Written
by Redaksi
BaleBengong on 5 Maret 2017
Yayasan IDEP mengenalkan sumur serapan
sebagai solusi terhadap krisis air di Bali.
Bukannya membawa berkah, hujan di Bali
saat ini justru mulai membawa musibah. Padahal, air hujan seharusnya
membawa berkah. Apalagi pada musim kemarau, sebagian wilayah di Bali juga
mengalami krisis air.
Karena itu perlu upaya membuat air hujan
untuk mengatasi krisis air.
Yayasan IDEP, organisasi non-pemerintah
di bidang tata kelola sumber daya alam, meresmikan percontohan sumur resapan
sebagai solusi untuk mengembalikan air tanah yang menipis pasokannya. Peresmian
dilakukan pada Senin pekan lalu di kantor dan kebun percontohan IDEP di
Sukawati, Gianyar.
Yayasan IDEP juga memperagakan bagaimana
sumur resapan ini bekerja dan bagaimana program Perlindungan Air Tanah Bali
merespon masa depan ketersediaan air bersih untuk Bali.
Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini
mengakibatkan kerusakan di Bali. Di sisi lain, pulau ini sebenarnya sedang
menuju bencana krisis air. Jika tidak segera ditangani, akan berdampak pada
perekonomian serta lingkungannya.
Untungnya, Yayasan IDEP dan mitra
memiliki solusi: memanen air hujan untuk sumur resapan, mendorong sumber air
alami secara pesat mengisi kembali air tanah.
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bali sudah
mulai mengering dan sangat mengkhawatirkan. Kebanyakan akibat dari penyedotan
berlebihan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga industri pariwisata.
Berkurangnya tataran permukaan air bawah tanah ini mengakibatkan terjadinya
intrusi air laut yang mencemari akuifer Bali.
Sebenarnya Bali sangat diberkati dengan
tingginya curah hujan. Secara teoritis, Bali menerima asupan air, baik dari
alam maupun hujan, dengan berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Namun, kebanyakan air hujan ini tidak
tertampung. Mereka malah mengalir langsung ke sungai terbawa sampai laut.
Karena itu, air hujan (yang melimpah ini) perlu ‘dipanen’ agar dapat
menyeimbangkan neraca konsumsi air.
Yayasan IDEP mengembangkan program
untuk menyimpan air sebagai solusi krisis air di pulau ini. Foto Yayasan IDEP.
Tujuan program ini adalah untuk membantu
pengisian air tanah di akuifer secara alami, dan menyokong perkembangan angka
wisatawan tahunan ke Bali secara baik.
Saat ini, Yayasan IDEP telah melakukan
pengembangan jaringan 136 sumur resapan. Program Penyelamatan Air Tanah Bali
juga akan memasukan program edukasi di 132 sekolah di Bali yang berdekatan
dengan sungai. Ada pula produksi media kampanye untuk khalayak ramai tentang
pemeliharaan air bersih.
Hal itu sangat membutuhkan keikutsertaan
dari para pemangku kepentingan Bali, terutama para pelaku industri pariwisata.
Five Elements, sebuah resort mewah untuk
kebugaran, telah mendukung Yayasan IDEP dalam membangun percontohan sistem
sumur resapan (di kantor IDEP). Gove DePuy, Direktur Program Keberlanjutan Five
Element, mengatakan ini adalah langkah sangat baik untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap isu ini.
Instalasi percontohan ini merupakan
langkah awal.
Apa yang perlu kita lakukan sekarang ini
adalah menyebarluaskan isu ini. Pesan kuat ini sangatlah penting untuk
disampaikan kepada para pelaku industri pariwisata bahwa krisis air ini perlu
untuk segera ditindaklanjuti secara bersama.
DePuy melanjutkan semua pihak di pulau
ini, baik yang hanya melancong sehari saja ataupun yang tinggal di sini,
memberikan dampak terhadap pasokan air yang sangat berharga. “Kita semua bisa
berbuat sesuatu untuk memastikan bahwa pasokan air bersih ini berkelanjutan
untuk generasi yang akan datang, terutama bagi yang sangat bergantung terhadap
air untuk bertahan hidup!” tegasnya.
Menurut Ade Andreawan, Direktur
Eksekutif Yayasan IDEP, apa yang ingin kita lakukan adalah mengikutsertakan
program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dari hotel-hotel secara
khususnya dan perusahaan lain dalam inisiatif ini. “Program ini mencakup
kedaulatan air bagi semua umat,” ungkap Ade.
Yayasan IDEP merupakan LSM Indonesia
yang dibentuk secara resmi di Bali, Indonesia pada 1999. Tujuan utamanya adalah
merespon pentingnya kesiapsiagaan bencana, adanya sistem produksi pangan yang
berkelanjutan dan manajemen sumber daya yang baik, sembari menyampaikan betapa
pentingnya pendidikan terhadap lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan.
[b]
Sumber : Bale Bengong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar