SEBAGAI SANTRI
PONDOK PESANTREN
Devita Sari, siswa Kelas VII A MTsN Angkinang berbagi pengalaman. Pengalaman waktu di pondok pesantren dulu. Begini ceritanya.
Banyak kejadian yang membuat Devita Sari ingin pulang. Rasa kangen terhadap orangtunya. Namun Devi segera ingat kata Hj Umu Nikmatin Nadha Ihsan. Pengasuh sekaligus pemilik Pondok Pesantren. “ Santri niku kudu ngerasaken sakite dateng. Pondok lan roso prihaten. Insya Allah mengke dadi bocah engkang bejo lan sae,” ujarnya.
Banyak orangtua yang menginginkan putra-puterinya masuk pesantren. Lain halnya dengan Devi. Keluarganya tidak ada yang mendukungnya untuk masuk pesantren. Tetapi lain dengan ayahnya. Dia sangat mendukung dan mengizinkan kalau Devi masuk pesantren. Sedikit bangga karena ada yang mendukungnya walau tidak semua mendukungnya. “ Kaena ikam bamasak saurang, batatapas saurang, hakunlah ?” ujar mama kepada Devi kala itu.
Tetapi lain dengan paman Devi dia seperti ayahnya. Setuju bila Devi masuk pesantren. Menurut pamannya, ada alumnus yang sukses dan mempunyai lagu atau syair yang indah sekaligus menjadi presiden. Ibu Devi bingung kira-kira siapa yang setelah lulus dari pesantren jadi presiden ? Langsung saja Devi menyebutkan namanya. Yakni KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ibu Devi kehabisan alasan. Dan membolehkan Devi untuk masuk pesantren. Bahagianya Devi.
Pilihan orangtuanya jatuh ke Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Abul Faid asuhan Mbah Yai Muhammad Ihsan dan puterinya Hj Umu Nikmatin Nadha Ihsan selaku pengurus Pondok Pesantren di Desa Bakalan Kabupaten Blitar Jawa Timur. Para santri mempelajari ilmu pengelolaan dan cara membuat busana alias menjahit dan pelajaran umum. Tergantung santri mau yang mana diikuti. Ilmu lainnya pelajaran agama seperti tafsir, hadits, dan kitab kuning.
Agar terbiasa menghafal dengan kitab kuning santriwati dituntut mempelajari dan menghafal beberapa ilmu ukhrawi dahulu kurang lebih satu tahun lebih. Tepatnya hari Jum’at setelah shalat Ashar tahun 2009 Devi diantar kedua orangtuanya ke pondok pesantren impiannya. Semoga kulo krasan dateeng pesantren.
Devi pun sampai di Ponpes Al Ihsaniyah Abul Faid. Ibu dan ayahnya langsung mendaftarkannya. Devi pun diterima. Sekarang dia sah jadi santriwati dateeng pesantren meriki. Malam harinya setelah pulang dari sekolah salaf, Devi beserta teman sekamarnya pun masuk kamar. Banyak sekali teman sekamarnya yang menceritakan tentang hal makhluk halus. Sudah menjadi tradisi kakak yang lebih terdahulu. Menceritakan makhluk halus kepada santri yang baru.
Devi pun pura-pura tidak takut, biar dikira pemberani dan imannya kuat. Ada yang menceritakan tentang hantu yang ada di bawah lemari. Katanya ada seorang wanita cantik dibawah lemari berpakaian panjang rambutnya lurus tetapi pendek. Kemudian mbak Rofa berkata kalau rambutnya lurus pendek itu bukan hantu tapi hantu-hantuan. Terdengar tawa yang sangat lucu. Devi pun merasakan betapa indah dan hangatnya di pesantren.
Hari demi hari telah Devi lalui di pesantren ini. Semakin hari pondok pesantren Al Ihsaniyah Abul Faid ini semakin membludak dari hamper penjuru Indonesia. Berbondong-bondong mencari ilmu agama disini.
Kamar yang mulanya luas menjadi terasa sempit dan sesak. Devi pun harus lebih mengalah, akhirnya Devi dan lima temannya harus tidur di asrama santriwati. Tempatnya terbuka angin keluar masuk. Tidak berdesak-desakan. Masih ada yang membuatnya sedih disaat dia tidur di asrama banyak sekali nyamuk dan akhirnya mereka pun menyalakan obat nyamuk bakar. Tanpa disadari Devi ia terlelap dalam tidur. Dia terguling di bawah obat nyamuk bakar yang dinyalakan. Apa yang terjadi ? Sarung yang dipakai Devi untuk mengusir dingin terkena api dari obat nyamuk bakar. Devi terkejut. Sarungnya bolong-bolong.
Setelah lima minggu di pondok pesantren ini, ibu Devi datang. Bahagia bercampur haru. Hampir saja Devi meneteskan airmata. Tetapi dia tak ingin airmata itu menetes. Karena terlalu bahagia dengan oleh-oleh yang dibawakan ibu dari rumah. Hal itu itu diabaikan Devi akibatnya habis disantap teman-temannya.
Begitulah kejadian-kejadian yang dialami Devi pertama kali mondok. Ujian dan cobaan itu datang dari Allah SWT. Siapa yang benar-benar ingin menjadi santri yang bahagia dunia akhirat jadilah diri sendiri agar tetap bisa jalani berputarnya dunia ini.***
Banyak kejadian yang membuat Devita Sari ingin pulang. Rasa kangen terhadap orangtunya. Namun Devi segera ingat kata Hj Umu Nikmatin Nadha Ihsan. Pengasuh sekaligus pemilik Pondok Pesantren. “ Santri niku kudu ngerasaken sakite dateng. Pondok lan roso prihaten. Insya Allah mengke dadi bocah engkang bejo lan sae,” ujarnya.
Banyak orangtua yang menginginkan putra-puterinya masuk pesantren. Lain halnya dengan Devi. Keluarganya tidak ada yang mendukungnya untuk masuk pesantren. Tetapi lain dengan ayahnya. Dia sangat mendukung dan mengizinkan kalau Devi masuk pesantren. Sedikit bangga karena ada yang mendukungnya walau tidak semua mendukungnya. “ Kaena ikam bamasak saurang, batatapas saurang, hakunlah ?” ujar mama kepada Devi kala itu.
Tetapi lain dengan paman Devi dia seperti ayahnya. Setuju bila Devi masuk pesantren. Menurut pamannya, ada alumnus yang sukses dan mempunyai lagu atau syair yang indah sekaligus menjadi presiden. Ibu Devi bingung kira-kira siapa yang setelah lulus dari pesantren jadi presiden ? Langsung saja Devi menyebutkan namanya. Yakni KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ibu Devi kehabisan alasan. Dan membolehkan Devi untuk masuk pesantren. Bahagianya Devi.
Pilihan orangtuanya jatuh ke Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Abul Faid asuhan Mbah Yai Muhammad Ihsan dan puterinya Hj Umu Nikmatin Nadha Ihsan selaku pengurus Pondok Pesantren di Desa Bakalan Kabupaten Blitar Jawa Timur. Para santri mempelajari ilmu pengelolaan dan cara membuat busana alias menjahit dan pelajaran umum. Tergantung santri mau yang mana diikuti. Ilmu lainnya pelajaran agama seperti tafsir, hadits, dan kitab kuning.
Agar terbiasa menghafal dengan kitab kuning santriwati dituntut mempelajari dan menghafal beberapa ilmu ukhrawi dahulu kurang lebih satu tahun lebih. Tepatnya hari Jum’at setelah shalat Ashar tahun 2009 Devi diantar kedua orangtuanya ke pondok pesantren impiannya. Semoga kulo krasan dateeng pesantren.
Devi pun sampai di Ponpes Al Ihsaniyah Abul Faid. Ibu dan ayahnya langsung mendaftarkannya. Devi pun diterima. Sekarang dia sah jadi santriwati dateeng pesantren meriki. Malam harinya setelah pulang dari sekolah salaf, Devi beserta teman sekamarnya pun masuk kamar. Banyak sekali teman sekamarnya yang menceritakan tentang hal makhluk halus. Sudah menjadi tradisi kakak yang lebih terdahulu. Menceritakan makhluk halus kepada santri yang baru.
Devi pun pura-pura tidak takut, biar dikira pemberani dan imannya kuat. Ada yang menceritakan tentang hantu yang ada di bawah lemari. Katanya ada seorang wanita cantik dibawah lemari berpakaian panjang rambutnya lurus tetapi pendek. Kemudian mbak Rofa berkata kalau rambutnya lurus pendek itu bukan hantu tapi hantu-hantuan. Terdengar tawa yang sangat lucu. Devi pun merasakan betapa indah dan hangatnya di pesantren.
Hari demi hari telah Devi lalui di pesantren ini. Semakin hari pondok pesantren Al Ihsaniyah Abul Faid ini semakin membludak dari hamper penjuru Indonesia. Berbondong-bondong mencari ilmu agama disini.
Kamar yang mulanya luas menjadi terasa sempit dan sesak. Devi pun harus lebih mengalah, akhirnya Devi dan lima temannya harus tidur di asrama santriwati. Tempatnya terbuka angin keluar masuk. Tidak berdesak-desakan. Masih ada yang membuatnya sedih disaat dia tidur di asrama banyak sekali nyamuk dan akhirnya mereka pun menyalakan obat nyamuk bakar. Tanpa disadari Devi ia terlelap dalam tidur. Dia terguling di bawah obat nyamuk bakar yang dinyalakan. Apa yang terjadi ? Sarung yang dipakai Devi untuk mengusir dingin terkena api dari obat nyamuk bakar. Devi terkejut. Sarungnya bolong-bolong.
Setelah lima minggu di pondok pesantren ini, ibu Devi datang. Bahagia bercampur haru. Hampir saja Devi meneteskan airmata. Tetapi dia tak ingin airmata itu menetes. Karena terlalu bahagia dengan oleh-oleh yang dibawakan ibu dari rumah. Hal itu itu diabaikan Devi akibatnya habis disantap teman-temannya.
Begitulah kejadian-kejadian yang dialami Devi pertama kali mondok. Ujian dan cobaan itu datang dari Allah SWT. Siapa yang benar-benar ingin menjadi santri yang bahagia dunia akhirat jadilah diri sendiri agar tetap bisa jalani berputarnya dunia ini.***
Kandangan, 21-09-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar