Senin, 26 Desember 2016

Pilih Bahasa Tulisan Tinimbang Bahasa Lisan

Selasa, 27 Desember 2016


Oleh : Aliman Syahrani

Pertama kali saya mengenal Akhmad Husaini secara tatap muka, adalah saat kami mengelola Tabloid Budaya Gerbang di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tahun 2002.

Namun sebenarnya nama Akhmad Husaini sebagai urang Kandangan tidaklah asing bagi saya, sebab mulai akhir tahun 1990-an, nama itu sudah sering saya dengar di Radio BBC London Siaran Bahasa Indonesia dalam sebuah acara yang membacakan hasil karya yang dikirim oleh para pendengarnya dari seluruh dunia.

Bahkan, jauh sebelum itu, yaitu di awal tahun 1990-an, karya-karya Akhmad Husaini berupa lukisan vignet sudah sering saya temukan di Banjarmasin Post (Kompost Edisi Minggu).

Akhmad Husaini lahir di Angkinang, Kabupaten HSS, pada tanggal 18 November 1979. Dalam catatan saya, ia sudah menghasilkan karya berupa cerpen, novel, puisi, catatan perjalanan, resensi buku, profil tokoh atau pelajar berprestasi, legenda, cerita misteri, liputan wisata, seni budaya, kuliner dan bahkan berita, khususnya yang ada di Kabupaten HSS.

Tercatat ia mempublikasikan karya-karyanya itu di acara puisi Radio BBC London dan Radio Australia (Siaran Bahasa Indonesia), Buletin Berita HIFI Jakarta, UMSIS RRI Banjarmasin, Media Masyarakat, Gawi Manuntung, Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Metro Banjar, Media Kalimantan, Mata Banua, Tabloid Gerbang, Tabloid Bola, Tabloid Urbana, Kompas Online, dan Kompasiana.

Puisinya juga dimuat dalam Do’a Pelangi di Tahun Emas, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VI, Kabupaten Barito Kuala (2009), Menyampir Bumi Leluhur, Bunga Rampai Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VII, Kabupaten Tabalong (2010), Seloka Bisu Batu Benawa, Bunga Rampai Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan VIII, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (2011).

Kemudian Sungai Kenangan, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan IX, Kota Banjarmasin (2012), Tadarus Rembulan, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan X, Kota Banjarbaru (2013), dan Membuka Cakrawala Menyentuh Fitrah Manusia, Antologi Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan XI, Kabupaten Tapin (2014).

Karya-karya kreatifnya juga dapat dijumpai di blog pribadi yang dikelolanya, http://sketsahss212.blogspot.com

Saya mengenal pemuda yang akrab dipanggil Usai ini sebagai orang yang punya filosofi tak banyak bicara kecuali yang perlu dan bermutu. Usai agaknya lebih mengutamakan bahasa tulisan tinimbang bahasa lisan apalagi jika itu disampaikan asal ngomong.

Alasannya, kesalahan kata dalam tulisan bisa dengan mudah dihapus atau diperbaiki. Berbeda dengan kesalahan kata yang disampaikan lewat lisan, tidak bisa dihapus begitu saja dan bisa membekas lama bahkan menghunjam dalam bagi orang lain.

Selain itu, bahasa atau karya yang dituangkan lewat tulisan lebih monumental, lebih berumur panjang melebihi batas usia penulisnya. Apalagi di era digital dan internet ini, karya-karya yang diabadikan lewat tulisan akan terus bisa dinikmati dan bermanfaat bagi generasi berikutnya meski penulisnya sudah tiada.

Dalam catatan saya, Usai juga pernah menjadi redaktur Tabloid Gerbang yang terbit di Kandangan. Ia juga pernah menjadi kontributor lepas Metro Banjar (Banjarmasin), Tabloid Urbana (Banjarmasin) dan Metro 7 (Tanjung).

Usai bahkan telah membidani lahirnya Buletin RIAK dan Jurnal HSS, keduanya terbit secara terbatas di Kandangan. Saat ini Usai menjadi tenaga honorer di MTsN Angkinang sebagai Staf Tata Usaha.

Teruslah berkarya Akhmad Husaini, karena karya terbaikmu bukanlah apa yang sudah kau hasilkan selama ini, melainkan karya-karya yang akan dan segera kau tuliskan lagi.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...