Dulu waktu sekolah TK Al Qur’an, setiap
sore ada penjual makanan ringan. Biasa di kampung Dugal tinggal, dipanggil
Paman Jawa. Ada dua orang yang datang dari arah Kandangan bersepeda ke
Angkinang. Ada sayuran, makanan ringan, dsb yang mereka jual.
Yang jadi favorit Dugal adalah tahu bapatis dan es manis. Sifat
anak-anak senang mengambil lebih, tapi bayarnya tak sesuai jumlah yang dinikmati.
Sampai sekarang masih diingat oleh Dugal. Ia merasa berdosa telah melakukan
itu.
Kemana ia akan minta maaf atas kekhilafan
yang dulu ia lakukan waktu masih anak-anak itu. Berikutnya saat sekolah Madrasah
Aliyah. Di depan madrasah ada warung minum, setiap jam istirahat Dugal akan pergi
ke sana untuk melepas dahaga dan lapar selama mengikuti pelajaran di dalam
kelas.
Kelakuan jelek lagi-lagi dilakukan Dugal.
Ambil banyak bayar sedikit. Wadai guguduh
yang sering dikhilaf oleh Dugal. Hingga kini Dugal terus terkenang akan hal
itu. Ia ingin minta maaf atas perbuatannya itu, tapi orangnya masihkah ada ?
Kemana menghubungi ahli warisnya ?
Berikutnya dosa-dosa di sebuah
lokalisasi. Sepulang dari mangangarun
di Gambut, dengan dua temannya, Dugal pergi ke lokalisasi dan menikmati
kemolekan tubuh penghuni yang jadi pilihannya. Menangislah mengenang masa lalu
itu, segeralah bertobat, sebelum terlambat. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar