Desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen,
Kabupaten Karangasem, punya potensi yang melimpah di bidang budaya dan
pariwisata. Di bidang pariwisata, salah satunya adalah potensi Bukit Abah,
perbukitan sangat indah yang mengelilingi desa.
Desa itu juga dikenal sebagai penghasil
minuman tradisional, arak dan tuak. Jika semua potensi itu dipadukan
dengan baik maka Desa Tri Eka Buana pastilah akan menjadi desa yang unggul
sebagai desa wisata yang dikunjungi banyak wisatawan.
Mahasiswa Undiknas University, Denpasar,
menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tri Eka Buana, Kecamatan
Sidemen, Kabupaten Karangasem dengan mengangkat tema “Optimalisasi Potensi Desa
Berbasis Kearifan Lokal Menuju Desa Mandiri.
Desa Tri Eka Buana merupakan salah satu
desa yang terletak di bagian selatan wilayah Karangasem dan berbatasan secara
langsung dengan Kabupaten Klungkung.
Desa Tri Eka Buana adalah hasil
pemekaran dari Desa Talibeng. Berdasar sejarah, nenek moyang Desa Talibeng
adalah para prajurit yang menjaga wilayah Karangasem paling selatan yang
terdiri dari Banjar Dinas Teluunwayah Duuran, Banjar Dinas Telunwayah Betenan
dan Banjar Dinas Pungutan.
Pada tanggal 19 Juli 1999, atas
keinginan tokoh masyarakat untuk menjadikan wilayah selatan lebih damai, maju
di segala bidang, maka wilayah Desa Talibeng diusulkan untuk dimekarkan dengan
nama Desa Tri Eka Buana seperti yang ada pada saat ini. Tahun 2004 Desa Tri Eka
Buana diakui secara definitif oleh pemerintah Kabupaten Karangasem menjadi
salah satu desa dinas di Kecamatan Sidemen.
Ketua KKN Undiknas, AA Ngurah Reksa
Wijaya, mengatakan bahwa secara demografi Desa Tri Eka Buana terletak di
sebelah selatan kota Kecamatan Sidemen dengan batas-batas sebelah utara yaitu
Bukit Musu, sebelah barat Sunga Masin, sebelah timur bukit Abah dan juga desa
Gelegang kecamatan Manggis dan sebelah selatan yaitu Sungai Lutung.
Kepala Desa Tri Eka Buana Ketut Derka
mengatakan bahwa desa ini sudah menjadi desa yang terkenal akan produksi
minuman tuak dan arak, yang salah satu manfaatnya jika diminum membuat badan
terasa lebih segar dan juga dapat menyehatkan.
Selain itu, arak ini juga bagus untuk
dijadikan bahan kosmetik semisal digosokkan ke kepala atau badan, bisa
menyebabkan kotoran yang berada dikulit terkupas dan bersih jika memakai arak
yang kadarnya bagus. Tuak dan arak menjadi ikon produk lokal yang dikembangkan
oleh desa ini hingga sekarang.
“Saat ini, desa ini masih menjadi
pemasok arak dan tuak ke suatu perusahaan, dan masih belum bisa mandiri dalam
hal produksi arak menjadi kemasan yang lebih menarik dan memasarkan sendiri,”
ujar I Ketut Derka.
Proses pembuatan tuak menjadi arak yang terdapat di desa Tri Eka Buana yang dimiliki oleh Pak Nengah Sukarta
Menuju Desa Wisata
Ketut Derka menambahkan, Desa Tri Eka
Buana ini dikelilingi oleh perbukitan, bisa dilihat depan samping belakang dan
depan semua bukit. pemandangan dan udaranya pun masih sejuk.
Sangat disayangkan jika kita tidak
memanfaatkan potensi desa untuk menjadikan desa wisata. Maka dari itu, saat ini
fokus dari perangkat desa di tahun 2020 adalah bagaimana desa ini bisa menjadi
desa wisata sehingga menarik daya tarik wisatawan asing untuk berkunjung.
Salah satu destinasi yang menarik adalah
Bukit Abah, Di atas Bukit Abah bisa kita lihat dari kejauhan Wisata seperti
misalnya Sanur, Kuta, Padang Bai, Lombok dan juga Nusa Penida bahkan Garuda
Wisnu Kencana. Akses menuju bukitpun tergolong mudah dan layak.
Di atas Bukit Abah terdapat sebuah pura
Abah yang biasanya masyarakat setempat melakukan persembahyangan setiap Purnama
Kedasa, yang mana di tahun ini biasanya jatuh antara awal April atau akhir,
artinya satu tahun sekali masyarakat mendaki untuk melakukan persembahyangan di
Pura Puncak Bukit Abah.
Selain itu terdapat juga destinasi
wisata Dukuh Sakti Waterfall, yang mana ini bisa menjadi salah satu tujuan
destinasi selanjutnya yang bisa dikunjungi yang berada di Desa Tri Eka Buana.
Dukuh Sakti ini begitu menabjukannya pemandangannya. Jika para pengunjung naik
ke atas air terjun, maka akan dilihat pemandangan yang indah dari atas.
Untuk bulan-bulan ini biasanya airnya
masih kecil, dan biasanya ketika musim hujan air terjun ini sangat indah untuk
dilihat dan airnyapun sangat besar dan menyegarkan.
“Ini menjadi salah satu destinasi yang
membedakan dengan desa yang lainnya yang biasanya air terjunnya tertutup oleh
hutan rimba, dan saya pikir inilah yang akan menjadi daya tarik wisatawan asing
untuk berkunnjung ke desa untuk melihat keindahan air terjun dan bonusnya dapat
melihat pemandangan yang indah jika kita mendaki di puncah air terjun ini,”
kata Ketut Derka.
Potensi Seni Budaya
Untuk menambah daya tarik wisatawan
asing berkunjung ke Desa Tri Eka Buana, tahun 2017 Mahasiswa KKN ISI telah
membantu untuk membuat sebuah tarian yang akan menjadi ikon kesenian dari pada
Desa Tri Eka Buana, tarian ini bernama Tarian Umananing Malini
Tarian Umananing Malini ini adalah
sebuah tarian yang menjadi ciri khas dari desa Tri Eka Buana, Tarian ini
dibentuk pertama kali pada tahun 2017 oleh mahasiswa Institut Seni Indonesia
(ISI) Denpasar. Tarian ini dimaknai sebagai untaian bunga kelapa yang memberi
sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Tri Eka Buana.
Makna ini menggambarkan kehidupan petani
arak yang merupakan mata pencaharian utama dari masyarakat Desa Tri Eka Buana
yang menggambarkan proses pembuatan arak. Tarian ini menceritakan tata cara
menyadap tuak kelapa dari mulai mengambil air nira kemudian disuling menjadi
minuman arak.
Tarian ini berdurasi kurang lebih selama
9 menit dengan diiringi gamelan tetabuhan Bali dan biasanya dipentaskan saat
ada acara-acara di desa. Tarian Utamaning Malini terdiri dari 4 orang penari
yang juga menggunakan atribut saat menari yaitu bambu dan batok kelapa yang
digambarkan sebagai alat untuk mengambil nira kelapa sebagai bahan baku
pembuatan arak Bali.
Tentu diharapkan dengan adanya tarian
ini akan menjadi daya tarik wisata bahwa selain produk lokal yang dimiliki
berupa tuak atau arak yang terkenal juga ada sebuah ikon seni atau seni tari
dari desa Tri Eka Buana yang membedakan dengan desa di Bali. Sehingga dengan
adanya tarian ini tentu akan menjadi sebuah daya tarik wisatawan asing untuk
berkunjung ke Karangasem khususnya kawasan Desa Tri Eka Buana.
Sayangnya destinasi wisata, produk lokal
dan juga kesenian tari ini belum terlalu diketahui oleh masyarakat Bali dan
juga para wisatawan yang berkunjung ke Bali, ini adalah salah satu kendala yang
dimiliki oleh perangkat desa bagaimana destinasi wisata, produk lokal dan juga
kesenian tari yang ada di desa Tri Eka Buana bisa di eksplore oleh para
pengunjung wisatawan di Bali.
“Dengan adanya Mahasiswa KKN Undiknas
Universty yang sedang melaksanakan KKN, seluruh perangkat desa berharap bahwa
mahasiswa KKN Undiknas mampu membantu untuk mempersiapkan desa menuju desa
wisata dengan mengoptimalisasi seluruh potensi yang dimiliki oleh desa sehingga
dapat diketahui dan bisa di eksplore oleh pengunjung yang berbondong-bondong ke
Bali,” ujar I Ketut Derka.
Mengembangkan Arak dengan Kemasan
Dalam rangka mempersiapkan Desa Tri Eka
Buana menjadi desa wisata, mahasiswa KKN Undiknas University fokus untuk
membantu mengembangkan arak dengan kemasan yang menarik mungkin.
Sehingga dengan adanya packaging yang
menarik desa Tri Eka Buana tidak hanya terkenal sebagai distributor bahan
mentah saja, akan tetapi akan terkenal dengan produksi arak yang menarik dan
juga sekaligus langsung akan memasarkan produk yang dikemas semenarik mungkin
tersebut.
Apalagi di tahun 2020 ini masyarakat dan
perangkat desa merencanakan untuk membangun Museum Arak yang mana ini akan
menjadi suatu ciri khas yang baru yang tentunya berbeda dengan desa lain.
Dengan adanya inovasi baru, mahasiswa KKN berharap di museum tersebut ada suatu
hal yang inovatif yang bisa dipasarkan dari segi packaging arak.
Selain itu terkait dengan perencanaan
pembangunan gapura di gerbang pintu masuk Desa Tri Eka Buana, mahasiswa KKN
juga membantu untuk menyalurkan proposal untuk menjadi donator.
Pembangunan gapura ini sangat penting,
karena ini akan menjadi First Impression ketika pengunjung baru sampai di Desa
Tri Eka Buana, sehingga ketika ada wisatawan asing baru memasuki kawasan Desa
Tri Eka Buana akan mendapatkan kesan yang berbeda.
Dan terakhir mahasiswa KKN Undiknas juga
membantu untuk pembuatan video branding terkait destinasi yang patut diketahui
oleh para pengunjung atau masyarakat Indonesia, sehingga dengan adanya
pembuatan video ini, diharapkan seluruh potensi desa yang dimiliki bisa
diketahui dan mampu menarik perhatian wisatawan untuk menjadikan Desa Tri Eka
Buana sebagai salah satu objek tujuan.
“Sehingga dengan kita melakukan hal
tersebut ini tentu sejalan dengan tema besar dari KKN Undiknas itu sendiri,”
ujar Ketua KKN Undiknas. [T]
Sumber : Tatkala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar