Rabu, 22 Januari 2020

Sumur Serapan, Solusi Krisis Air di Bali

Kamis, 23 Januari 2020

Written by Redaksi BaleBengong on 5 Maret 2017

Yayasan IDEP mengenalkan sumur serapan sebagai solusi terhadap krisis air di Bali.
Bukannya membawa berkah, hujan di Bali saat ini justru mulai membawa musibah. Padahal, air hujan seharusnya membawa berkah. Apalagi pada musim kemarau, sebagian wilayah di Bali juga mengalami krisis air.

Karena itu perlu upaya membuat air hujan untuk mengatasi krisis air.

Yayasan IDEP, organisasi non-pemerintah di bidang tata kelola sumber daya alam, meresmikan percontohan sumur resapan sebagai solusi untuk mengembalikan air tanah yang menipis pasokannya. Peresmian dilakukan pada Senin pekan lalu di kantor dan kebun percontohan IDEP di Sukawati, Gianyar.

Yayasan IDEP juga memperagakan bagaimana sumur resapan ini bekerja dan bagaimana program Perlindungan Air Tanah Bali merespon masa depan ketersediaan air bersih untuk Bali.
Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini mengakibatkan kerusakan di Bali. Di sisi lain, pulau ini sebenarnya sedang menuju bencana krisis air. Jika tidak segera ditangani, akan berdampak pada perekonomian serta lingkungannya.

Untungnya, Yayasan IDEP dan mitra memiliki solusi: memanen air hujan untuk sumur resapan, mendorong sumber air alami secara pesat mengisi kembali air tanah.

Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bali sudah mulai mengering dan sangat mengkhawatirkan. Kebanyakan akibat dari penyedotan berlebihan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga industri pariwisata. Berkurangnya tataran permukaan air bawah tanah ini mengakibatkan terjadinya intrusi air laut yang mencemari akuifer Bali.

Sebenarnya Bali sangat diberkati dengan tingginya curah hujan. Secara teoritis, Bali menerima asupan air, baik dari alam maupun hujan, dengan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

Namun, kebanyakan air hujan ini tidak tertampung. Mereka malah mengalir langsung ke sungai terbawa sampai laut. Karena itu, air hujan (yang melimpah ini) perlu ‘dipanen’ agar dapat menyeimbangkan neraca konsumsi air.

Yayasan IDEP mengembangkan program untuk menyimpan air sebagai solusi krisis air di pulau ini. Foto Yayasan IDEP.

Tujuan program ini adalah untuk membantu pengisian air tanah di akuifer secara alami, dan menyokong perkembangan angka wisatawan tahunan ke Bali secara baik.

Saat ini, Yayasan IDEP telah melakukan pengembangan jaringan 136 sumur resapan. Program Penyelamatan Air Tanah Bali juga akan memasukan program edukasi di 132 sekolah di Bali yang berdekatan dengan sungai. Ada pula produksi media kampanye untuk khalayak ramai tentang pemeliharaan air bersih.

Hal itu sangat membutuhkan keikutsertaan dari para pemangku kepentingan Bali, terutama para pelaku industri pariwisata.

Five Elements, sebuah resort mewah untuk kebugaran, telah mendukung Yayasan IDEP dalam membangun percontohan sistem sumur resapan (di kantor IDEP). Gove DePuy, Direktur Program Keberlanjutan Five Element, mengatakan ini adalah langkah sangat baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu ini.

Instalasi percontohan ini merupakan langkah awal.

Apa yang perlu kita lakukan sekarang ini adalah menyebarluaskan isu ini. Pesan kuat ini sangatlah penting untuk disampaikan kepada para pelaku industri pariwisata bahwa krisis air ini perlu untuk segera ditindaklanjuti secara bersama.

DePuy melanjutkan semua pihak di pulau ini, baik yang hanya melancong sehari saja ataupun yang tinggal di sini, memberikan dampak terhadap pasokan air yang sangat berharga. “Kita semua bisa berbuat sesuatu untuk memastikan bahwa pasokan air bersih ini berkelanjutan untuk generasi yang akan datang, terutama bagi yang sangat bergantung terhadap air untuk bertahan hidup!” tegasnya.

Menurut Ade Andreawan, Direktur Eksekutif Yayasan IDEP, apa yang ingin kita lakukan adalah mengikutsertakan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dari hotel-hotel secara khususnya dan perusahaan lain dalam inisiatif ini. “Program ini mencakup kedaulatan air bagi semua umat,” ungkap Ade.

Yayasan IDEP merupakan LSM Indonesia yang dibentuk secara resmi di Bali, Indonesia pada 1999. Tujuan utamanya adalah merespon pentingnya kesiapsiagaan bencana, adanya sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan manajemen sumber daya yang baik, sembari menyampaikan betapa pentingnya pendidikan terhadap lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan. [b]

Sumber : Bale Bengong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...