oleh
Luh De Suriyani [Jember] di 17 February 2019
Di
areal Wisata Agro Rayap Kebun Renteng di Jember, Jatim yang dikelola PTPN XII
terdapat wisata kopi yang magis dan misterius.
Wisata
kopi di Perkebunan kopi Rayap ini merupakan potensi wisata alam Jember selain
perkebunan teh Wonosari-Lawang-Malang (perkebunan Teh), Gunung Bromo, Gunung
Arjuna, Candi Singasari di Jatim.
Di
Wisata Agro Rayap Kebun Renteng bisa melihat pengolahan kopi dari penanaman
sampai biji kopi, termasuk mencicipi hasil roasting kopinya
Bicara kopi, apakah Jember masuk dalam
daerah yang harus dikunjungi? Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia (Puslit
Koka) ada di kota ini.
Selain Puslit Koka, jejak kolonial
Belanda pada komoditas kopi lekat di Jember. Di kebun Rayap, ada villa tua
peninggalan Belanda, rumah-rumah petugas perkebunan peninggalan Belanda yang
tak berpenghuni, dan bangunan pabrik klasik. Wisata agro kopi yang magis dan
misterius.
Villa Koffie Rayap. Itu titik di peta
online yang bisa jadi panduan menuju sebuah area hijau dan legendaris kebun dan
pabrik kopi di Jember, Jawa Timur ini.
Lengkapnya Wisata Agro Rayap Kebun
Renteng dikelola PTPN XII. Perjalanan menuju kampung dan pabrik kopi Rayap
hanya sekitar setengah jam berkendara dari pusat kota Jember. Ke arah utara, di
kawasan perbukitan. Setelah 20 menit dari kota yang panas, suasana mulai
berubah sejuk dengan lebatnya pepohonan dan lembah.
Kota Jember pun nampak saat kendaraan
makin naik ke bukit. Jalan menyempit, sampai tiba di kampung Rayap, masuk
pemukiman, rumah-rumah sederhana resik dengan tanaman pot digantung di beranda.
Memasuki pos penjagaan, terlihat pohon kopi ditanam rapi di tebing-tebing
bukit. Dibuatkan terasering sehingga bisa ditanam berundak.
Aliran sungai juga menyibak kebun-kebun
kopi di bawah jalan setapak. Gemericik air melewati bebatuan besar membuat kaki
ingin segera melangkah ke sana, bermain air.
Ada satu lagi yang menyihir mata, sebuah
bangunan villa tua dengan jendela-jendela besar khas arsitektur peninggalan
kolonial. Villa Koffie atau Wisma Rayap sebutannya. Berandanya menghadap ke
jalan setapak dan sungai. Sejumlah kamar berukuran besar dengan kasur-kasur
ditata berbaris, lengkap dengan bantal dan selimut. Ada kamar khusus laki-laki
dan perempuan. Sepertinya sering disewa oleh rombongan yang outbound atau
belajar kopi.
Wisata Agro Rayap Kebun Renteng yang
dikelola PTPN XII atau Rolas. PTPN XII mengembangkan banyak wisata agro di Jawa
Timur, dari Ngawi sampai Banyuwangi. Foto: Anton Muhajir/Mongabay Indonesia
Pada akhir Desember lalu kami mengikuti
tur belajar kopi, ditawarkan Hasti Utami, seorang perempuan muda warga Jember
yang sedang getol mempersiapkan wisata alam. Tahun 2017 lalu ia merilis paket
tur bertajuk Tamasya Bus Kota ke sejumlah tempat plesiran di Jember. “Banyak
sekali potensi wisata alam Jember yang belum dikenal,” katanya.
Perjalanan ke kebun kopi Rayap ini belum
masuk dalam paket regulernya. Ia sedang memetakan potensi-potensi perkebunan
yang bisa dijadikan wisata edukasi.
Seorang pria petugas kebun mengajak
berkeliling kawasan untuk memulai tur kopi mulai dari kebunnya. Mengenal cara
membibitkan jenis kopi yang ditanam. Area pembibitan terlihat penuh dengan
demplot-demplot budidaya bibit unggul yang cocok ditanam di area ini.
Calon bibit kopi disemai, setelah 3
bulan keluar akar baru ditanam. Selama 3-4 bulan plastik penutup area bibit tak
boleh dibuka, kecuali saat disiram. Agar tak mudah diserang penyakit.
Sejumlah peserta tur bertanya soal
pembuatan pupuk organik, di sini menggunakan stimulasi pupuk kencing sapi
campur kelapa muda, sebagai perangsang akar.
Tiap kebun kopi memiliki ceritanya
sendiri. Termasuk pohon-pohon penaungnya. Di kebun ini memilih lamtoro. Di
perkebunan lain seperti ada yang menggunakan aneka buah seperti durian (Pupuan,
Tabanan), jeruk (Kintamani-Bangli).
Lamtoro dipilih karena daunnya tidak
meranggas, seperti jati. Lamtoro juga memiliki daun relatif kecil, jadi
matahari tak tertutup total. Siang hari, daunnya mekar, lalu sore metutup
seperti tanaman perdu Putri Malu.
Dari demplot pembibitan, kami lanjut
jalan kaki turun menuju aliran sungai yang memandu ke pabrik pengolahan biji
kopi. Sekitar 15 menit melewati jalan berbatu, mes-mes tua tempat tinggal
petugas kebun dan pabrik di masa lalu. Masih lengkap dengan daftar nama di
depan pintu masuknya.
Jembatan menghubungkan kompleks pabrik
dengan villa yang dipisahkan sungai. Arsitektur pabrik era Belanda makin kental
di area pabrik. Tua dan klasik namun masih menawan.
Di sini kopi diolah dari gelondongan
dengan kulit luarnya sampai bersih dengan cara basah, menggunakan alat-alat tua
yang masih dirawat, sampai jadi biji kopi hasil sortiran siap dijual (green
bean). Pengolahan biji kopi bukan hal sederhana, ada proses dan penanganan
berbeda sesuai lapisan biji kopi itu sendiri. Ada cara basah dan kering.
Ruangan paling riuh adalah bagian
sortir. Saat itu Bu Yanto, seorang mandor ramah sedang mengawasi puluhan
pekerja perempuan. Mereka bekerja dengan teliti, memisahkan jutaan biji ke area-area
ditandai. Sampai mendapat biji paling baik, tanpa rusak, compeng, dan terlihat
kehitaman.
Pekerjaan yang butuh konsentrasi tinggi.
“Kalau masih belum baik ulang lagi,” ucap Bu Tayanti, salah seorang pekerja
melirik mandor sambil tersenyum. Dalam setahun, ia kerja menyortir kopi sekitar
5-6 bulan saja mengikuti masa panen dan persediaan. Saat ini ia mampu menyortir
sekitar 40 kg per hari.
Walau tidak ada proses menggoreng atau
sanggrai kopi jadi bubuk, pengunjung bisa memenuhi hasrat menghirup aroma kopi
hasil kebun di meja cupping test. Ini proses yang perlu dipelajari
dengan serius jika ingin benar-benar bisa mengidentifikasi aroma, keasaman, dan
citarasa kopi hasil olahan. Tak banyak yang memiliki kemampuan profesional
seperti ini karena keahliannya akan berpengaruh pada nilai ekonomis kopi,
misalnya di ajang lelang kopi dunia.
Seorang pegawai pabrik perempuan
menyiapkan sejumlah mangkok berisi beragam serbuk kopi. Dideretkan setengah
lingkaran di kedua sisi meja bundar. Kami dipersilakan melihat dan membaui. Ia
tak banyak menjelaskan, hanya mempersilakan.
Teko air mendesis tanda air matang siap
menggenangi bubuk kopi. Aromanya meruap ke ruang kecil seperti dapur ini.
Biarkan beberapa saat sebelum diajak menghirup aroma yang keluar setelah ampas
dibersihkan sebagian. Selanjutnya bisa menyuapkan ke mulut sesendok dengan
gerak cepat mendesis. Bukan untuk diminum tapi hanya merasakan di rongga mulut
dan bawah lidah.
Aroma apakah yang bisa ditangkap indera?
Bunga, buah, gurih kacang sangrai, karamel, atau lainnya. Masih ada proses
pencecapan indera perasa lainnya untuk mengidentifikasi keasaman dan
kekentalannya. Jalan panjang sebelum tiba di kedai kopi dan kita meneguknya.
Mengenal proses kopi dari kebun ke gelas
ini akan menambah rasa penghargaan pada petani dan pengolahnya. Kopi, tanaman
bernilai ekonomi tinggi yang bisa hidup berdampingan dengan pohon perindangnya.
Obyek wisata agro perkebunan kopi yang
dikelola PTPN XII (populer dengan nama Rolas) di kawasan Jawa Timur ini
berderet dari Ngawi sampai Banyuwangi. Agrowisata Rayap salah satunya. Lainnya
misalnya Obyek Wisata Agro (OWA) Wonosari-Lawang-Malang (perkebunan Teh).
Panorama sekitarnya adalah Gunung Bromo, Gunung Arjuna, Candi Singasari, dan
lainnya.
Ada juga OWA Kalisat/Jampit (Arabica
Homestay)-Sempol-Bondowoso (perkebunan Kopi Arabika). Obyek wisata sekitarnya
adalah Kawah Ijen. Kemudian ada OWA Blawan (Catimor Homestay)-Sempol-Bondowoso
(perkebunan Kopi Arabika). Ada kebun edukasi jeruk, strawberry, dan
panorama kawasan Ijen.
Menggabungkan potensi perkebunan dengan
wisata alam makin berkembang. Sebuah peluang masuk kebun bersama anak-anak
dengan lebih aman dan nyaman. Tantangan bagi pengelolanya adalah menambah
informasi untuk berbagi pengetahuan keragaman hayati kawasan dan sejarahnya.***
Sumber : Mongabay Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar