Senin, 15 Desember 2014

Cerita Indah di Mandaka

Senin, 15 Desember 2014


Banyak cerita indah yang terukir saat saya duduk di bangku Aliyah. Saya sekolah di MAN 2 Kandangan yang beralamat di Jl. H. Jafri Zam Zam, Amawang Kiri Muka.
Saat itu Kepala Sekolahnya Bapak Amberi Pane ( saat kelas I ) lalu karena pensiun diganti HM. Saberi Ismail ( saat kelas II dan III ). Saya masuk tahun 1995 dan tamat tahun 1998.
Guru-guru yang telah berjasa dan tak akan saya lupakan : Ibu Hj. Ramlah, Bp. Bahrudin, Bp. Suhaimi, Bp. Hairin Nazrin, Bp. Apri Siswanto, Bp. Tamliha, Ibu Marlina, Bp. Asera, Bp. Basuni Taufik, Ibu Nurmusanah, Ibu Hj. Ramlah, Ibu Hj. Siti Adibah, Ibu Hamdiah Faizzah, Ibu Anna Isabella, Bp. Herri, Bp. Atmo Patria, dsb.
Sementara teman saya : Jamilati Hikmah, Lisna Mariani, Rabiatul Adawiah, Mailina, Murni, Normiati, Yusmawarti, M. Irfan, M. Yasir, Bastani, dll.
Bila kelas saya kena tugas pelaksana apel pagi Senin saya selalu jadi ajudan / pembawa teks Pancasila.
Saat kelas I Perjusami ke Loksado. Berangkat Jum’at sore setelah shalat Jum’at. Naik truk. Baju teman sempat kena aspal.
Saya akan terus mengingat masa indah di MANDAKA. Waktu kelas I saya naik sepeda ke sekolah. Menempuh jarak 20 kilometer pulang-pergi setiap hari.
Pertengahan kelas II hingga tamat naik taksi mikrolet. Taksi mikrolet cuma sampai di terminal saja. Dari terminal ke MAN saya jalan kaki. Jaraknya sekitar 2 kilometer. Melewati Jembatan Antaludin dan kompleks TNI / Yonif. Lumayan juga perjuangan hidup ini.
Nomor induk siswa saya adalah 862. Wali kelas saya waktu di MAN : Kelas I ibu Hj. Ramlah, Kelas II Bp. Obtain Hary S, dan Kelas III Bp. Bahrudin.
Sementara prestasi saya di kelas :
Kelas I cawu I ranking 29 dari 36 siswa. Cawu II ranking 22 dari 33 siswa. Cawu III ranking 22 dari 33 siswa.
Kelas II cawu I ranking 24 dari 30 siswa. Cawu II ranking 10 dari 30 siswa. Cawu III ranking 17 dari 29 siswa.
Kelas III cawu I ranking 6 dari 17 siswa. Cawu II ranking 7 dari 17 siswa. Cawu III ranking 7 dari 17 siswa.
Kini nasib saya tak berubah-ubah. Setamat MAN saya tak melanjutkan kuliah. Alasannya terkendala masalah ekonomi. Hingga teman-teman saya sekarang sudah jadian PNS. Saya tetap seperti ini hidup dalam ketidakpastian masa depan.
Ada juga rasa iri melihat teman-teman yang sudah sukses menapaki kehidupan. Jadi PNS dan sudah berkeluarga. Punya anak . Sekarang saya masih membujang.
Tapi saya bersyukur. Ini adalah garis nasib saya begini. Syukuri apa adanya.



Kandangan, 5 Feb’ 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...