Minggu, 26 Januari 2020

Catatan KKN Undiknas University : Memadukan Wisata, Budaya dan Arak, di Desa Tri Eka Buana, Karangasem

Senin, 27 Januari 2020

Desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, punya potensi yang melimpah di bidang budaya dan pariwisata. Di bidang pariwisata, salah satunya adalah potensi Bukit Abah, perbukitan sangat indah yang mengelilingi desa.

Desa itu juga dikenal sebagai penghasil minuman tradisional, arak dan tuak.  Jika semua potensi itu dipadukan dengan baik maka Desa Tri Eka Buana pastilah akan menjadi desa yang unggul sebagai desa wisata yang dikunjungi banyak wisatawan.

Mahasiswa Undiknas University, Denpasar, menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dengan mengangkat tema “Optimalisasi Potensi Desa Berbasis Kearifan Lokal Menuju Desa Mandiri.

Desa Tri Eka Buana merupakan salah satu desa yang terletak di bagian selatan wilayah Karangasem dan berbatasan secara langsung dengan Kabupaten Klungkung.

Desa Tri Eka Buana adalah hasil pemekaran dari Desa Talibeng. Berdasar sejarah, nenek moyang Desa Talibeng adalah para prajurit yang menjaga wilayah Karangasem paling selatan yang terdiri dari Banjar Dinas Teluunwayah Duuran, Banjar Dinas Telunwayah Betenan dan Banjar Dinas Pungutan.

Pada tanggal 19 Juli 1999, atas keinginan tokoh masyarakat untuk menjadikan wilayah selatan lebih damai, maju di segala bidang, maka wilayah Desa Talibeng diusulkan untuk dimekarkan dengan nama Desa Tri Eka Buana seperti yang ada pada saat ini. Tahun 2004 Desa Tri Eka Buana diakui secara definitif oleh pemerintah Kabupaten Karangasem menjadi salah satu desa dinas di Kecamatan Sidemen.

Ketua KKN Undiknas, AA Ngurah Reksa Wijaya, mengatakan bahwa secara demografi Desa Tri Eka Buana terletak di sebelah selatan kota Kecamatan Sidemen dengan batas-batas sebelah utara yaitu Bukit Musu, sebelah barat Sunga Masin, sebelah timur bukit Abah dan juga desa Gelegang kecamatan Manggis dan sebelah selatan yaitu Sungai Lutung.

Kepala Desa Tri Eka Buana Ketut Derka mengatakan bahwa desa ini sudah menjadi desa yang terkenal akan produksi minuman tuak dan arak, yang salah satu manfaatnya jika diminum membuat badan terasa lebih segar dan juga dapat menyehatkan.

Selain itu, arak ini juga bagus untuk dijadikan bahan kosmetik semisal digosokkan ke kepala atau badan, bisa menyebabkan kotoran yang berada dikulit terkupas dan bersih jika memakai arak yang kadarnya bagus. Tuak dan arak menjadi ikon produk lokal yang dikembangkan oleh desa ini hingga sekarang.

“Saat ini, desa ini masih menjadi pemasok arak dan tuak ke suatu perusahaan, dan masih belum bisa mandiri dalam hal produksi arak menjadi kemasan yang lebih menarik dan memasarkan sendiri,” ujar I Ketut Derka.


Proses pembuatan tuak menjadi arak yang terdapat di desa Tri Eka Buana yang dimiliki oleh Pak Nengah Sukarta

Menuju Desa Wisata
Ketut Derka menambahkan, Desa Tri Eka Buana ini dikelilingi oleh perbukitan, bisa dilihat depan samping belakang dan depan semua bukit. pemandangan dan udaranya pun masih sejuk.

Sangat disayangkan jika kita tidak memanfaatkan potensi desa untuk menjadikan desa wisata. Maka dari itu, saat ini fokus dari perangkat desa di tahun 2020 adalah bagaimana desa ini bisa menjadi desa wisata sehingga menarik daya tarik wisatawan asing untuk berkunjung.

Salah satu destinasi yang menarik adalah Bukit Abah, Di atas Bukit Abah bisa kita lihat dari kejauhan Wisata seperti misalnya Sanur, Kuta, Padang Bai, Lombok dan juga Nusa Penida bahkan Garuda Wisnu Kencana. Akses menuju bukitpun tergolong mudah dan layak.

Di atas Bukit Abah terdapat sebuah pura Abah yang biasanya masyarakat setempat melakukan persembahyangan setiap Purnama Kedasa, yang mana di tahun ini biasanya jatuh antara awal April atau akhir, artinya satu tahun sekali masyarakat mendaki untuk melakukan persembahyangan di Pura Puncak Bukit Abah.



Selain itu terdapat juga destinasi wisata Dukuh Sakti Waterfall, yang mana ini bisa menjadi salah satu tujuan destinasi selanjutnya yang bisa dikunjungi yang berada di Desa Tri Eka Buana. Dukuh Sakti ini begitu menabjukannya pemandangannya. Jika para pengunjung naik ke atas air terjun, maka akan dilihat pemandangan yang indah dari atas.

Untuk bulan-bulan ini biasanya airnya masih kecil, dan biasanya ketika musim hujan air terjun ini sangat indah untuk dilihat dan airnyapun sangat besar dan menyegarkan.

“Ini menjadi salah satu destinasi yang membedakan dengan desa yang lainnya yang biasanya air terjunnya tertutup oleh hutan rimba, dan saya pikir inilah yang akan menjadi daya tarik wisatawan asing untuk berkunnjung ke desa untuk melihat keindahan air terjun dan bonusnya dapat melihat pemandangan yang indah jika kita mendaki di puncah air terjun ini,” kata Ketut Derka.

Potensi Seni Budaya

Untuk menambah daya tarik wisatawan asing berkunjung ke Desa Tri Eka Buana, tahun 2017 Mahasiswa KKN ISI telah membantu untuk membuat sebuah tarian yang akan menjadi ikon kesenian dari pada Desa Tri Eka Buana, tarian ini bernama Tarian Umananing Malini

Tarian Umananing Malini ini adalah sebuah tarian yang menjadi ciri khas dari desa Tri Eka Buana, Tarian ini dibentuk pertama kali pada tahun 2017 oleh mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Tarian ini dimaknai sebagai untaian bunga kelapa yang memberi sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Tri Eka Buana.


Makna ini menggambarkan kehidupan petani arak yang merupakan mata pencaharian utama dari masyarakat Desa Tri Eka Buana yang menggambarkan proses pembuatan arak. Tarian ini menceritakan tata cara menyadap tuak kelapa dari mulai mengambil air nira kemudian disuling menjadi minuman arak.

Tarian ini berdurasi kurang lebih selama 9 menit dengan diiringi gamelan tetabuhan Bali dan biasanya dipentaskan saat ada acara-acara di desa. Tarian Utamaning Malini terdiri dari 4 orang penari yang juga menggunakan atribut saat menari yaitu bambu dan batok kelapa yang digambarkan sebagai alat untuk mengambil nira kelapa sebagai bahan baku pembuatan arak Bali.

Tentu diharapkan dengan adanya tarian ini akan menjadi daya tarik wisata bahwa selain produk lokal yang dimiliki berupa tuak atau arak yang terkenal juga ada sebuah ikon seni atau seni tari dari desa Tri Eka Buana yang membedakan dengan desa di Bali. Sehingga dengan adanya tarian ini tentu akan menjadi sebuah daya tarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Karangasem khususnya kawasan Desa Tri Eka Buana.

Sayangnya destinasi wisata, produk lokal dan juga kesenian tari ini belum terlalu diketahui oleh masyarakat Bali dan juga para wisatawan yang berkunjung ke Bali, ini adalah salah satu kendala yang dimiliki oleh perangkat desa bagaimana destinasi wisata, produk lokal dan juga kesenian tari yang ada di desa Tri Eka Buana bisa di eksplore oleh para pengunjung wisatawan di Bali.

“Dengan adanya Mahasiswa KKN Undiknas Universty yang sedang melaksanakan KKN, seluruh perangkat desa berharap bahwa mahasiswa KKN Undiknas mampu membantu untuk mempersiapkan desa menuju desa wisata dengan mengoptimalisasi seluruh potensi yang dimiliki oleh desa sehingga dapat diketahui dan bisa di eksplore oleh pengunjung yang berbondong-bondong ke Bali,” ujar I Ketut Derka.

Mengembangkan Arak dengan Kemasan

Dalam rangka mempersiapkan Desa Tri Eka Buana menjadi desa wisata, mahasiswa KKN Undiknas University  fokus untuk membantu mengembangkan arak dengan kemasan yang menarik mungkin.

Sehingga dengan adanya packaging yang menarik desa Tri Eka Buana tidak hanya terkenal sebagai distributor bahan mentah saja, akan tetapi akan terkenal dengan produksi arak yang menarik dan juga sekaligus langsung akan memasarkan produk yang dikemas semenarik mungkin tersebut.

Apalagi di tahun 2020 ini masyarakat dan perangkat desa merencanakan untuk membangun Museum Arak yang mana ini akan menjadi suatu ciri khas yang baru yang tentunya berbeda dengan desa lain. Dengan adanya inovasi baru, mahasiswa KKN berharap di museum tersebut ada suatu hal yang inovatif yang bisa dipasarkan dari segi packaging arak.

Selain itu terkait dengan perencanaan pembangunan gapura di gerbang pintu masuk Desa Tri Eka Buana, mahasiswa KKN juga membantu untuk menyalurkan proposal untuk menjadi donator.

Pembangunan gapura ini sangat penting, karena ini akan menjadi First Impression ketika pengunjung baru sampai di Desa Tri Eka Buana, sehingga ketika ada wisatawan asing baru memasuki kawasan Desa Tri Eka Buana akan mendapatkan kesan yang berbeda.

Dan terakhir mahasiswa KKN Undiknas juga membantu untuk pembuatan video branding terkait destinasi yang patut diketahui oleh para pengunjung atau masyarakat Indonesia, sehingga dengan adanya pembuatan video ini, diharapkan seluruh potensi desa yang dimiliki bisa diketahui dan mampu menarik perhatian wisatawan untuk menjadikan Desa Tri Eka Buana sebagai salah satu objek tujuan.

“Sehingga dengan kita melakukan hal tersebut ini tentu sejalan dengan tema besar dari KKN Undiknas itu sendiri,” ujar Ketua KKN Undiknas. [T]

Sumber : Tatkala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Didatangi Tokoh Nasional

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (13/02/2023)  Guru Ibad perkenalkan Maulid Habsyi di Martapura tahun 1960-an. Sela...