Senin, 28 Oktober 2019

Diary : Kayu Bapangkih, Anak Ayam, dan Ke Sungai Kupang

Selasa, 29 Oktober 2019

[RABU, 03-04-2019]

>Akhirnya kayu bapangkih itu datang juga. Rabu petang jelang shalat Ashar, Yudi Mandampa membawa satu gerobak kayu bapangkih dari pohon karet yang saya beli Rp 100 ribu. Ada sekitar 250 pangkih kayu yang diantar Yudi, kalau satu pangkihnya Rp 400. Sudah seperti langganan membeli kayu bakar ke tempat Yudi. Karena ibu saya memasak nasi, merebus air, dsb, dengan kayu bakar, tidak pakai gas.

>Saya tak habis pikir, kenapa anak ayam yang satu ini susah sekali ditangkap, untuk dimasukkan ke kandang. Sementara lima ayam lain sudah dimasukkan dengan tenangnya. Untuk itu saya biarkan saja sampai malam, sebagai bentuk hukuman, saat pulang shalat Maghrib baru bisa dimasukkan ke kandang.

>Kupu-kupu cokelat pertanda apa? Malam Kamis setelah shalat Maghrib melayang-layang di ruang Langgar Al Kautsar hingga ke tirai kain pembatas shalat laki-laki dengan perempuan. Juga hinggap di karpet sajadah bagian tengah Langgar.

>Ada urang mamasang napakah malam Kamis di depan Apotek Ari Angkinang Selatan.

>Jalan-jalan Sungai Kupang ke Wawaran.

>Ke kios Ida malam Kamis beli Teh Gelas, Aqua, dan mie instan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)