Rabu, 04 Desember 2019

Mendengarkan Cerita Amarah

Kamis, 5 November 2019

Sabtu (14/09/2019) sekitar pukul 11.00 WITA, saya memanggil anak murid saya di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selatan (HSS), yakni Amarah, siswi Kelas VIII C ke Ruang Kepala Madrasah (Kamad).

Bukan karena ada masalah di madrasah, tapi saya ingin lebih jauh mengetahui kejadian beberapa hari lalu di Telaga Sili-Sili. Yakni, kasus penembakan buronan bernama Khairullah, seorang begal sapi, yang ditembak mati oleh aparat kepolisan di sebuah gubuk di kawasan Telaga Sili-Sili.

Ternyata gubuk itu milik dari orangtua Amarah. Diceritakan oleh Amarah, Khairullah setelah ditembak mati oleh polisi, kondisi tubuhnya cukup memprihatinkan. Kepalanya pecah dan beberapa bagian tubuh terburai, seperti hati dan jantung. Darah berceceran di dalam dan luar gubuk.

Sebelumnya Khairullah datang ke tempat orangtua Amarah. Lantas diantar ke gubuk, di tengah kebun sawit dan hutan. Berjarak sekitar 150 meter dari rumah orangtua Amarah. Polisi datang ke rumah, lalu ayah Amarah di borgol. Rumah digerebek oleh polisi. Baju, buku dan tempat tidur digeledah.

Tujuannya, ingin mengetahui kalau ada ditemukan senjata tajam dan api milik Khairullah. Saat di hutan ayah Amarah ditutup bagian mata untuk menunjukkan lokasi gubuk tempat Khairullah bersembunyi. Untuk menghindari peluru nyasar saat penggerebekan, polisi menyuruh ayah Amarah untuk tiarap selama baku tembak berlangsung.

Dugaan sementara Khairullah menggunakan senjata api rakitan. Selama proses penggerebekan itu warga sekitar dilarang melintas di lokasi pondok. Ruas jalan ditutup yakni Bakarung, Pandulangan, dan Sungai Hanyar. Tindak kejahatan Khairullah sudah antar provinsi. Di Kabupaten Tanah Laut aparat polisi ditembak dan seorang bocah meninggal karena juga tertembak senjata milik Khairullah.

Khairullah diketahui sebagai begal sapi di Kalteng dan Kalsel. Sebelum kejadian Khairullah kerap datang ke tempat orangtua Amarah, yang dikenal sebagai pananamba. Khairullah, yang kerap disapa oleh ayah Amarah, dengan Ading, datang bersama dengan keluarga besarnya. Minta diantar ke Candi Agung Amuntai.

Karena memang Khairullah memiliki kembaran di alam gaib. Pernah Khairullah minta dipeliharakan itik yang jumlahnya ribuan ekor. Hasilnya dijual, karena selesai panen padi, supaya jangan mengganggu tanaman padi orang lain. (ahu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...