Oleh : Aliman Syahrani
Pertama kali
saya mengenal Akhmad Husaini secara tatap muka, adalah saat kami mengelola
Tabloid Budaya Gerbang di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tahun
2002.
Namun
sebenarnya nama Akhmad Husaini sebagai urang Kandangan tidaklah asing bagi
saya, sebab mulai akhir tahun 1990-an, nama itu sudah sering saya dengar di
Radio BBC London Siaran Bahasa Indonesia dalam sebuah acara yang membacakan
hasil karya yang dikirim oleh para pendengarnya dari seluruh dunia.
Bahkan, jauh
sebelum itu, yaitu di awal tahun 1990-an, karya-karya Akhmad Husaini berupa
lukisan vignet sudah sering saya temukan di Banjarmasin Post (Kompost Edisi
Minggu).
Akhmad Husaini
lahir di Angkinang, Kabupaten HSS, pada tanggal 18 November 1979. Dalam catatan
saya, ia sudah menghasilkan karya berupa cerpen, novel, puisi, catatan
perjalanan, resensi buku, profil tokoh atau pelajar berprestasi, legenda,
cerita misteri, liputan wisata, seni budaya, kuliner dan bahkan berita,
khususnya yang ada di Kabupaten HSS.
Tercatat ia
mempublikasikan karya-karyanya itu di acara puisi Radio BBC London dan Radio
Australia (Siaran Bahasa Indonesia), Buletin Berita HIFI Jakarta, UMSIS RRI
Banjarmasin, Media Masyarakat, Gawi Manuntung, Banjarmasin Post, Radar
Banjarmasin, Metro Banjar, Media Kalimantan, Mata Banua, Tabloid Gerbang,
Tabloid Bola, Tabloid Urbana, Kompas Online, dan Kompasiana.
Puisinya juga
dimuat dalam Do’a Pelangi di Tahun Emas, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan
Selatan VI, Kabupaten Barito Kuala (2009), Menyampir Bumi Leluhur, Bunga Rampai
Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VII, Kabupaten Tabalong (2010), Seloka
Bisu Batu Benawa, Bunga Rampai Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VIII, Kabupaten
Hulu Sungai Tengah (2011).
Kemudian Sungai
Kenangan, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan IX, Kota Banjarmasin
(2012), Tadarus Rembulan, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan X, Kota
Banjarbaru (2013), dan Membuka Cakrawala Menyentuh Fitrah Manusia, Antologi
Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan XI, Kabupaten Tapin (2014).
Karya-karya
kreatifnya juga dapat dijumpai di blog pribadi yang dikelolanya, http://sketsahss212.blogspot.com
Saya mengenal
pemuda yang akrab dipanggil Usai ini sebagai orang yang punya filosofi tak
banyak bicara kecuali yang perlu dan bermutu. Usai agaknya lebih mengutamakan
bahasa tulisan tinimbang bahasa lisan apalagi jika itu disampaikan asal
ngomong.
Alasannya,
kesalahan kata dalam tulisan bisa dengan mudah dihapus atau diperbaiki. Berbeda
dengan kesalahan kata yang disampaikan lewat lisan, tidak bisa dihapus begitu
saja dan bisa membekas lama bahkan menghunjam dalam bagi orang lain.
Selain itu,
bahasa atau karya yang dituangkan lewat tulisan lebih monumental, lebih berumur
panjang melebihi batas usia penulisnya. Apalagi di era digital dan internet
ini, karya-karya yang diabadikan lewat tulisan akan terus bisa dinikmati dan
bermanfaat bagi generasi berikutnya meski penulisnya sudah tiada.
Dalam catatan
saya, Usai juga pernah menjadi redaktur Tabloid Gerbang yang terbit di
Kandangan. Ia juga pernah menjadi kontributor lepas Metro Banjar (Banjarmasin),
Tabloid Urbana (Banjarmasin) dan Metro 7 (Tanjung).
Usai bahkan
telah membidani lahirnya Buletin RIAK dan Jurnal HSS, keduanya terbit secara
terbatas di Kandangan. Saat ini Usai menjadi tenaga honorer di MTsN Angkinang
sebagai Staf Tata Usaha.
Teruslah
berkarya Akhmad Husaini, karena karya terbaikmu bukanlah apa yang sudah kau
hasilkan selama ini, melainkan karya-karya yang akan dan segera kau tuliskan
lagi.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar