakuasa nintu pangusaha, lain Hubnur, Bupati atawa nang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar