Kiriman anak-anak Kelas IX E MTsN Angkinang
Dahulu kala, konon segala binatang pandai bercakap-cakap seperti manusia. Ketika itulah hidup berjenis-jenis ketam di pantai pulau pertam. Suatu hari, berjalan Ugui mencari makanannya dan secara tidak sengaja lewat dimuka Buan. Keduanya berbeda bentuk dan rupa. Ugui berbentuk kecil dan kerempeng. Kakinya panjang-panjang. Buan bertubuh kecil gempal kakinya pendek-pendek dan di seluruh tubuhnya ada bintik-bintik. Berjalan sangat lambat.
Ugui
berjalan sangat cepat mengais makanan dengan cepat dan rajin. “ Hei Ugui,”
bentak Buan dengan tersinggung dan iri hati dengan si Ugui karena si Ugui
dengan mudahnya mendapatkan makanan sedangkan dia belum mendapatkan rejeki
sedikitpun.
Si
Buan pun memaki si Ugui dari bangsa mana kamu. Badan kecil kerempeng lagi .
Kaki panjang-panjang seperti hantu laut. Jelek. Wk wk wk suara Buan tertawa
sangat kencang. “ Karena tidak tahan caci maki, Ugui pun pergi jauh.
Disaat
itu ia bertemu dengan burung kedidi. Burung kedidi pun menyapa Ugui. Hai sobat.
Kenapa engkau kelihatan bersedih. Kepalaku pusing sahut Ugui. Bangsa kami tidak
akur. Ketam Buan iri dengan bangsa kami karena bangsa kami sangat rajin untuk
mencari makan. Jadi itu masalahnya kata burung kedidi. Sebaiknya kamu menghadap
raja ketam. Si Ugui pun pergi menghadap raja ketam. Ugui pun menjelaskan
tentang permasalahan bangsanya itu.
Setelah
raja ketam mengetahui permasalahannya. Dipanggil ketam Buan. Dihadapan sang
raja Buan mengelak sebenarnya Ugui yang salah paduka. Untunglah disaat itu
burung kedidi datang dan bersedia menjadi saksi tentang permasalahan itu.
Burung kedidi pun menceritakan yang sebenarnya terjadi. Setelah itu raja ketam
tahu permasalahannya. Sang raja pun bicara. Hai bangsa Buan aku akan menghukum
kalian. Kalian akan hidup di perairan yang dangkal dan dalam. Sedangkan engkau
bangsa Ugui kalian akan hidup di laut dan di darat. Sampai turun temurun hingga
ke anak cucumu.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar