Kalau lagi tak enak hati saya
tinggalkan dulu tugas. Pergi ke belakang. Lihat keceriaan anak-anak murid di
madrasah tempat saya bekerja. Kali ini karena berbetulan dengan uji coba UN
Kelas IX. Yang hadir ke sekolah adalah Kelas VII. Sementara Kelas VIII libur.
Hadirnya berselang-seling. Salah satu kelas yang saya senangi adalah Kelas VII
B. Mereka sudah sangat akrab dengan saya. Walau saya bukan guru, cuma staf Tata Usaha (TU) saja, tapi cukup akrab dengan
mereka.
Semenjak
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lalu saya sudah mengenal mereka. Karena
tugas saya mengurus PPDB dan hal lainnya yang berhubungan dengan kesiswaan.
Jadilah sekarang saya cukup kenal dengan mereka. Walau tak mengesampingkan
siswa dari kelas lain. Entah kenapa Kelas VII B agak senang menyatu dengan
mereka. Tak segan-segan saya berinteraksi. Walau usia saya beda jauh dengan
mereka. Tapi saya ingin tak ada jarak. Ada semacam kesenangan berkumpul dengan
mereka yang penuh dengan keceriaan. Mereka dianggap sebagai anak sendiri.
Bermacam
karakter saya temui. Kalau murid yang laki-laki ada yang nakal, penurut, dan
punya sopan santun yang cukup bagus. Begitu pula dengan siswa yang perempuan.
Diantaranya adalah Noorul Hikmah, ia salah satu siswa berprestasi di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Selain
prestasi belajar juga prestasi non akademik lainnya. Seperti seni baca Al
Quran. Ia kerap ikut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) / Seleksi Tilawatil
Qur’an (STQ). Juga Noorul jago baca puisi. Pernah Juara I Lomba Baca Puisi
Antar Pelajar se Kabupaten HSS.
Namun
keceriaan terhenti. Mereka harus mengikuti jam pelajaran. Guru pengajar datang.
Saya harus keluar kelas. Kembali ke ruang Tata Usaha menulis berita dan menulis
yang lainnya. Termasuk menulis hasil pengamatan saya tadi melihat keceriaan
anak-anak murid saya di Kelas VII. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar