Oleh
: Videlis Jemali
Setiap bulan, ratusan orang merasakan
racikan obat herbal Nurain Alwi Dania (50), warga Desa Tananagaya, Kecamatan
Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Masyarakat merasakan
ramuan berbagai jenis tanaman itu cukup membantu memulihkan kesehatan dan
harganya pun terjangkau. Mereka juga diajak mengobati penyakit sejak dini.
Di kios kecil di Desa Momo, Kecamatan
Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Hj Saharian (56) bercerita dengan ibu
mertuanya. Suasana santai pada Rabu (14/12/2016) pagi itu mungkin sulit
dibayangkan Saharian kalau mengingat situasinya tujuh bulan silam.
”Saya divonis mengidap kanker ginjal
stadium empat. Pihak rumah sakit mengusulkan untuk melakukan cuci darah,” ujar
Saharian.
Di tengah kondisi kritis, tersibak jalan
lain, yaitu pengobatan herbal. Berdasarkan informasi kenalan, Saharian
menjemput harapan dengan mendatangi tempat usaha pengobatan herbal Nurain Alwi
Dania, yang berjarak cuma 5 kilometer dari rumahnya. Sembilan kali meminum obat
herbal, kondisi Saharian berangsur membaik.
”Dulu, waktu kena penyakit kanker
ginjal, bangun saja harus dibantu orang lain. Sekarang, saya bisa jalan-jalan,”
tuturnya gembira. Saharian memang tampak segar pagi itu.
Menurut Nur, panggilan akrab Nurain Alwi
Dania, kondisi Saharian secara umum membaik pada Agustus atau dua bulan setelah
dia mengonsumsi obat herbal. Perkembangan itu membuat ia senang karena Saharian
termasuk pasien dengan penyakit kronis. Untuk kanker ginjal seperti yang dialami
Saharian, Nur meracik daun andong bersama dedaunan lain yang kemudian dijadikan
kapsul.
Saharian adalah satu dari sekian banyak
warga yang terbantu dengan pengobatan herbal racikan Nur. Racikan itu hasil
ramuan dari berbagai jenis tanaman yang diolah tanpa zat kimiawi. Tak
menyebutkan total pasien sejak berpraktik dari Juni 2014 hingga saat ini, Nur
memastikan setiap bulan pasien yang berkunjung bisa mencapai 700 orang.
”Semua pasien tercatat. Ini agar bisa
mengontrol perkembangan mereka sehingga bisa saya berikan dosis pas sesuai
dengan perkembangan kondisi pasien,” ujar ibu tiga anak itu sambil menunjukkan
bundelan buku berisi daftar pasien beserta riwayat penyakit mereka.
Perkenalan
Nur berkenalan dengan pengobatan herbal
tatkala melakukan sosialisasi tentang kesehatan di Desa Kolo Atas, Mamosalato,
Maret 2014. Di situ, terbentuk kelompok yang beranggotakan ibu rumah tangga
untuk meracik obat herbal.
Kelompok dibentuk oleh Joint Operating
Body (JOB) PT Pertamina-PT Medco E & P Somori Sulawesi. Pembentukan
kelompok itu merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan gabungan tersebut mengeksploitasi gas yang sebetulnya lebih banyak
berada di Kabupaten Banggai.
Setelah kegiatan itu, Nur lalu
menyampaikan ketertarikan akan obat herbal kepada staf JOB yang juga ada di
lokasi kegiatan. Petugas melihat banyak tanaman yang ditanam dan tumbuh di
halaman rumah nenek lima cucu tersebut. ”Ada daun pandan, meniram, serai, dan
patikan kebo. Mereka bilang tanaman-tanaman tersebut bagus untuk kesehatan,”
kata Nur.
Sejak saat itu, Nur menekuni peracikan
obat herbal di luar tugasnya sebagai Kepala Seksi Pendidikan Kesehatan di
Kantor Camat Mamosalato. Momentum datang saat dirinya dipilih menjadi salah
satu peserta yang mengikuti pelatihan pengembangan obat herbal di Jakarta pada
Juni lalu. Kegiatan itu difasilitasi JOB. Peserta diperkenalkan dengan banyak
tanaman yang bisa diracik menjadi obat dan tiap-tiap penyakit yang bisa
diatasinya.
Nurain Alwi Dania
Lahir:
Poso, Kabupaten Poso, 16 Juni 1966
Pendidikan:
Sekolah Pendidikan Keperawatan Mamboro,
Palu (1987)
Sarjana Strata Satu Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, Palu (2009)
Pekerjaan:
Kepala Seksi Pendidikan Kesehatan di
Kantor Camat Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah
Suami:
I Ketut Sunane (52)
Anak:
Widiarsono (29)
Dedi Priyono (25)
Melan Prasetya Anggara (11)
Penghargaan:
Pahlawan Lokal dari JOB Pertamina-Medco
E&P Somori Sulawesi (2016)
Juara I Penghargaan Pertamina Bidang
Kesehatan (2016)
Baru sehari tiba di kampung halaman
selepas pelatihan, seorang pasien menyambangi tempat usaha Nur yang diberi nama
Pondok Herbal Medansi Kelompok Kasih Sayang. Seorang anak terinfeksi jamur
sehingga tangannya kaku dan berbintik-bintik. Anak itu diberi obat bubuk.
Esoknya, tangan anak tersebut mulai membaik.
Setelah itu, warga dengan berbagai
penyakit terus berdatangan ke rumah Nur yang terletak di pinggir jalan
penghubung Kabupaten Morowali Utara dengan Banggai. Sebagai gambaran,
berdasarkan catatan buku pasien, sejak September hingga pertengahan Desember
2016 ini, terhitung 1.160 pasien berobat ke Pondok Herbal Medansi Kelompok
Kasih Sayang.
Mereka berasal dari sejumlah desa di
Kecamatan Mamosalato, tak sedikit juga dari Kolonodale, ibu kota Morowali
Utara. Perjalanan dari Kolonodale ke Mamosalato dan sebaliknya hanya bisa
ditempuh dengan kapal dalam lima jam.
Membantu
Sebagian besar pasien Nur adalah warga
desa. Karena itu, ia memberikan keringanan untuk mereka yang memang kesulitan
secara ekonomi. Setiap bulan, ada sekitar 70 pasien yang mendapatkan obat
secara gratis. Perempuan itu kenal baik latar belakang sebagian besar dari
mereka.
Saat ini, Nur membudidayakan 233 jenis
tanaman untuk racikan obat herbal. Tanaman memenuhi halaman dan pekarangan
rumah. Ada kunyit, jahe, temulawak, pandan, meniram, binahong, mengkudu, dan
andong. Daun, akar, dan batang tanaman diperas menjadi serbuk, kapsul, dan
cairan dalam 171 jenis obat.
Obat untuk satu jenis penyakit umumnya
terdiri atas lebih dari satu tanaman. Misalnya, untuk obat wasir, komposisinya
berupa binahong, temulawak, daun puring, serta rumput mutiara yang diolah dan
dikemas dalam bentuk kapsul. Nur juga melakukan berbagai uji coba untuk
mengetahui masa kedaluwarsa obat produksinya.
Perempuan itu tidak sendiri dalam
mengelola pondok herbal. Ada 15 anggota kelompok yang turut membantu. Untuk
urusan meracik tanaman ke dalam dosis yang tepat, ibu tiga anak tersebut
mengerjakannya sendiri. Pengetahuannya sebagai tenaga kesehatan selama ini
cukup mendukung kegiatan itu.
Tahun 2014, Nur telah mengantongi izin
operasional dari Dinas Kesehatan Morowali Utara. Ia masih berusaha untuk
mendapatkan izin dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan di Palu.
Anak ke-8 dari 11 bersaudara pasangan
Alm Alwi Dania-Sabida ini masih bekerja sama dengan anggota kelompok yang
terbentuk sebelum dirinya menekuni pengobatan herbal. Kelompok tersebut sering
menyuplai bahan baku untuk pembuatan obat. Atas kerja kerasnya, pertengahan
Desember 2016, ia meraih Juara I Penghargaan Pertamina Bidang Kesehatan.
Nur adalah contoh dari segelintir orang
yang menekuni jalan alternatif untuk membantu masyarakat menjadi lebih sehat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar