Oleh : Abdurrahman El Husaini
(Disampaikan pada forum Diskusi Panel Aruh Sastra
Kalimantan Selatan IX di Banjarmasin, 12 s.d 14 Oktober 2012)
Perkembangan
sastra di Kalimantan Selatan khususnya di Kabupaten Banjar tidak luput dari
peran sastrawan atau penulis karya sastra terdahulu. Baik novel, cerpen maupun
puisi. Selain telah memberi warna dalam dunia kepenulisan sastra, kehadiran
mereka juga bisa menjadi motivasi bagi generasi berikutnya. Sastrawan Kalsel
(baca Kabupaten Banjar) adalah sastrawan yang lahir di Kabupaten Banjar atau
pernah tinggal di Kabupaten Banjar. Berikut adalah nama-nama mereka yang
dicatat Tajuddin Noor Ganie dalam Antologi Biografi 599 Sastrawan Kalimantan
Selatan 1930-2011 :
1.Abdul
Karim Amar, lahir di Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 19 November 1954.
Nama aslinya Abdul Hamid Noor Riadi. Bekerja sebagai PNS di Puskesmas Kertak
Hanyar. Mulai menulis puisi sejak tahun 1970-an. Publikasi puisinya antara lain
di RRI Banjarmasin, SKH Upaya Banjarmasin, Majalah Bandarmasih Banjarmasin, dan
SKH Banjarmasin Post. Puisi-puisinya ikut dimuat juga dalam sejumlah antologi
bersama, seperti : Tamu Malam (Banjarmasin, 1992), Festival Puisi Kalimantan
(Banjarmasin, 1992), Di Merah Fajar Esok Hari (Kertak Hanyar, 2008), Do’a
Pelangi di Tahun Emas (Marabahan, 2009), Menyampir Bumi Leluhur (Tanjung,
2010), dan Kalimantan dalam Puisi Indonesia (Samarinda, 2010).
2.Abdurrahman
El Husaini, lahir di Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, 1
Januari 1965. Sarjana S2 PBSID FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Bekerja di Disbudparpora Kabupaten Banjar. Mulai menulis puisi semenjak duduk
di bangku SMP sekitar tahun 1980-an. Publikasi karya sastranya antara lain di
SKH Banjarmasin Post, Dinamika Berita (sekarang Kalimantan Post), Radar
Banjarmasin, dan Media Kalimantan. Dalam antologi bersama : Ragam Jejak Tsunami
(Balai Bahasa Medan, 2005), Taman Banjarbaru (2005), Seribu Sungai Paris Barantai
(2006), Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (2008), Menyampir Bumi Leluhur (2010),
Konser Kecemasan (2010), Akulah Musi, Bersama Penyair Nusantara V dan ASEAN
(2011), dan Requem to Rocker (2011). Menerbitkan antologi sendiri : Doa Banyu
Mata (2011), Jukung Waktu (2012), dan Air Mata Legenda (2012). Menerima Hadiah
Seni Bidang Sastra dari Gubernur Kalimantan Selatan (2008) dan Hadiah Asta
Prana dari Lembaga Adat Kesultanan Banjar.
3.Adjim
Arijadi, lahir di Mali-Mali, Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalsel, 7 Juli
1940. Lulusan ASDRAFI Yogyakarta ini banyak menulis puisi, cerpen, esai, naskah
drama dan naskah sinetron sejak 1966. Publikasi karya sastranya antara lain di
SKH Duta Masyarakat Yogyakarta (Pengasuh Rubrik Duta Budaya), SKH Pelopor
Yogyakarta, SKH Masa Kini Yogyakarta, SKH Suara Kalimantan Banjarmasin, SKH
Banjarmasin Post, SKM Media Masyarakat, Majalah Bandarmasih Banjarmasin, SKH
Radar Banjarmasin. Antologi puisinya yang sudah terbit antara lain dalam
antologi bersama Kapal Lautku (Banjarmasin, 2006), Jejak Berlari (Banjarmasin,
1972), Air Bah (Banjarmasin, 1972), Panorama (Banjarmasin, 1974), Dengar Bicara
Kami (Banjarmasin, 1984), Terminal (Banjarmasin, 1984), Festival Puisi Kalimantan
(Banjarmasin, 1992), Ritus Kata dan Ritus Warna (Yogyakarta, 1994), Jendela
Tanah Air (Banjarmasin, 1995), Tadarus Puisi (Banjarmasin, 1996), Sajak-Sajak
Kemerdekaan (Banjarmasin, 2006), Seribu Sungai Paris Barantai (Kotabaru, 2006).
