Senin (19/08/2013) saya menyaksikan program Indonesiaku edisi Ekspedisi
Borneo di Trans 7 sekitar pukul 17.30. Saya tak tahu judulnya. Karena
saat membuka teve sudah ada tayangan tersebut.
Tentang Desa Belangian Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Dengan
host Donny Sandjaya. Ada aktivitas warga di sungai Kahung.
Hadangan membawa kayu untuk membangun jembatan. Mengangkut pasir dengan
kadut. Puskesmas. Dua warga wanita. Daun pudak digunakan untuk obat
diare. Tak punya pilihan. Noor dan Syariah. Sementara air bilaran untuk
sakit tenggorokan. Daun pudak diparut lalu diperas airnya. Bebas dari
efek samping.
Belangian desa terpencil di kawasan waduk Riam Kanan. Naik kelotok dua
jam menuju Belangian. Kurang perhatian. Sore menjelang. Warga berkumpul
ke tengah lading. Menyalakan genset. Suram. Keterbatasan melahirkan
kreativitas. Mesin genset sudah berusia 10 tahun.
Fahrudin, warga Belangian. 1973 Riam Kanan pertama kali beroperasi
sebagai pembangkit listrik tenaga air. Pernah pada tahun 1980-an warga
minta listrik tapi tak digubris. Harap-harap cemas. Setiap malam.
Listrik beroperasi pukul 18.00 s/d 22.00 WITA. Setelah itu warga
bergelap ria. Ada wawancara host dengan Sekda Kabupaten Banjar, H
Nasrunsyah.
Tayangan beikutnya panen kacang tanah. Ladang milik warga di sungai
Kahung. Menyeberang dengan rakit. Lembah Kahung di kaki pegunungan
Meratus. Tanaman kacang tanah tumbuh subur tanpa pupuk. 4 bulan panen.
Harga 1 blek Rp. 50 ribu.
Inilah potret Desa Belangian. 40 tahun gelap ditengah potensi lautan sumber energi listrik Riam Kanan.***
Kandangan, 19-08-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar