Sabtu (14/09/2019) sekitar pukul 11.00
WITA, saya memanggil anak murid saya di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu
Sungai Selatan (HSS), yakni Amarah, siswi Kelas VIII C ke Ruang Kepala Madrasah
(Kamad).
Bukan karena ada masalah di madrasah,
tapi saya ingin lebih jauh mengetahui kejadian beberapa hari lalu di Telaga
Sili-Sili. Yakni, kasus penembakan buronan bernama Khairullah, seorang begal
sapi, yang ditembak mati oleh aparat kepolisan di sebuah gubuk di kawasan Telaga
Sili-Sili.
Ternyata gubuk itu milik dari orangtua Amarah.
Diceritakan oleh Amarah, Khairullah setelah ditembak mati oleh polisi, kondisi
tubuhnya cukup memprihatinkan. Kepalanya pecah dan beberapa bagian tubuh
terburai, seperti hati dan jantung. Darah berceceran di dalam dan luar gubuk.
Sebelumnya Khairullah datang ke tempat
orangtua Amarah. Lantas diantar ke gubuk, di tengah kebun sawit dan hutan.
Berjarak sekitar 150 meter dari rumah orangtua Amarah. Polisi datang ke rumah, lalu
ayah Amarah di borgol. Rumah digerebek oleh polisi. Baju, buku dan tempat tidur
digeledah.
Tujuannya, ingin mengetahui kalau ada
ditemukan senjata tajam dan api milik Khairullah. Saat di hutan ayah Amarah
ditutup bagian mata untuk menunjukkan lokasi gubuk tempat Khairullah bersembunyi.
Untuk menghindari peluru nyasar saat penggerebekan, polisi menyuruh ayah Amarah
untuk tiarap selama baku tembak berlangsung.
Dugaan sementara Khairullah menggunakan
senjata api rakitan. Selama proses penggerebekan itu warga sekitar dilarang
melintas di lokasi pondok. Ruas jalan ditutup yakni Bakarung, Pandulangan, dan
Sungai Hanyar. Tindak kejahatan Khairullah sudah antar provinsi. Di Kabupaten Tanah
Laut aparat polisi ditembak dan seorang bocah meninggal karena juga tertembak
senjata milik Khairullah.
Khairullah diketahui sebagai begal sapi
di Kalteng dan Kalsel. Sebelum kejadian Khairullah kerap datang ke tempat
orangtua Amarah, yang dikenal sebagai pananamba.
Khairullah, yang kerap disapa oleh ayah Amarah, dengan Ading, datang bersama
dengan keluarga besarnya. Minta diantar ke Candi Agung Amuntai.
Karena memang Khairullah memiliki
kembaran di alam gaib. Pernah Khairullah minta dipeliharakan itik yang jumlahnya
ribuan ekor. Hasilnya dijual, karena selesai panen padi, supaya jangan
mengganggu tanaman padi orang lain. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar