Senin, 30 Desember 2019

Alya Maharani Naik Bus Pelajar ke Madrasah

Selasa, 31 Desember 2019

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Hulu Sungai Selatan (HSS) sangat peduli dengan masalah warganya. Termasuk juga dengan pelajar. Keberadaan bus sekolah / pelajar bisa dinikmati. Salah satunya bus jurusan arah Angkinang.

Dimana setiap hari bus itu menjemput pelajar di wilayah Kecamatan Angkinang menuju arah Kandangan dan lintasannya. Biasa berangkat pukul 07.00 WITA. Untuk pulang sekitar pukul 17.00 WITA. Di bus ada sopir dan seorang kenek.

Alya Maharani, siswi Kelas VII A Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 HSS Tahun Pelajaran 2019/2020 turut merasakan manfaat bus tersebut. Setiap pagi ia sudah bersiap di depan halte menunggu bus tiba. Selain Alya ada beberapa siswa MTsN 3 HSS memanfaatkan bus tersebut. (ahu)

Diary : Warung Makan Dea Barabai, Nisa Gambah, dan ke Jakarta

Selasa, 31 Desember 2019

[SABTU, 21 DESEMBER 2019]

>Usai mengikuti Jalan Santai dalam rangka Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama (Kemenag) Tahun 2020 di Kandangan, Sabtu (21/12/2019) pagi, saya kembali ke madrasah, tak lama H Didi mengajak ke Barabai menggunakan mobil Nisa, ke Warung Makan Dea Barabai. Yang ke Barabai, selain saya, H Didi, juga Nisa, Ibu Ida, dan Sri Wartinah. Sekitar pukul 11.00 WITA. Saya di depan dengan H Didi sebagai sopir. Di belakang ada Nisa, Ibu Ida, dan Sri Wartinah. Baru pertama saya ke Warung Makan Dea Barabai. Mungkin bila ke Barabai sering terlewati tempat itu. Makannya secara prasmanan. Maksudnya kita bebas memilih lauk, sayuran dsb. Saya memilih lauk ayam panggang, tempe, ampal, sayuran, dan teh es. Kami memilih tempat di dalam. Karena mungkin jam makan siang, jadi pengunjung cukup banyak. Setelah selesai kami balik pulang ke Angkinang. Kata Ibu Ida, biaya makan mereka itu ternyata tidak bayar, dibayariakan Adik Ibu Hj Fahriani, Ancah. (ahu)

>Siang sekitar pukul 14.30 WITA, Nisa anak Budi, cucu Abdul Gafar (alm), keluarga saya, datang ke rumah mau bertemu Abah saya. Ingin mengetahui silsilah keluarga yang ada di Gambah Dalam. Karena Nisa berkeluarga di sana, suaminya orang Gambah. Nisa mengaku agak kasaurangan, ingin bacuur.

>Ketika tamu datang ke rumah bakajutan, perasaan tak nyaman muncul, karena melihat kondisi rumah yang berantakan. Jadi menerima tamunya di depan rumah saja. Tidak disuruh masuk ke dalam rumah. Ingin tamu itu cepat-epat pergi meninggalkan rumah saya.

>Tidak terlihat Rasuna, rekan saya dari Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Hulu Sungai Selatan (HSS) ikut Jalan Santai HAB Kemenag Tahun 2020 di Kandangan, Sabtu (21/12/2019) pagi. Belakangan dari Ibu Ida Royani, Kepala TU MTsN 1 HSS, diberitahukan bahwa Rasuna ada urusan kegiatan polisi di Jakarta, bersama suaminya.

Minggu, 29 Desember 2019

Kumpulan Puisi Akhmad Husaini : Seribu Kepastian

Senin, 30 Desember 2019


Puisi Akhmad Husaini : Korelasi Ambisi Tertuang Sangka

Senin, 30 Desember 2019


Diary : Air Leding, Shalat Subuh, dan Video

Senin, 30 Desember 2019

[RABU, 24-04-2019]

>Muliadi, pengelola Masjid Besar Al Aman Angkinang, usai shalat Subuh, lewat pengeras suara, kepada warga memberitahukan, bahwa pada hari Kamis (25/04/2019) air leding tidak mengalir seperti biasa. Saya tak tahu pasti apa penyebabnya, karena hanya samar-samar terdengar, baru bangun tidur, mungkin karena ada perbaikan atau pemeliharaan rutin jelang bulan Ramadhan 1440 H. Untuk itu kepada warga dihimbau, yang menggunakan air leding PDAM, untuk menyiapkan penampungan air sementara.

>Keinginan untuk shalat Subuh di Langgar Al Kautsar perlu kerja keras. Kali ini gagal lagi. Kalah oleh rasa malas dan dingin yang memanjakan tubuh. Mungkin lain waktu saya akan bisa menaklukkan Subuh.

>Dulu, di kampung saya pemilik satu-satunya video adalah H Lansani dan Hj Asa, pasangan suami isteri. Pada setiap sore kami anak-anak kampung saat itu masih duduk dibangku SD, juga warga nonton video di rumahnya. Tentu dengan membayar, saya lupa berapa besaran biayanya. Untuk hari biasa setiap sore, diputar film-film India, Indonesia, dsb. Sementara pada hari Minggu untuk anak-anak seperti Google V, Megaloman, dsb.

Jumat, 27 Desember 2019

Diary : Hujan Lebat, Servis Teve, dan Batapih

Sabtu, 28 Desember 2019

[KAMIS, 02-05-2019]

>Hujan lebat banar Kamis pas Ashar. Juga sedikit angin berhembus.

>Siapa biasa menolak kuasa Tuhan?

>Kata Umanya Amud Sabtu nanti buhan Tsanawiyah bajalanan. Ada mambawai amun handak umpat. Tapi saya mengatakan tidak ikut.

>Rami buhan guru-guru ampah ke Kantor Kecamatan Angkinang Kamis pagi. Juga ada drumband siswa SMAN 1 Angkinang. Saya baru ingat 2 Mei 2019, Hari Pendidikan Nasional.

>Madan mengatakan upah servis teve di Sungai Baru Rp 160 ribu. Saya mengatakan bisa saja, tapi sekarang duitnya belum ada.

>Kamanaan buhan murid Kelas VI SDN Pakuan Timur bajalanan Kamis pagi.

>Guru olahraga mana pulang Agus Bastian? Biasanya arah ke Nagara tugasnya. Sekarang di Kecamatan Angkinang.

>Kada mau baik bila batapih.

>Malam Jum’at setelah Maghrib karena hujan lebat, di sekitar Langgar Al Kautsar berbincang dengan Kacit tentang kuyang jalan saya, pulasit, santri sakti, bilahu, dsb.

Kumpulan Puisi : Senandung Rindu Angkinang Terkenang

Sabtu, 28 Desember 2019




DATA KUMPULAN PUISI

Judul : Senandung Rindu Angkinang Terkenang
Penulis : Akhmad Husaini
Penerbit : Self Publishing
Terbitan : 28 Desember 2019





Akhmad Husaini

WATAK NURANI TERBIAS ASUMSI RINDU TENTERAM HATI

Pendam isyarat kelabu puncak kehendak tak bertepi
sadar akan kekurangan ada menempati cahaya sepi
watak nurani terbias asumsi rindu tenteram hati
filosopi tenteram kemayu satire menikam bakti
gemuruh hentak perdaya dengan hal seperti itu
sikap sabar mesti kau jalani sebaik mungkin
semangat untuk terus berani berubah jadi baik
igau taktis kumandang merisau ikatan terjalin

Kandangan, 8 November 2019
 


Akhmad Husaini

KEGELISAHAN MENERAWANG JANJI PEDIH

Jangan pernah menyerah jalani waktu
memendam segala aturan penuh lirih
jangan sampai terlalu berlebihan hidup
jangan takut merencana hasil kebosanan
sadar akan segala kekurangan merenda
asal tiada saling mengurai lelakon ambisi

Kegelisahan menerawang janji pedih
simpul niscaya gemuruh rindu padu
aku memang tak akrab dengannya
dalam aturan memantang mimpi indah
pandai sekali menoleh arah lain
hilang dari peredaran ditelan waktu
aku adalah pemimpi cukup ganas

Terbiasa hidup dalam kemiskinan
hasrat untuk selalu menjadi penting
tak saling menyapa enggan menyerta
mewujudkan harap dengan sepenuh nyata
rindu seperti dulu lagi adanya
saling ceria dalam kebersamaan intim

Memasukkan segala ambisi tempias bakti
masih ada terus usaha memendam wacana
tak satu ada keterpaksaan memaknai semua
tegas sengkarut diri kenangan bergema
renjana meminang kenangan nafiri kelana
ingin menoreh diri ke jalan sementara

Kandangan, 20 Agustus 2019


 
Akhmad Husaini

SENANDUNG RINDU ANGKINANG TERKENANG

Tegas sempurna kehendak menampak makna
kekuatan penuh menyingkap upaya merdu
kepekaan simpul lagu juwita merana
retas naluri bijak kian langgam poranda
menebar segala manfaat terbias seksama
langgam notasi waktu menyerta sensasi

Nyanyi rindu Angkinang terkenang
terpa lagu ambigu semakin kentara
ingin selalu tegas wacana mengusik tenang
menegas wacana harapan bimbang
menjadi semacam keharusan menumpah arti
dukung sesuatu jadi lebih baik lagi
kenduri senada arus memuncak tingkah

Mengacu pada banyak ketetapan menerpa
semakin senang dalam kekinian
tentu itu kesan tak pernah terlupakan
mendekap sendu selera aksi menumpu
kau tahu segala mematri kian jompak
teguh pengharapan kenangan mencerna

Dalam diam kecamuk rasa membahana
tabiat diri saling berpendam rasa
ingin selalu saling memantau tentu
kian bisa menebar dengan seksama
dalam sunyi semua memendar sejuta rasa
menghela impian teguh berpendaran

Kandangan, 15 Agustus 2019



Akhmad Husaini

KUMANDANG ARUS BERTAUT LANJUT CEMBERUT

Menghalau sangka dengung penuh cerita
siasat diri terkekang poranda sempana
selalu ingat akan keadaan tampak ceria
sadar konotasi tabiat potensi menggema
remuk redam prahara tersangkut purnama
mungkin belum waktunya terus bersabar

Kumandang arus bertaut lanjut cemberut
bentang komando mengerti keadaan
terbuai membelai kelindan rentak
senada arus mengurai peranan gundah
mengenalmu adalah hal paling indah
apalagi kalau semua lebih dekat lagi
selaksa intim mengedepankan elegi

Ini tempat pandang paling indah di dunia
petuah singkap kerinduan penuh wibawa
tahta gemulai meretas irama restu
aku tak ingin mendengar tentang itu
senandung sumbang nyanyian tentu
tentang kemesraan melayang rimba benalu

Pernah menakar semakin padu adanya
upaya nalar kenduri penuh makna
sempurna rindu menjadi mutiara
dedikasi tinggi reaksi penuh romantis
mencerna perlakuan khas kian statis
tarian terindah kupu-kupu pagi cerah

Kandangan, 14 Agustus 2019



Akhmad Husaini

ARUS PADANAN DIRI TERBUAI RANUM IMAJINASI

Berpicu naluri intim saling berkejaran
menimpa jejak kelan kian pendam
siasat diri mengurai lantunan pualam
aktualisasi jemu menopang intisari
mencumbu lamunan hegemoni berpatut diri
merintih sendu igauan kian ritmis

Arus padanan diri terbuai ranum imajinasi
jalan nyata tabik seputar lagu konotasi
retas kehendak nafiri mewangi
sentimen arus deras berpagut ilusi
hakikat menancap jangan lupa akan segala
serupa sesalan pengulangan begitu dahsyat
datang dengan sepenuh harap melindap

Serpih tendensi lagu rindu kondisi
terbilang sangka nyanyi rindu memadu
merenung tentang kehidupan sudah bernalar
penghantar semu arus berbias
kehendak mengultus niscaya tersudut
kebahagiaan terus menakar gerus empati

Upaya sandera halangan berwatak sempit
imaji bertaut statis berpicu himpit
dalam perasaan nyata membingkai warna
tautan diri pandai mengurai landai
kian merasa saling menyandar serta
dominan menaut sangka sebatas teman

Kandangan, 14 Agustus 2019



Akhmad Husaini

MELAYANG JAUH

Pergi tinggalkan arus yang menderus
melihat jalan tanpa arah
menatap hari yang kian sunyi
hampa melelap
nisbi pasrahkan lamunan sendu
banyak kata
banyak suka

Kandangan, 11 Juni 2010



Akhmad Husaini

TOBAT

Kebenaran apakah yang kudapat lewat tobat
jangan hanya pandai bersiasat
apalagi hanya sesaat
jangan menunggu datangnya sekarat
kerjakan sekarang diwaktu nikmat
karena tak ada kata terlambat
kecuali dunia dilanda kiamat

Kandangan, November 2003



Akhmad Husaini

NISAN BIRU

Warnanya mencolok mata
yang baru datang ditinggal derita
dengan atas nama cinta
membawa dua lingkaran kata
disana mereka bersuka ria
karena sudah lama ditinggal dunia

Kandangan, 2 Juli 2004



Akhmad Husaini

AKU DAN DIA

Inilah hidup yang penuh liku-liku
ketika tangan-tangan setan menyatu
ada rindu yang menggebu dalam tautan asmara biru
aku dan dia satu tuju
melangkah menuju pintu nyanyian pilu
ada beribu kata yang tak mau malu
yang datang dengan satu kalbu
aku dan dia menjadi bisu
tak ada gairah selalu
impian yang tiada tentu
datang melangkah meninggalkanmu
ada perasaan kelu
utusan rindu padu diregang rasa hantu
seia-sekata menggapai harapan sendu

Kandangan, 3 Juli 2004



Akhmad Husaini

BERIKAN APA YANG KUMAU

Seraut wajah ayu menyeruak dipikiranku
datang saat aku sedang tertunduk malu
hilangkan rasa bencimu padaku
yang tak ada juntrungnya
sayangi dan cintai aku yang sedang kesepian
yang merindukan kehangatan
adakah harapan untuk menggapai tujuan
bercinta dalam kebahagiaan didekapan angan

Kandangan, April 2003



Akhmad Husaini

IMAJI YANG BERTAUT

Kutatap bumi yang kerontang
ketika panas menggantang hati
diatas seribu lamunan yang tak pasti
dan aroma meditasi yang menggayut
hadapi keterasingan imaji bertaut
seperti dulu yang pernah ada
mampukah menjauh terlindas polusi dimensi kata

Kandangan, Februari 2010



Akhmad Husaini

KAINGATAN BAHARI DI HANGKINANG

Waktu masih kakanakan rami bakawanan
di kampung tanah kalahiran Hangkinang
ka pahumaan mancari iwak saharian
dapat papuyu wan haruan

Mandi balumba di batang banyu wayah kamarian
imbah maghrib balajar alif-alifan
sampai bisa mambaca Al qur'an

Wayahini sudah ganalan
ada nang bagawi wan kawinan
samantara aku disini masih saurangan
wan kadada baisi gawian
Hangkinang masih salalu ulun kanang

Kandangan, 14 Desember 2004



Akhmad Husaini

BUNGAS PANG PIAN

Awakku manggatar batamuan lawan ikam
muha nang bungas mambuat aku tabayang
asa handak tarabang ka bulan
manikmati harumnya malati bagandakan
aku supan bapadah handak lawan ikam
kalu ikam kada manarima
gair banar aku
pabila jua kawa batamuan
mamingkut janji nang sing lawasan
bulik bagawi kita ka rumahan
atawa wayah abah wan mama ikam tulak ka pangantinan
bapadah haja amun hakun
jangan sampai aku mandarita
karna mamikirakan ikam nang sing bungasan

Kandangan, Februari 2005



Akhmad Husaini

MERENDA PAGI

Hujan gerimis membendung luka hati
semakin mendaki hidupku ringkih sekali
raih harap dengan kepuasan pasti
pahami keadaan semampu diri
ketika kegelisahan menyelimuti
aku kecewa tak bisa memenuhi keinginanmu lagi

Jalan semakin sunyi
menanti sejuta arti
tak tahan dengan gejolak rindu ini
aku terus merenda pagi
desah suaramu bikin aku terlena dalam mimpi

Kandangan, 7 Februari 2010



Akhmad Husaini

LANTAS AKU DISINI BAGAIMANA ?

Malam ini aku menantikan kedatanganmu
dimana engkau berada ?
susah senang aku tetap mendambakanmu
ketika banyak orang mencarimu
perasaanku menjadi tak tentu
aku takut kehilangan ketika hujan turun
engkau nanti menghilang
untuk waktu yang tak tentu
lantas aku disini bagaimana ?

Kandangan, Januari 2010



Akhmad Husaini

ORKESTRA PEJUANG

Langkah pasti memberi inspirasi
dalam tautan imaji
kita harus berjuang melawan intimidasi
dan penindasan masa kini

Hidup yang teramat kejam
kenapa ada kesenjangan
terasa ada keminderan mendera
yang mengingatkan dalam pikiran
ada kemegahan yang tak mudah digapai
ada perbedaan di depan mata
yang mengintai dalam beragam aplikasi

Perjuangan dulu yang pernah mereka lewati
membentang
memberi harap
satu tuju menggayut satu kata
merdeka !

Kandangan, 2009



Akhmad Husaini

TERUSKAN CITA-CITA ITU

Segenap pengabdian yang diberikan selama ini
tak pernah terasa sia-sia
langkah pasti memberi inspirasi dalam tautan imaji
kau bina teratai yang mekar
kaulah pejuang yang berkepribadian
kau yang taat, tanggap, tangguh
tandas, tangkas, terampil, dan tulus

Karena menurutmu setiap napas adalah ibadah
dan bila berjalan sedekah
dimana tinggal membawa berkah
semua itu seharusnya menjadi semboyan hidupmu

Masa muda tempat kita menggapai segala asa
aku tahu kamu sekarang bagai hidup segan mati tak mau
terlindas oleh kemodernan
tapi aku takkan pernah meninggalkanmu

Perjuangan dulu yang pernah kita lewati
membentang memberi harap
satu tuju menggayut sebuah makna tentu
kita harus bahu membahu
meneruskan cita-cita itu

Kandangan, Desember 2008
 


Akhmad Husaini

LELAKI DI RUANG SEGI EMPAT

Lelaki itu manusia biasa juga
bisa marah kala diejek atau dihina
suka menampar dan memukul
bila kehormatan dirinya diinjak-injak
tetapi lelaki itu juga bisa melahirkan.....
melahirkan rangkaian kata-kata indah penuh makna

Lelaki itu pemuja kesunyian
suka menyendiri

Hai-hari ia melintasi pelangi penuh warna
tanah becek, hujan, dan panas
untuk menggapai ruang segi empat

Satu waktu lelaki itu bisa juga menangis, bersedih, dan meratap
akan keadaan nasib dirinya yang merana serba kekurangan
ia pun berandai-andai tatkala materi bergelimang
aku akan menguasai dunia, katanya

Manakala harapannya sirna
meranalah kembali langkahnya
mengarungi hari-hari penuh liku

Di ruang segi empat lelaki itu meratap
bersunyi diri merenungi keadaan
untuk yang kesekian kalinya asanya melambung tinggi

Puluhan ruang segi empat pernah ditempatinya
ruang segi empat melahirkan kata-kata tanpa rasa
harapan beralas impian
takdir menyentuh nurani
bias gamang menancap kenyataan pasti

Kandangan, Desember 2009



Akhmad Husaini

EPISODE PERPISAHAN

Detik selalu berdetak
jam selalu berubah
hari selalu berganti

Perpisahan itupun kini telah tiba
yang senantiasa harus dijalani

Perpisahan menawarkan kesedihan panjang
perpisahan membayang duka nestapa

Tangisan yang abadi bukanlah rengekan
kepiluan hati adalah sebuah keabadian yang nyata

Tetes airmata tak lagi mimpi
kitapun menangis kembali
karena perpisahan adalah sesuatu yang pasti

Kandangan, 30-5-2009



Akhmad Husaini

BERAT HATI

Terasa berat kaki untuk melangkah
seakan ada beban menghimpit
pikiran kelu meresah
bolak-balik ingin menyatukan arah
kenapa ini bisa terjadi ?
akibat apakah ini ?
dendam tiada salahkah
atau kecamuk diri yang nista

Membayang membias hari-hari penuh liku
untuk yang terakhir kali aku berkaca
datar menderus perjalananku
himpit dadaku dengan gejolak asmara
yang tak akan menggoyahkan niatku
apakah ini hanya selapis visi dan misi
yang kau emban silam hari
di waktu yang berkenan menafakuri diri
lihai merenda
bibir tipismu manis menggula
ditatapan terali besi setiap hari
harapan sirna menyesali diri
kelihaian dalam berapoligi
penasti yang tiada henti
anganku tinggal selamat jalan diinti diri

Kandangan, 20 Januari 2010



Akhmad Husaini

SEPERTI SEJARAH

seperti sejarah aku peradaban yang tak pernah mati
karena sejarah adalah langkah pengabdian pejuang
yang membawa arti dan bakti
kemegahan melebihi silsilah keraton dan dinasti
di negeri yang penuh situs sejarah yang dihormati
walau kita semua tak memuja pasti

Banjarmasin, 28 Oktober 2008



Akhmad Husaini

PENANTIAN PANJANG

Hilang sudah harapanku
menantikan kedatangan yang tak kunjung tiba
ingin rasanya aku cepat sampai ke tujuan
siang malam berpayung kehampaan
tapi kini saat-saat itu datang
dikala kesengsaraan menghiasi diri
yang tak ada gairah lagi untuk menjalani

Kandangan, 23 Januari 2009



Akhmad Husaini

BAYANG KERINDUAN DI LORONG MALAM

Kutelusuri lorong-lorong malam
aku tak ingin langkah kaki sia-sia
gerak-gerik tubuh adalah ilham yang nyata
membiaskan sejuta pesona kenikmatan
ketika membayangkan keindahan rupa dan waktu
kegagalan adalah pacuan semangat hidupku
tak kubiarkan jalan itu penuh dengan liku-liku
sekarang aku bersiap melangkah maju

Kandangan, Januari 2005



Akhmad Husaini

MENGEJAR IMPIAN

Melangkah pergi menuju satu impian
aku sekarang sedang kesepian
jalan yang direngkuh terlalu suram
galau diriku bertubir sunyi tanpa malam
adakah secercah harapan menanti keabadian
nasibku kini dalam awang-awang
gelora hati tumbuh menyempit ke dalam imaji
keegoan diri yang menindih nurani
risaukan kekuatan bercampur energi
utusan rindu kini menanti janji
nyanyian lagu syahdu sumbang ditelinga kiri
derita itu kini sedang melewati lorong-lorong tak pasti
ingin rasanya tinggalkan tempat ini
hanya kehangatan dan kedinginan menyelimuti
datang dan pergi lagi
lewati bentang cahaya purnama dan matahari
buaikan mimpi yang mengelana ke jurang derita
rahasia dunia ada di sini
kapankah aku menjadi sahabat para bidadari?

Manarap Baru, 5 Agustus 2004



Akhmad Husaini

KETERTINGGALAN KITA

Jauh tertinggal di belakang
tentang segala keadaan
kita disisihkan
harapan apa yang kita dapatkan
untuk mengejar ketertinggalan
pasrah ataukah diam dalam angan
semua tentu ingin sepadan
walau semua tahu kita baru
dalam dekapan keterbelakangan
mengharap bias masa lalu setaraf
dalam retasan beribu imaji
yang tetap ditunggu
walau tak kenal kata setuju

Kandangan, 21 Agustus 2008



Akhmad Husaini

ELEGI OMBAK

Ombak laut
ombak kehidupan
ombak yang menghanyutkan duka lara
ombak yang memerihkan mata hati

Takisung, 21 Juni 2009



Akhmad Husaini

EPISODE PERPISAHAN

Detik selalu berdetak
jam selalu berubah
hari selalu berganti

Perpisahan itupun kini tlah tiba
yang senantiasa harus kita jalani
perpisahan menawarkan kesedihan panjang
perpisahan membayang duka nestapa

Tangisan yang abadi bukanlah rengekan
kepiluan hati adalah sebuah keabadian yang nyata

Tetes airmata tak lagi mimpi
kitapun menangis kembali
karena perpisahan adalah sesuatu yang pasti

Kandangan, 29-5-2009



BIODATA AKHMAD HUSAINI

Akhmad Husaini lahir di Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, 18 November 1979. Aktif menulis sejak tahun 1996, saat masih duduk dibangku MAN 2 Kandangan. Karyanya berupa puisi, cerpen, artikel, dsb pernah dipublikasikan diberbagai media cetak dan media online baik lokal maupun nasional. Aktif dalam kegiatan seni dan sastra di Kalimantan Selatan.

Puisinya termuat dalam antologi bersama penyair Kalimantan Selatan : Do’a Pelangi di Tahun Emas (2009), Menyampir Bumi Leluhur (2010), Seloka Bisu Batu Benawa (2011), Sungai Kenangan (2012), Tadarus Rembulan (2013), Maumang Makna di Huma Aksara (2017), dan Semerbak Hutan Seharum Ombak (2019). Juga kumpulan puisi bersama Penyair Islam Nusantara Suluk Santri (2018).

Sekarang berdomisili di Jalan A Yani Km 8 Desa Angkinang Selatan RT 1 No 40, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Kode Pos 71291.

Suasana Pagi Hari di Sekitaran RT 1 Desa Angkinang Selatan

 Sabtu, 23 November 2024 Suasana yang terlihat di sekitaran RT 1 Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,...