Ini cerita saat di Pantai Takisung.
Atma memberitahu ada temanku mau bertemu di masjid. “Ada kawan pian bibinian
wan anaknya bungas-bungas handak batamu pian. Lakasi datangi di masjid,” ujar
Atma.
Atma dan Nisa baru saja datang dari
masjid yang berjarak sekitar 400 meter dari tempat tenda kami didirikan di tepi
Pantai Takisung. Lalu aku berjalan kaki menuju masjid. Saat berada di halaman
masjid ada Nurul, anak ibu Ucie teman asal Padang Batung.
“Pa. Mama lagi shalat Dzuhur di
dalam. Tadi mencari pian,” ucap Nurul.
Lalu aku duduk dengan Nurul.
Bertanya macam-macam. “Ulun umpat rumbungan sakulahan. Ba bis jua,” ujar Nurul.
Tak lama kemudian keluar Ibu Ucie,
usai menunaikan shalat Dzuhur. Aku bersalaman. “Apa kabar pian,” tanya Ucie yang
terlihat cantik.
“Baik haja,” jawabku.
Sekarang gantian Nurul yang shalat
Dzuhur. Aku dan Ucie ngobrol ngalur ngidul. Ucie berusia tiga tahun lebih tua
dariku. Sudah bersuami dan dikaruniai dua orang anak. Ia akrab denganku karena
hubungan di dunia maya, facebook sejak tahun 2012 silam. Sering bagi-bagi
status. Walau aku tahu ia sudah bersuami. Tapi aku tidak punya niat untuk
menggoda. Aku hanya sebatas pengagum setia. Sementara Ucie dan Nurul, anaknya
senang denganku karena dibidang tulis-menulis. Setiap ada buku baru karyaku
selalu kubagikan kepada mereka. Seperti buku kumpulan puisi, cerpen, esai, dsb
Hingga sekarang keakrabanku itu
terus terjalin. Bakat Nurul sebagai pembaca puisi terus terasah. Kerap
menjuarai lomba baca puisi. Belakangan Nurul minta diajarkan menulis puisi dan
cerpen.
Kembali ke Pantai Takisung. Aku
ingin shalat dzuhur dulu. “Silakan ulun mahadangi,” ujar Ucie.
Aku shalat Dzuhur. Setelah itu
kembali mojok diteras masjid dengan Ucie dan Nurul. Anugerah terindah yang
diberikan kepada mereka. Anak dan ibu sama-sama dikaruniai wajah cantik. Akhlak
mulia. Bauntung batuahnya baisian bini wan anak kaya itu. “Pa minta foto dengan
pian lah,” ujar Nurul.
Lalu aku dan Nurul mengambil posisi
untuk difoto oleh Ucie. Kemudian aku dengan Ucie dimana Nurul yang memoto.
Kemudian Ucie dan Nurul aku yang foto. Tak lama setelah foto-foto kami beranjak
menuju tenda di tepi pantai. Ucie dan Nurul ke tenda rombongan SMPN Padang
Batung. Sementara aku ke tenda MTsN Angkinang.
“Siapa pa pacarkah ? ” tanya Atma
setibanya aku di tenda.
“Pacar urang. Sudah balaki. Kawan
haja,” jawabku.
Kegembiraan menghinggapi diriku
hingga rombongan meninggalkan Pantai Takisung. Ternyata Ucie dan anaknya, Nurul
tetap perhatian padaku sampai sekarang.***
Kandangan
– Takisung, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar