Minggu, 18 Desember 2016

Sehat dengan Obat Herbal

Senin, 19 Desember 2016


Oleh : Videlis Jemali

Setiap bulan, ratusan orang merasakan racikan obat herbal Nurain Alwi Dania (50), warga Desa Tananagaya, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Masyarakat merasakan ramuan berbagai jenis tanaman itu cukup membantu memulihkan kesehatan dan harganya pun terjangkau. Mereka juga diajak mengobati penyakit sejak dini.

Di kios kecil di Desa Momo, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Hj Saharian (56) bercerita dengan ibu mertuanya. Suasana santai pada Rabu (14/12/2016) pagi itu mungkin sulit dibayangkan Saharian kalau mengingat situasinya tujuh bulan silam.

”Saya divonis mengidap kanker ginjal stadium empat. Pihak rumah sakit mengusulkan untuk melakukan cuci darah,” ujar Saharian.

Di tengah kondisi kritis, tersibak jalan lain, yaitu pengobatan herbal. Berdasarkan informasi kenalan, Saharian menjemput harapan dengan mendatangi tempat usaha pengobatan herbal Nurain Alwi Dania, yang berjarak cuma 5 kilometer dari rumahnya. Sembilan kali meminum obat herbal, kondisi Saharian berangsur membaik.

”Dulu, waktu kena penyakit kanker ginjal, bangun saja harus dibantu orang lain. Sekarang, saya bisa jalan-jalan,” tuturnya gembira. Saharian memang tampak segar pagi itu.

Menurut Nur, panggilan akrab Nurain Alwi Dania, kondisi Saharian secara umum membaik pada Agustus atau dua bulan setelah dia mengonsumsi obat herbal. Perkembangan itu membuat ia senang karena Saharian termasuk pasien dengan penyakit kronis. Untuk kanker ginjal seperti yang dialami Saharian, Nur meracik daun andong bersama dedaunan lain yang kemudian dijadikan kapsul.

Saharian adalah satu dari sekian banyak warga yang terbantu dengan pengobatan herbal racikan Nur. Racikan itu hasil ramuan dari berbagai jenis tanaman yang diolah tanpa zat kimiawi. Tak menyebutkan total pasien sejak berpraktik dari Juni 2014 hingga saat ini, Nur memastikan setiap bulan pasien yang berkunjung bisa mencapai 700 orang.

”Semua pasien tercatat. Ini agar bisa mengontrol perkembangan mereka sehingga bisa saya berikan dosis pas sesuai dengan perkembangan kondisi pasien,” ujar ibu tiga anak itu sambil menunjukkan bundelan buku berisi daftar pasien beserta riwayat penyakit mereka.

Perkenalan
Nur berkenalan dengan pengobatan herbal tatkala melakukan sosialisasi tentang kesehatan di Desa Kolo Atas, Mamosalato, Maret 2014. Di situ, terbentuk kelompok yang beranggotakan ibu rumah tangga untuk meracik obat herbal.

Kelompok dibentuk oleh Joint Operating Body (JOB) PT Pertamina-PT Medco E & P Somori Sulawesi. Pembentukan kelompok itu merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan gabungan tersebut mengeksploitasi gas yang sebetulnya lebih banyak berada di Kabupaten Banggai.

Setelah kegiatan itu, Nur lalu menyampaikan ketertarikan akan obat herbal kepada staf JOB yang juga ada di lokasi kegiatan. Petugas melihat banyak tanaman yang ditanam dan tumbuh di halaman rumah nenek lima cucu tersebut. ”Ada daun pandan, meniram, serai, dan patikan kebo. Mereka bilang tanaman-tanaman tersebut bagus untuk kesehatan,” kata Nur.

Sejak saat itu, Nur menekuni peracikan obat herbal di luar tugasnya sebagai Kepala Seksi Pendidikan Kesehatan di Kantor Camat Mamosalato. Momentum datang saat dirinya dipilih menjadi salah satu peserta yang mengikuti pelatihan pengembangan obat herbal di Jakarta pada Juni lalu. Kegiatan itu difasilitasi JOB. Peserta diperkenalkan dengan banyak tanaman yang bisa diracik menjadi obat dan tiap-tiap penyakit yang bisa diatasinya.

Nurain Alwi Dania
Lahir:
Poso, Kabupaten Poso, 16 Juni 1966
Pendidikan:
Sekolah Pendidikan Keperawatan Mamboro, Palu (1987)
Sarjana Strata Satu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, Palu (2009)
Pekerjaan:
Kepala Seksi Pendidikan Kesehatan di Kantor Camat Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah
Suami:
I Ketut Sunane (52)
Anak:
Widiarsono (29)
Dedi Priyono (25)
Melan Prasetya Anggara (11)
Penghargaan:
Pahlawan Lokal dari JOB Pertamina-Medco E&P Somori Sulawesi (2016)
Juara I Penghargaan Pertamina Bidang Kesehatan (2016)

Baru sehari tiba di kampung halaman selepas pelatihan, seorang pasien menyambangi tempat usaha Nur yang diberi nama Pondok Herbal Medansi Kelompok Kasih Sayang. Seorang anak terinfeksi jamur sehingga tangannya kaku dan berbintik-bintik. Anak itu diberi obat bubuk. Esoknya, tangan anak tersebut mulai membaik.

Setelah itu, warga dengan berbagai penyakit terus berdatangan ke rumah Nur yang terletak di pinggir jalan penghubung Kabupaten Morowali Utara dengan Banggai. Sebagai gambaran, berdasarkan catatan buku pasien, sejak September hingga pertengahan Desember 2016 ini, terhitung 1.160 pasien berobat ke Pondok Herbal Medansi Kelompok Kasih Sayang.

Mereka berasal dari sejumlah desa di Kecamatan Mamosalato, tak sedikit juga dari Kolonodale, ibu kota Morowali Utara. Perjalanan dari Kolonodale ke Mamosalato dan sebaliknya hanya bisa ditempuh dengan kapal dalam lima jam.

Membantu
Sebagian besar pasien Nur adalah warga desa. Karena itu, ia memberikan keringanan untuk mereka yang memang kesulitan secara ekonomi. Setiap bulan, ada sekitar 70 pasien yang mendapatkan obat secara gratis. Perempuan itu kenal baik latar belakang sebagian besar dari mereka.

Saat ini, Nur membudidayakan 233 jenis tanaman untuk racikan obat herbal. Tanaman memenuhi halaman dan pekarangan rumah. Ada kunyit, jahe, temulawak, pandan, meniram, binahong, mengkudu, dan andong. Daun, akar, dan batang tanaman diperas menjadi serbuk, kapsul, dan cairan dalam 171 jenis obat.

Obat untuk satu jenis penyakit umumnya terdiri atas lebih dari satu tanaman. Misalnya, untuk obat wasir, komposisinya berupa binahong, temulawak, daun puring, serta rumput mutiara yang diolah dan dikemas dalam bentuk kapsul. Nur juga melakukan berbagai uji coba untuk mengetahui masa kedaluwarsa obat produksinya.

Perempuan itu tidak sendiri dalam mengelola pondok herbal. Ada 15 anggota kelompok yang turut membantu. Untuk urusan meracik tanaman ke dalam dosis yang tepat, ibu tiga anak tersebut mengerjakannya sendiri. Pengetahuannya sebagai tenaga kesehatan selama ini cukup mendukung kegiatan itu.

Tahun 2014, Nur telah mengantongi izin operasional dari Dinas Kesehatan Morowali Utara. Ia masih berusaha untuk mendapatkan izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan di Palu.

Anak ke-8 dari 11 bersaudara pasangan Alm Alwi Dania-Sabida ini masih bekerja sama dengan anggota kelompok yang terbentuk sebelum dirinya menekuni pengobatan herbal. Kelompok tersebut sering menyuplai bahan baku untuk pembuatan obat. Atas kerja kerasnya, pertengahan Desember 2016, ia meraih Juara I Penghargaan Pertamina Bidang Kesehatan.

Nur adalah contoh dari segelintir orang yang menekuni jalan alternatif untuk membantu masyarakat menjadi lebih sehat.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...