Tanggal 1 November 1967, Adjim Arijadi dan kawan-kawannya mendirikan Kelompok
Studi Seni Sanggar Budaya Banjarmasin. Adjim Arijadi juga menjadi penulis
naskah drama dan pelatih drama di Sanggar Budaya Banjarmasin. Menerima Hadiah
Seni Bidang Drama dari Gubernur Kalsel, Soebarjo Soerjosaroso. Naskah drama
yang sudah dipentaskan diberbagai panggung pertunjukkan selama kurun waktu
1963-2007 sangat banyak, antara lain Haram Manyarah (1963), Demang Lehman
(1964), Laki-Laki di Rumah Itu (1964), Bulan Emas di Jendela Kakek (1967),
Titik Embun di Sahara (1970), Batu Intan (1971), Matahari Malam (1974),
Luka-Luka (1975), Istana Kertas Putih (1979), Masjid (1979), Perang Banjar
Hampir Berakhir (1980), Halilintar Perang Banjar (1980), Sampah Negeri (1982),
Terbelenggu (1983), Sembilu Haram Manyarah (1983), Bumi Kereta (1988), Saruni
(1989), Pesta Jodoh (1990), Engken Barajut (1990), Kosong-Kosong (1995),
Langkah-Langkah Pahlawan Kita (1997), Pratala Kara Markara (2000), Kicaka di
Negara (2002). Naskah sinetron yang sudah ditayangkan di TVRI Banjarmasin dan
TVRI Jakarta antara lain Lambung Mangkurat (6 episode), Junjung Buih (6
episode), dan Dokter Hayati (6 episode).
4.Ahmad
Fahrawi, lahir di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel, 22 November
1954. Sering menggunakan nama pena Era Nove Marquesa (ENM). Lulusan SMA Negeri
Barabai. Bekerja sebagai PNS di Balai Informasi Pertanian (BIP) Banjarbaru.
Tinggal di Martapura. Mulai menulis puisi sejak tahun 1980-an. Puisinya
dipublikasikan di SKH Banjarmasin Post, Media Masyarakat Banjarmasin, Pelita,
Terbit, majalah Amanah, majalah Kartini, majalah Sarinah, majalah Sastra
Horison (semuanya media cetak yang terbit di Jakarta), dan di majalah Bahana
Bandar Sri Begawan. Antologi puisinya Jala Yang Ditebar (Martapura, 1981), Aku
Ingin Mencari Kata Dalam Sajak (Banjarmasin, 1982). Dalam antologi bersama puisinya
dimuat : Dahaga B.Post 1981 (Banjarmasin, 1982), Antologi Puisi Asean
(Denpasar, 1983), Siklus Lima Penyair Kalsel (Banjarmasin, 1983), Elite Penyair
Kalsel (Banjarmasin, 1985), Puisi Indonesia 9 (DKJ, TIM Jakarta 1987), Selagi
Ombak Mengejar Pantai 6 (Selangor, 1989), Festival Puisi XII (Surabaya, 1990),
Festival Puisi Kalimantan (Banjarmasin, 1992), Sungai Masa Lalu (Banjarmasin,
1999), La Ventre de Kandangan (2004), Pendulang Hutan Pinus dan Hujan bersama M
Rifani Jamhari (Banjarbaru, 2004), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (Samarinda,
2011), Kapalpun Bertolak (Novelet Majalah Kartini Jakarta). Menerima Hadiah Seni
dari Gubernur Kalsel Mistar Tjokrokoesoemo. Meninggal di Martapura, 15 Juni
1990 dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanjung Rema Darat Martapura. Biografi
kesastrawanannya dimuat dalam Leksikon Susastra Indonesia (Pamusuk Eneste,
2001), Sketsa Sastrawan Kalimantan Selatan (Jarkasi dan Tajuddin Noor Ganie,
Balai Bahasa, 2001), Ensiklopedi Sastra Indonesia (Hasanuddin WS dkk, 2007),
dan Ensiklopedi Sastra Kalimantan Selatan (Balai Bahasa Banjarmasin, 2008).
5.Ahsani
Taqwiem, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 23 Mei 1989. Sarjana S1
PBSID FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Mulai dikenal sebagai
sastrawan Kalsel sejak tahun 2008. Puisinya dimuat dalam antologi bersama
Ziarah Pelangi Balangan Menari (Paringin, 2008), Sehelai Kanvas Sepasang Bola
Mata (PBSID FKIP Unlam Banjarmasin, 2009), Balian Jazirah Anak Ladang (Barabai,
2011).
6.Aria
Patrajaya, lahir di Banjarmasin, Kalsel, 8 Mei 1962. Sarjana S1 PBSID FKIP
Unlam Banjarmasin. Bekerja sebagai PNS, guru SMP Negeri 1 Kertak Hanyar. Mulai
menulis puisi, cerpen, esai sastra sejak tahun 1990-an. Publikasi karya
sastranya antara lain di SKH Banjarmasin Post, Tabloid Wanyi Banjarmasin. Puisinya
diikutkan dalam antologi bersama Festival Puisi Kalimantan (Banjarmasin, 1992),
Di Merah Fajar Esok Hari (Kertak Hanyar, 2008), Konser Kecemasan (Banjarmasin,
2010), Manyanggar Banua (Tanjung, 2010).
7.Dina
Rasya Umami, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 29 Juli 1991. Mulai
menulis cerpen sejak tahun 2000-an. Cerpennya dimuat dalam antologi puisi dan
cerpen bersama Darah Penanda (Banjarbaru, 2008).
8.Eddy
Wahyudin, SP, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 20 April 1957. Mulai
menulis puisi, cerpen, esai sastra dan naskah drama sejak tahun 1980-an.
Publikasi puisi di RRI Banjarmasin, Banjarmasin Post, Dinamika Berita, Media
Masyarakat, Swadesi Jakarta, Tabloid Wanita Indonesia, Majalah Cerita Jakarta,
Majalah Semangat Jakarta, Yogya Post, Kedaulatan Rakyat Jogjakarta, Suara
Merdeka Semarang, Bali Post, Majalah Cak Denpasar, SKH Nusa Tenggara Mataram,
Radio Jerman. Antologi puisinya Tek Nong (Banjarmasin, 1990), Ketika Bulan
Jatuh (Banjarmasin, 1991), Epigram Rindu (Banjarmasin, 1992), Titisan Alif
(Banjarmasin, 1992), Gerhana Separuh Bayang (Banjarmasin, 1992), Ampas
(Banjarmasin, 1993), Angin Tutus (Banjarmasin, 1994), dan Ulat Daun
(Banjarmasin, 1994). Antologi bersama puisinya dimuat dalam : Sigra Milir 1
(Yogyakarta, 1980), Sigra Milir 2 (Yogyakarta, 1981), Bunga Rampai Puisi
Pariwisata Indonesia (Jakarata, 1991), Festival Puisi Indonesia XII (Surabaya,
1992), Tamu Malam (Banjarmasin, 1992), Festival Puisi Kalimantan (Banjarmasin,
1992), Festival Puisi XIII (Surabaya, 1994), Tabur Bunga (Blitar, 1995),
Kebangkitan Nusantara II (Malang, 1995), Jendela Tanah Air (Banjarmasin, 1995),
Wasi (Banjarmasin, 1999), Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (Paringin, 2008), dan
Konser Kecemasan (Banjarmasin, 2010).
9.Fitri
Jamilah, lahir di Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 29 November 1973.
Sarjana S1 Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Bekerja sebagai PNS, guru di SMP Negeri 2 Kertak Hanyar. Mulai menulis puisi
sejak tahun 2000-an. Puisinya dimuat dalam antologi bersama Di Merah Fajar Esok
Pagi (Kertak Hanyar, 2009) dan Menyampir Bumi Leluhur (Tanjung, 2010).
10.Gutri,
lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 24 Februari 1982. Sarjana S1 FKIP
Unlam Banjarmasin. Bekerja sebagai guru SMP Negeri 2 Marabahan. Mulai menulis
puisi sejak tahun 2000-an. Antologi puisi bersama yang ikut
memuat puisi-puisinya antara lain di Ije Jela Bersastra di Tahun Emas
(Marabahan, 2009), dan Nyanyian Akar Rumput Pengakuan Ikhlas Pulang Ziarah
(Marabahan, 2009).
11.HE
Benyamine, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel. Tinggal di Banjarbaru.
Mulai dikenal sebagai sastrawan Kalsel sejak puisinya ikut dimuat dalam
antologi puisi dan cerpen bersama Balian Jazirah (Barabai, 2011).
12.Imraatul
Jannah, lahir di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel, 2 Mei 1982.
Sering menggunakan nama pena Annisa. Santriwati Pondok Pesantren Darussalam
Martapura. Mulai menulis puisi dan cerpen sejak tahun 2000-an. Publikasi puisi
dan cerpennya antara lain di Radar Banjarmasin dan Tabloid Serambi Ummah
Banjarmasin. Antologi puisi tunggalnya yang sudah diterbitkan adalah Epilog
Hari Ini (Martapura, 2000). Dalam antologi bersama : Potret Tiga Warna
(Banjarbaru, 2000), Narasi Matahari (Banjarbaru, 2002), Narasi Kota 24 Jam
(Banjarbaru, 2003), Bulan Ditelan Kutu (Banjarbaru, 2004), Bumi Menggerutu
(Banjarbaru, 2005), Malaikat Langit (Banjarbaru, 2006), Kau Tidak Pernah Tahu
Rahasia Sedih Tak Tersebab (Kotabaru, 2006), Kugadaikan Luka (Banjarbaru,
2007), Malaikat Hutan Bakau (Banjarbaru, 2008), Do’a Pelangi di Tahun Emas (Marabahan,
2009), dan Konser Kecemasan (Banjarmasin, 2010).
13.Jarkasi,
lahir di Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 30 Mei 1960. Sarjana S1 dan
S2 PBS FKIP Unlam Banjarmasin. Bekerja sebagai Dosen PBS FKIP Unlam Banjarmasin.
Mulai menulis puisi, cerpen dan esai sastra
sejak 1980-an. Publikasi karyanya antara lain di Banjarmasin Post, Radar
Banjarmasin, Tabloid Wanyi Banjramsin, Tabloid Serawak. Antologi cerpennya
Suara-Suara Burung. Buku-bukunya Struktur Lamut (1996), Karakyer Tokoh Idaman
Cerpen Banjar Modern (1999), Kajian Prosa Fiksi dan Drama (1999), Retorika
Pantun dalam Sistem Kritik Masyarakat Banjar (2001), dan Mamanda dari
Tradisional ke Kesenian Populer (2004). Hasil pemikirannya tentang sastra
Banjar ikut dimuat dalam buku berjudul Sastra Banjar Kontekstual (Banjarmasin,
2006). Jum’at, 27 Agustus 2010, pukul 21.30 WITA, meninggal dunia di Kertak
Hanyar, Kabupaten Banjar.
14.Kalsum
Bergis, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 21 Agustus 2008. Alumni
Institut Kesenian Jakarta. Mulai dikenal sebagai sastrawan Kalsel sejak 2011.
Puisinya ikut dimuat dalam antologi bersama Seloka Bisu Batu Benawa (Barabai,
2011). Antologi puisinya yang sudah terbit antara lain Mantera Petapa
(Banjarbaru, 2012) dan Mantera Rindu (Banjarbaru, 2012).
15.M
Fitran Salam, lahir di Rantau, Kabupaten Tapin, Kalsel, 22 Juni 1956. Sarjana
Fakultas Ilmu Dakwah IDMS Yogyakarta. Bekerja sebagai guru, yakni Kepala
Madrasah Ibtidaiyah As Salam Martapura. Mulai menulis cerpen sejak tahun
1980-an. Publikasi cerpennya antara lain di Majalah Suara Aisyiah Yogyakarta,
Majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta, SKH Pelita Jakarta, Radar Banjarmasin,
dan Media Kalimantan. Antologi cerpennya antara lain Maudak Dandang (cerpen
Bahasa Banjar, Banjarbaru, 2005). Cerpennya ikut dimuat dalam antologi bersama
Darah Penanda (Banjarbaru, 2008).
16.M
Hadharyah Roch, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 23 Agustus
1944.Wartawan diberbagai koran / majalah terbitan Banjarmasin, antara lain di SKM
Mimbar Mahasiswa Banjarmasin (1965-1966), SKM Media Masyarakat Banjarmasin
(1970-1979), SKH Banjarmasin Post (1990-2002). Mulai menulis puisi, cerpen, dan
esai sastra sejak tahun 1960-an. Publikasi puisinya antara lain di RRI
Banjarmasin (1960-1969), Majalah Sastra Jakarta, SKM Mimbar Mahasiswa, Media
Masyarakat, Banjarmasin Post, dan Majalah Sastra Horison Jakarta. Antologi puisinya
dimuat dalam antologi bersama di Perkenalan Dalam Sajak (1963), dan Panorama
(1974). Menerima Hadiah Sastra dari Gubernur Kalsel Mistar Tjokrokeosoemo tahun
1984. Meninggal di Pelaihari, 13 Februari dan dimakamkan di Banjarmasin.
17.M
Saleh Saad, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 3 Januari 1930.
Sarjana S1 Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI) Jakarta
(1963) dan S2 Universitas Leiden Belanda (1973). Tinggal di Jakarta karena bekerja
sebagai Dosen FSUI Jakarta. Mulai menulis puisi sejak tahun 1950-an. Publikasi
esai sastranya antara lain di Majalah Sastra Jakarta dan Majalah Sastra dan Bahasa
Jakarta. Salah seorang tokoh cendekiawan sastra yang ikut menggagas Teori
Kritik Sastra Aliran Rawamangun (1965-1969). Meninggal di Jakarta, 28 Maret
1982, dan dimakamkan di Depok, Jakarta.
18.Mahmud
Jauhari Ali, lahir di Banjarmasin, Kalsel, 15 Januari 1982. Mulai menulis
puisi, cerpen, dan esai sastra sejak tahun 2000-an. Publikasi karya sastranya
antara lain di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Media Kalimantan, Mata
Banua, Spirit Kalsel, Serambi Ummah, dan Majalah Nawala Pusat Bahasa Jakarta.
Buku sastra yang sudah diterbitkan antara lain Kupu-Kupu Kuning (Antologi Puisi
KSI Kertak Hanyar, 2008), Menanti Tamu Lebaran (antologi Cerpen KSI Kertak
Hanyar, 2008), dan Lingkaran Kata (antologi esai sastra KSI Kertak Hanyar,
2008). Puisinya ikut dimuat dalam antologi bersama Do’a Pelangi di Tahun Emas
(Marabahan, 2009), Menyampir Bumi Leluhur (Tanjung, 2010), Kalimantan Dalam
Puisi Indonesia (Samarinda, 2011), Seloka Bisu Batu Benawa (Barabai, 2011), dan
Akulah Musi (Palembang, 2011).
19.Mahmud
Shalihin, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2 Februari 1970.
Bekerja di bidang jurnalistik. Tinggal di Mandastana, Barito Kuala. Mulai
menulis puisi sejak tahun 2000-an. Antologi bersama dalam Cinta Rakyat (DKS
Barito Kuala, 2007).
20.Masdari,
lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 1919. Pendidikan MULO Surabaya.
Bekerja sebagai wartawan. Sebagai Pemimpin Umum Majalah Mandau Surabaya.
Menulis puisi sejak tahun 1930-an. Publikasi puisinya dimuat di Majalah Mandau Surabaya
dan SKH Indonesia Merdeka Banjarmasin. Sering menggunakan nama pena Mulya
Dharma.
21.Maya
Fahrina Wardhani, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 12 Mei 1988.
Siswa SMAN 2, tinggal di Banjarbaru. Menulis puisi sejak tahun 2000-an. Puisinya
dimuat di antologi bersama Kau Tidak Pernah Tahu Rahasia Sedih Tak Bersebab
(Kotabaru, 2006).
22.Miftahuddin
Munidi, lahir di Bawahan Pasar Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 21 Agustus.
Menulis puisi sejak tahun 2000-an. Puisinya dimuat dalam antologi bersama
Malaikat Hutan Bakau (Banjarbaru, 2008).
23.Nonon
Djazouly, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 1 September 1965. Nama
aslinya Noor Camelia Djazouly. Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin. Pernah menjadi anggota DPRD Kalsel dari Fraksi Golkar
masa bakti 1997-2002. Mulai menulis cerpen sejak tahun 1990-an. Publikasi
cerpennya di Banjarmasin Post, Serambi Ummah dan Radar Banjarmasin.
24.Ramlan
Marlin, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 1919. Sekolah dan bekerja
di Yogyakarta. Mulai menulis puisi, cerpen, dan roman / novel sejak tahun
1930-an. Publikasi karya sastranya tersebar luas diberbagai koran / majalah di
Yogyakarta. Sering menggunakan nama pena Mantany Putra.
25.Rudi
Ante, lahir di Banjarbaru, Kalsel, 22 Juli 1964. Sering menggunakan nama pena
Dyna Ra2h. Sarjana S1 FKIP Unlam dan S2 Universitas Negeri Malang. Bekerja
sebagai PNS guru SMPN 1 Martapura. Publikasi puisinya antara lain di SKH
Banjarmasin Post. Puisinya ikut dimuat dalam antologi bersama Bahana (Banjarbaru,
2001), Narasi Matahari (Banjarbaru, 2002), dan Taman Banjarbaru (Banjarbaru,
2006).
26.Septika
Wulan Kurnia Sari, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 22 September
1994. Dikenal sebagai sastrawan sejak tahun 2010. Puisinya dimuat dalam
antologi bersama Petualang Tanah Kering (Rantau, 2010).
27.Udien
Adiezt, lahir di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 23 Januari 1969. Lulusan
SMAN 1 Martapura. Berprofesi sebagai pelukis. Mulai menulis puisi sejak tahun
1990-an. Puisinya termuat dalam antologi bersama Taman Banjarbaru (Banjarbaru,
2006). Menerima Hadiah Penghargaan dari Gubernur Kalsel Rudy Arifin tahun 2000.
Meninggal dunia di Rumah Sakit Ratu Zaleha Martapura, Rabu, 2 Agustus 2006.
Dimakamkan di Pemakaman Umum Sultan Syakdillah Martapura, 3 Agustus 2006.
28.Wahyu
Fitriani, lahir di Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 2 Agustus 1981.
Sarjana S1 PBSID FKIP Unlam Banjarmasin. Bekerja sebagai PNS guru MTsN Model
Martapura. Mulai menulis puisi sejak tahun 2000-an. Puisinya ikut dimuat dalam
antologi bersama Di Merah Fajar Esok Pagi (KSI Kertak Hanyar, 2009).
29.Yuliati
Puspita Sari, lahir di Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalsel, 30 Juli 1980.
Sarjana S1 PBSID FKIP Unlam Banjarmasin. Mulai menulis cerpen sejak tahun
2000-an. Publikasi cerpennya di Tabloid Serambi Ummah Banjarmasin dan termuat
dalam antologi cerpen bersama Di Merah Fajar Esok Pagi (KSI Kertak Hanyar,
2009) dan Menyampir Bumi Leluhur (Tanjung, 2010).
30.Zurriyati
Rosyidah, lahir di Mandiangin, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel, 28 Mei
1988. Puisinya dimuat dalam Darah Penanda (DKD Banjarbaru, 2008), Malaikat
Hutan Bakau (2008), Wajah Deportan (2009), Menggoda Kehidupan (2009), Nyanyian
Akar Rumput (Batola, 2009), Menyampir Bumi Leluhur (Tanjung, 2010) dan
Kalimantan Dalam Puisi Indonesia (Samarinda, 2011).
Perkembangan
sastra Indonesia mutakhir di Kabupaten Banjar, setelah Banjarbaru memisahkan
diri, berjalan sangat gumut bakaraut
bayut. Sangat memprihatinkan ! Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain : 1.Kultur masyarakatnya yang agamis sehingga kegiatan bersastra
sangat kurang mendapat respon dari pemerintah daerah dan masyarakatnya. 2.Dewan
Kesenian Daerah yang entah kenapa (?) tinggal namanya saja , sehingga para penggiat
sastra tidak punya tempat untuk berekspresi / bersastra. 3.Jarak antar
kecamatan satu dengan yang lainnya berjauhan. Wallahua’lam.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar