Oleh : Drs Syibram Mulsi
I.Pendahuluan
Kabupaten Tapin dengan luas wilayah
2.700,83 km2, terbagi atas 12 kecamatan, terdiri dari 125 desa dan 8 kelurahan
memiliki perbendaharaan seni budaya khas dengan
kearifan lokal yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi aset
pendukung pengembangan sastra di Kalimantan Selatan, regional dan nasional.
Menurut catatan penulis, seni sastra
klasik di Kabupaten Tapin yang kemudian berkembang di masyarakat Kalsel adalah
basyair dan baturai pantun. Seni basyair dikembangkan sejalan dengan masuknya
agama Islam ke wilayah Margasari, Muara Rampiau, Pandahan, Banua Halat, Gadung
dan Banua Parigi. Beberapa jenis syair yang memiliki nilai sastra dengan muatan
filosofis yang kaya dengan nilai-nilai budaya diantaranya adalah syair maayun
anak, syair daur hidup dan syair-syair lain yang berbentuk cerita. Seni basyair
walaupun tidak dipagelarkan secara khusus tetapi sampai saat ini masih tetap
ada di masyarakat tradisional dan menjadi salah satu khazanah budaya lokal yang
dipertahankan secara arif oleh masyarakat dalam keseharian.
Baturai pantun adalah seni sastra
klasik melayu yang masuk dan berkembang sejalan dengan masuknya kesenian drama
tradisi Melayu Badamuluk. Seni Badamuluk selanjutnya berkembang menjadi Mamanda
Pariuk atau Mamanda Batang Banyu. Pada babakan-babakan cerita selalu disisipkan
aneka pantun yang bersifat puji-pujian terhadap kerajaan, terhadap kebijakan
raja, kecantikan permaisuri atau anak raja yang jadi rebutan para pemuda. Dari
seni mamanda selanjutnya berkembang lagi menjadi seni Gandut yaitu tari
pergaulan yang melahirkan aneka gerak tari yang berakar dari Tari Japin Melayu
yang diiringi syair pantun berlagu seperti Lagu Marindu, Manunggal, Lagu Dua,
Lagu Dua Puteri, dan lain-lain.
Sastra modern mulai tumbuh di
Kabupaten Tapin pada tahun 80-an. Pada tahun-tahun tersebut terdapat nama-nama
penyair yang cukup aktif beraktivitas dalam dunia penulisan, beberapa
diantaranya adalah Maman S Tawie, A Kusairi, Maskuni Maharawi (penyair dan
penulis beberapa cerita Palui di Banjarmasin Post), Rislam Maharani (penyair),
dan Gazali Usman (sejarawan / budayawan).
II.Pembinaan dan Pengembangan Sastra di Tapin
Dalam perkembangannya seni sastra di
Kabupaten Tapin terkesan lamban dan tidak mendapat perhatian serta upaya
pengembangan yang baik dari pemerintah dan masyarakat sastra sendiri. Hal ini
terjadi karena :
1.Sumber daya manusia
yang mengelola pembinaan bidang sastra terutama para guru di sekolah banyak
yang tidak memahami dan mengerti tentang sastra itu sendiri.
2.Lembaga birokrasi
yang bertanggung jawab melakukan pembinaan dan pengembangan juga banyak yang
tidak paham terhadap dunia kesusastraan.
3.Rendahnya
kepedulian dan apresiasi masyarakat khususnya generasi muda terhadap seni
sastra.
4.Egoisme dan
kurangnya kepedulian para sastrawan sendiri untuk mengembangkan sastra melalui
pembinaan dan kaderisasi di daerahnya.
Pada tahun 2007 berdiri kelompok
Sanggar Seni Balahindang yang secara mandiri melakukan pembinaan kepada para
pemula dan peminat seni, salah satu seni yang dikembangkan dan dibina adalah
seni sastra. Memulai dari seni tradisi sastra lisan seperti madihin, basyair
dan baturai pantun untuk mengisi acara di televisi lokal milik Pemkab Tapin.
Selanjutnya mengikuti beberapa lomba di tingkat provinsi dan berhasil menjuarai
beberapa lomba tingkat pelajar. Pelatihan terus berlanjut kepada cara penulisan
puisi dan cerpen. Beberapa anggota Sanggar Balahindang yang pernah menjuarai
lomba diantaranya adalah :
1.M Syaiful Arif,
Juara I Baca Puisi se Kalsel Tahun 2008. 10 Besar Nasional Non Peringkat Baca
Puisi Tingkat Nasional Tahun 2008 di Jambi.
2.Septikawulan KS,
Juara I Baca dan Cipta Puisi Tingkat SLTP se Kalsel Tahun 2008. Harapan II Baca
dan Cipta Puisi Tingkat Nasional Tahun 2008 di Bandung.
3.Rahmiyati, S.Pd,
Juara III Penulisan Cerita Rakyat Kalsel Tahun 2008.
4.Priyandi Wirawan,
Juara II Festival Madihin Pelajar se Kalsel Tahun 2008.
5.M Maulana, Juara
III Festival Madihin Pelajar se Kalsel Tahun 2008
6.Rifky Agustiadi,
Juara II Lomba Bakisah Bahasa Banjar Tingkat SLTP se Kalsel Tahun 2008. Juara
II Lomba Bakisah Bahasa Banjar Tingkat SLTP se Kalsel Tahun 2009.
7.Sri Eva Maulida,
Juara I Lomba Bakisah Bahasa Banjar Tingkat SLTA se Kalsel Tahun 2009.
8.Rahmiyati, S.Pd,
Juara I Lomba Mengulas Karya Sastra Tingkat Nasional Tahun 2009 di Jakarta.
9.Bram Lesmana, Juara
II Lomba Menulis Cerita Rakyat HST pada ASKS VIII Kalsel Tahun 2011.
10.Devi Okta A, Juara
I Lomba Bakisah Bahasa Banjar Tingkat SLTP se Kalsel Tahun 2009. Juara II Lomba
Bakisah Bahasa Banjar Tingkat SLTA se Kalsel Tahun 2010.
Dalam pelaksanaan Aruh Sastra Kalimantan
Selatan (ASKS) Kabupaten Tapin mulai berpartisipasi pada tahun 2007 hingga
sekarang. Tahun-tahun sebelumnya kehadiran dalam pelaksanaan ASKS hanya diikuti
oleh beberapa penyair / sastrawan yang berangkat secara mandiri. Beberapa dari
para sastrawan Kabupaten Tapin ada yang berhasil menang lomba dan masuk 10
nominasi non peringkat serta karya mereka termuat dalam buku antologi puisi
penyair Kalsel diantaranya A Kusairi dan Rahmiyati.
Sebagai penikmat dan pengamat sastra
serta sejak tahun 2007 mulai terlibat
aktif di dunia kepenulisan karya sastra, penulis merasa terpanggil untuk ikut
mengembangkan dan melakukan pembinaan kaderisasi bidang seni sastra. Keaktifan
bergaul dan banyak belajar dengan para penyair-penyair senior Kalsel seperti
Micky Hidayat, YS Agus Suseno, Burhanuddin Soebely (alm), Ali Syamsudin Arsyi,
Ibramsyah amandit, Arsyad Indradi, dll.
Yang banyak memberikan masukan dan pelajaran kepada penulis. Akhirnya bisa
merealisasikan proses kaderisasi sastra di Kabupaten Tapin. Baik kaderisasi dan
pembinaan seni sastra yang bersifat lomba maupun kaderisasi berupa penulisan
aktif. Pada tahun 2010 sastrawan Tapin berhasil menerbitkan antologi penyair
Tapin Petualang Tanah Kering. Tahun 2011 terbit karya penulis pemula Sanggar
Sastra SMPN 1 Rantau antologi puisi Paung Bastari dan tahun 2012 Paung Bastari
2.
III.Strategi Pembinaan dan Pengembangan Sastra
di Tapin
Mengingat pentingnya upaya
mempertahankan seni sastra tradisi yang sudah ada di masyarakat seperti
madihin, bakisah, baturai pantun dan banyaknya potensi SDM bidang sastra modern
yang mulai terlihat dari hasil beberapa kali pelatihan penulisan maka proses
kaderisasi untuk pengembangan dan pembinaan memerlukan penanganan dan pembinaan
dari instansi khusus dengan pelaksana dari orang-orang yang profesional dan
mengerti tentang seni sastra itu sendiri. Untuk itu maka sebagai lembaga teknis
yang menangani masalah seni yaitu Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tapin berupaya melaksanakan tugas dengan cara :
1.Menghimpun data
melalui inventarisasi baik inventarisasi kelembagaan (organisasi seni yang ada
dan berkembang di masyarakat), maupun inventarisasi keadaan seni sastra itu
sendiri.
2.Mengolah data dalam
bentuk perencanaan pembinaan dan pengembangan yang akan dilaksanakan.
3.Menyiapkan petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) kegiatan
4.Melaksanakan
kegiatan pembinaan dan pengembangan berupa bimbingan teknis seperti workshop
penulisan dan pelatihan.
5.Memfasilitasi
sanggar seni yang akan dikembangakan dalam masyarakat untuk mendukung prestasi
dan sosialisasi seni tersebut.
6.Melakukan evaluasi
untuk tujuan perbaikan dan pengembangan selanjutnya sesuai dengan minat dan
apresiasi masyarakat seni budaya tersebut dengan pertimbangan yang berakar pada
lokalitas.
7.Menyusun pelaporan
sebagai bahan pertimbangan pengambil kebijakan untuk pengembangan selanjutnya.
IV.Penutup
Karya sastra merupakan ekspresi seni
mengandung nilai-nilai luhur yang dapat memperhalus akal budi manusia untuk
menjadi lebih arif dan bijaksana. Pelaksanaan pembangunan tidak bisa lepas dari
penataan nilai seni terutama seni tradisi yang sudah mengakar di masyarakat.
Karena dari nilai seni tradisi masyarakat tersebut terdapat nilai sosiologi dan
filosofi kemasyarakatan yang menjadi ciri peradaban tatanan masyarakat
setempat. Oleh sebab itu maka pembangunan perlu mempertahankan nilai seni tradisi
yang merupakan ciri jati diri yang harus selalu dipelihara dan dikembangkan
sebagai identitas lokal kedaerahan dan sebagai bagian dari kebhinekaan
berbangsa.
Pembinaan dan pengembangan seni
budaya bertujuan untuk :
1.Menciptakan
kehidupan seni yang berkepribadian serta menjadi bagian integral baik
perkembangan seni budaya nasional.
2.Meningkatkan
kesinambungan pengelolaan, penelitian, peningkatan mutu, sosialisasi hasil
kreativitas pelaku seni, peningkatan apresiasi, kreativitas, produktivitas
seniman untuk berkarya.
3.Meningkatkan
profesionalisme pelaku seni dan penyelenggara kesenian.
Tugas dan tanggung jawab menjaga
kelestarian, pengembangan dan pembinaan seni sastra bukan hanya tanggung jawab
sastrawan saja, tapi merupakan tanggung jawab bersama semua pihak seperti
pemerintah dan masyarakat, diantaranya melalui bidang pendidikan seperti :
-Strategi kurikulum
bidang pendidikan dasar dan menengah pada mata pelajaran kesenian dan muatan
lokal.
-Penyediaan pamong
seni, tenaga guru bidang seni dan bahan pelajaran.
Rendahnya apresiasi masyarakat
terhadap seni sastra daerah akibat globalisasi budaya dan seni modern di era
teknologi informatika ini harus diantisipasi secara bersama oleh pemerintah,
sastrawan, dan masyarakat, khususnya generasi muda melalui kreativitas dan
re-aktivitas olah seni sastra yang berakar pada seni tradisi khas kedaerahan
setempat.
Adanya rasa tanggung jawab bersama
tersebut diharapkan dapat tercapainya sasaran yaitu : Menghasilkan generasi
sastra yang produktif, kreatif dan berprestasi dalam mengangkat nilai seni
budaya lokal serta mengenalkannya di tingkat regional, nasional dan
internasional melalui pengembangan program dan kegiatan yang sistematis serta
terencana, untuk mendukung pembangunan.***
Rantau,
10 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar