Hujan lebat turun. Setelah mendapat jatah makanan dari panitia Adit,
Phitoey, Rizal, Didin, dan Amud singgah disebuah gubuk tua tak
berpenghuni yang ada di tepi jalan. Mereka minta izin dahulu untuk
singgah.
Adit melepas tas ransel dan tas pinggang. Lalu menghampar lembaran
Koran bekas ditanah sekitar gubuk yang teduh itu. Mereka duduk
beralaskan Koran.
Mereka mulai menyantap makanan yaitu nasi bungkus dan secangkir air
mineral. Adit mengambil makanan ringan dari dalam tas yang dibelinya
tadi malam disebuah kios. Ada Opak Jaipong dan kerupuk unyil. Mereka
makan bersama dengan lahapnya. Mungkin karena pengaruh perjalanan yang
cukup jauh dan melelahkan mereka lekas lapar. Hujan makin lebat saja.
Suasana makin dingin dan senyap.
Tak lama kemudian ada satu tim yang singgah dan berteduh ke tempat
Adit, dkk berhenti. “Makanan barataan,” ujar Adit menawari kepada
mereka.
“ Terima kasih. Kami juga mau makanan,” jawab satu orang dari mereka.
Adit, dkk bergeser sedikit untuk member tempat kepada mereka yang baru
datang itu. Biar mereka tidak kehujanan. Mereka juga menyantap nasi
bungkus. Bedanya dengan Adit, dkk mereka pakai tangan. Sedang Adit, dkk
pakai sendok karena membawa sendiri dari rumah.
Usai makan mereka saling ngobrol dan mengenalkan diri. “Kami dari
Martapura. Nama tim kami SFL (Struggle For Life) yang berarti perjuangan
hidup,” ujar Indah sang ketua tim. Selain Indah anggota SFL lainnya
adalah Firman, Andri, Yanti, dan Ratna. Mereka adalah gabungan pelajar
SMAN 1 Martapura dan MAN Martapura.
“ Buhan pian ada mambawa minyak anginkah? ” anya Yanti. Kepalanya
terasa pusing. Lalu adit mengambil dari tas ransel dan menyerahkan. “
Makasih Kak lah, “ ujar Yanti sembari menyerahkan kembali minyak angin
itu kepada Adit. Mereka sempat tukar-menukar alamat, no HP. Juga
sepuasnya berbincang tentang apa saja yang dibicarakan.
Hujan reda. Mereka melanjutkan perjalanan. Sebelumnya foto bareng
didepan gubuk tua sebagai kenang-kenangan dan bukti pernah singgah di
tempat itu. Yang pertama Adit memfoto dengan kamera digital miliknya.
Lalu Didin dengan tustel manual . Juga indah dengan handycam dan kamera
HP-nya.
Mereka jalan bareng. Serasa sudah kenal lama. Padahal baru saja. Adit
jalan bareng Indah paling belakang. Ada banyak bahan yang
diperbincangkan selama perjalanan.
Saat melintas di sungai yang penuh bebatuan Adit memegang erat tangan
Indah agar tidak terjatuh saat naik ke tebing. Perasaan cinta pun
merekah. Adit jatuh hati dengan Indah. Saat seperti itu aliran darah
makin kencang. Tangan Indah memegang tangan Adit. Adit biasa-biasa saja
merespon tingkah itu.
Mereka terus melintas. Kali ini Meratus sekitar gunung Kantawan. Jalan
becek dan cukup sulit dilewati. Kalau tidak hati-hati bisa tadangsar.
Walau seperti ini sangat diperlukan tongkat. Tapi bagaimana mencari
tongkat kalau parang saja tidak ada. Bagaimana mau memotongnya ? Apa
adanya ai.
Adit memakai kaos hitam yang pada bagian depan tertulis JURNALIS
KANDANGAN. Sementara pada bagian belalakng atas ada tulisan
WWW.SKETSAHSS212.BLOGSPOT.COM Sedang teman-temannya se tim memakai kaos
hitam juga cuma beda tulisannya yakni HUSS PRODUCTIONS (belakang) dan
RIAK ADVENTURES (muka).
Sekali lagi mereka berhenti di tengah jalan. Di tengah hutan hujan lebat kembali mengguyur. Perjalanan jadi terhambat.***
Kandangan, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar