Bagi warga di dua kecamatan di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, yakni Kecamatan Angkinang dan Kecamatan Telaga Langsat
tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Jembatan Andan. Karena
merupakan jalur penting untuk menghubungkan kedua kecamatan tersebut.
Tapi jangan salah duga dulu yang
dimaksud dengan jembatan disini bukan jembatan besar umumnya tapi hanya berupa
batang ulin yang dipasang melintang jalan -kini dilapisi aspal- sebagai tempat
lalu-lalang kendaraan. Dimana dibawahnya terdapat parit kecil tempat saluran
pengairan sawah.
Entah kenapa kawasan sekitar itu disebut
dengan Jembatan Andan. Letaknya di kampung Sungai Hanyar Kecamatan Angkinang.
Jaraknya sekitar 9 kilometer dari kota Dodol Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu
Sungai Selatan. Dapat dijangkau dari Pasar Angkinang lewat jalan kabupaten
sekitar beberapa ratus meter.
Sejak dulu tempat ini terkenal dengan
keangkerannya. Karena menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat,
bahwa di kawasan tersebut pernah dikuburkan seorang korban pembunuhan.
Akibatnya pada malam hari warga sering melihat kemunculan arwah yang
gentayangan.
Selain itu tak jauh dari Jembatan Andan
banyak tumbuh pohon jingah dan kariwaya yang sudah tidak asing lagi bagi warga,
merupakan sarang atau tempat tinggal para makhluk halus.
Karena itulah sangat jarang orang lewat
jalan itu pada malam hari diatas pukul 22.00 Wita. Suasana sangat mencekam dan begitu
menakutkan. Apalagi kalau sedang turun hujan akan menambah seramnya suasana.
Ditambah dengan suara burung hantu dan binatang malam lainnya yang ada di
sekitar tempat itu. " Mirip dengan film-film horor," ujar satu warga
setempat menggambarkan suasana kala itu.
Pada siang haripun tempat ini pada
saat-saat tertentu akan muncul suasana mencekam yang kerapkali membuat detak
jantung orang yang lewat berdegup lebih kencang dari biasanya.
Kejadian tiga bulan silam pernah menimpa
Haidir Sani (26) warga Telaga Langsat adalah bukti keangkeran Jembatan Andan.
Ceritanya malam itu sepulang dari
Kandangan karena ada sedikit urusan keluaraga yang harus segera diselesaikan.
Waktu Haidir - begitu ia biasa disapa - pulang sudah larut malam. Namun ia
tetap memutuskan untuk lewat di kawasan Jembatan Andan.
Namun sial sekali saat memasuki kawasan
tersebut motornya tiba-tiba saja mogok. Tentu saja hal itu membuat Haidir
bingung sekaligus merasa takut. Apalagi suasana saat itu sedang sunyi dan
senyap. Gelap pun mengitari jalanan yang dilewati.
Andai saja di sekitar jembatan itu ada
rumah penduduk tentu Haidir akan singgah meminta pertolongan warga setempat.
Setidaknya untuk mengatasi perasaan takut yang tengah menggelayuti pikirannya
saat itu. Namun hal itu tidak didapatinya disana karena rumah penduduk memang
agak berjauhan. Dan lagi tentunya tengah malam itu warga sudah terlelap dari
tidurnya.
Akibatnya dengan terpaksa Haidir
menepikan motornya untuk diperbaiki sendiri. Dengan perasaan tak karuan Haidir
mulai mencari penyebab mogok motornya itu. Tengah memperbaiki motor itulah
tiba-tiba saja Haidir merasakan bulu roma seakan tak seperti biasanya.
Hatinya makin jadi tak karuan saja
dibuatnya. Keterkejutan itu menjadi bertambah saat merasakan bahu sebelah
seperti ada yang memgang. Lantas Haidir secara refleks menoleh ke belakang.
Tetapi ternyata tidak ada apa-apa. Kecuali hanya pemandangan gelap dan suara
pepohonan yang bergoyang dihembus angin malam yang semilir.
Tengah dilanda kebingungan itu lagi-lagi
Haidir mendapat keanehan. Kali ini giliran bahu sebelah kirinya yang ditimpa
oleh sesuatu. Namun lagi-lagi setelah itu tidak ada lagi. Apakah hal itu hanya
sebuah perasaan Haidir saja yang sedang dilanda kekalutan.
Karena panik mendapat perlakuan seprti
itu Haidir lantas menjauh dari tempat itu. Kemudian sepeda motor yang mogok itu
didorong menuju ke tempat yang lebih aman yang ada penerang listrik jalanannya.
Tapi saat beberapa langkah berjalan saat
memandang ke depan Haidir sangat terkejut sekali. Sekelebat bayangan dengan
sosok seperti manusia melintas dibalik semak-semak. Jantung Haidir tanpa sadar
berdegup. Degup yang menggapai ke bulu roma.
Bayangan itu makin mendekat. Betulkah
manusia ? Dari dulu Haidir memang sudah terbiasa untuk berpikir realistis dan
ilmiah. Sehingga tak pernah akan percaya kepada hal-hal yang berbau horor.
Namun kini ? Adakah orang lain selain dia disana. Dan kenapa pula perasaan
takut kali ini begitu besar, tidak seperti biasanya.
Dalam keterkejutan dan rasa takut yang
mulai merembes dibenak Haidir, sosok itu sudah berjarak hanya sekitar puluhan
langkah saja dari hadapannya. Mata Haidir merekam sebentuk tubuh yang tidak
begitu tinggi. Malah nyaris kecil dengan wajah yang tertekuk. Betulkah manusia
? Atau........
Sosok dihadapan itu yang mengeluarkan
suara ? Menegurnya ? Tahu dan memastikan siapa dia. Suaranya seperti seorang
perempuan.
Kepalanya bergerak ke atas. Mengangkat
wajahnya yang tadinya tertekuk. Begitu kepala itu tengadah sebentuk wajah
menyeramkan terlihat oleh Haidir. Dia sempat memperhatikan jam digital yang
melingkar di tangan kirinya. " Astaga sudah pukul tiga dinihari,"
ujar Haidir seperti baru tersadar.
Makhluk itu berwajah seperti seorang
wanita. Memiliki rambut panjang terurai tapi wujudnya cukup mengerikan.
Sesekali tubuhnya melayang-layang sambil menimbulkan suara cekikikan.
Saat itu Haidir merasa seperti tidak
menginjak tanah lagi. Ia ingin pemandangan menakutkan itu secepatnya berlalu
dari hadapannya. Tak ingin jadi bahan pemikiran. Gerak tubuhnya menjadi kaku
bahkan seperti patung.
Takjub atau takut terhadap sebuah
pemandangan yang tak biasanya itu. Tapi untunglah hal itu tak berlangsung lama
karena setelah itu lewat sebuah mobil bak terbuka. Lantas Haidir menyinggahnya.
Saat itu perasaan takut masih menyelimuti. Ternyata mobil yang disinggah tadi
adalah teman sekampungnya. Lalu sepeda motor Haidir yang mogok itu dinaikkan ke
atas mobil tersebut.
Merekapun pulang meninggalkan tempat
yang ternyata cukup angker tersebut. Jarak rumah Haidir masih sekitar 5
kilometer lagi.
Kejadian ini tentu saja sangat berharga
bagi Haidir. " Kalau tak ada keperluan yang sangat mendesak jangan
coba-coba lewat Jembatan Andan. Apalagi kalau sudah tengah malam. Kalau tak ingin
mengalami hal-hal yang tak diinginkan," pesan Haidir.
Tentu saja hal ini hanya sebagian cerita
keangkeran Jembatan Andan. Semuanya mengisyaratkan kepada kita semua untuk
selalu waspada dan berhati-hati dimanapun berada. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar