Nama lengkapnya Abdullah, berusia sekitar 25 tahun. Namun anak-anak MTsN Angkinang lebih akrab menyapanya dengan Ateng. Ia lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sudah 12 tahun tinggal di kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Abdullah tinggal di Muara Banta. Dengan modal Rp.500 ribu ia meraih untuk sebesar Rp.100 ribu setiap kali berjualan. Dengan gerobak sepeda yang dibuat sebesar Rp.1,5 juta.
Bahan pentol diraciknya sendiri. Berupa kanji, royco, vetsin, garam, dsb. Lebih dari 100 biji. Pentol ukuran kecil Rp.500 dan ukuran besar Rp.1000,’ Juga tahu. Tempat paling jauh berjualan selama ini ke Kabun dan Pakuan. Jarak dari tempat tinggal ke MTsN Angkinang berjarak sekitar 8 kilometer. Para pelajar MTsN Angkinang sudah akrab dengan penjual pentol yang satu ini.
Adapun suka duka selama berjualan pentol yang dialami Ateng pernah saat berjualan arah ke Ambutun. Ada anak muda yang membeli pentolnya. Mengambil 13 biji yang besar. Seharusnya ia membayar Rp.13 ribu. Tapi hanya bayar Rp.3 ribu. Mau ditagih takut. Karena orang itu bertampang sangat seperti preman. Hingga kemudian Ateng tidak pernah lagi berjualan kea rah sana.
Berjualan pentol di MTsN Angkinang cukup laku. Apalagi menurut Ateng siswa di MTsN Angkinang termasuk banyak diantara beberapa sekolah yang disinggahi untuk berjualan. Sebuah peluang yang cukup menjanjikan. Ateng mengatakan MTsN Angkinang lah sekolah favorit nya untuk berjualan pentol. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar