Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran : 185)
Ketatnya persaingan hidup, krisis
finasial, target pekerjaan, lilitan hutang, dan sejuta masalah di tempat kerja
dan tekanan hidup yang semakin sulit telah membuat kita lupa dengan kematian.
Demikian pula berkumpul dengan orang yang kita cintai, keluarga, sahabat, pergi
berlibur, makan minum di restoran, belanja di mall, konser music, nonton TV dan
baca novel telah membuat kita lupa dengan kematian.
Kematian memang merupakan hal yang
menakutkan kebanyakan orang, sehingga topic pembicaraan tentang kematian sering
dihindari oleh manusia dan paling sering dilupakan. Namun celakanya setiap
manusia tidak dapat menghindari datangnya kematian. Suka tidak suka, piala
bergilir itu pasti menghampiri kita. Bahkan bukan suatu hal mustahil, setelah
membaca tulisan ini, anda akan menghembuskan napas terakhir.
Hari demi hari. Bulan demi bulan.
Bulanpun berganti tahun. Berpuluh tahun yang lalu, waktu itu kita masih dalam
rahim ibunda. Kemudian terlahir menjadi bayi mungil yang menggemaskan. Lalu
tumbuh menjadi balita yang lucu. Dilanjutkan dengan menjadi anak-anak. Kemudian
remaja. Lalu jadilah seperti sekarang ini, yaitu menjadi dewasa. Menjadi
orangtua bagi anak-anak ataupun sudah mempunyai cucu. Demikianlah sunnatullah
(sebuah ketetapan), bahwa seiring berjalannya waktu, manusia pasti akan berubah
menjadi tua dan kemudian mati.
Sesekali penting bagi kita untuk
melihat seseorang yang sedang mengalami keadaan kritis. Harapannya telah
lenyap. Dokter ahli menghampiri dan memeriksa secara cermat. Sayangnya dokter
sekalipun tak mampu memberikannya harapan hidup. Orang-orang mulai berbisik.
Mengatakan padanya untuk segera memberi wasiat. Perhatikanlah, lidahnya tampak
kelu tak berucap. Ia hanya dapat bergumam tak mengenali siapapun yang di
sekelilingnya. Tarikan napas terengah-engah, naik turun dengan beratnya.
Mengerang kesakitan yang tertahankan.
Di keheningan malam. Ketika bulan
tersungkur di kaki langit. Kota pun berubah warna menjadi gelap kepekatan. Sang
maut turun atas perintah Allah menuju ke bumi. Sang maut mendatangi tempat yang
sudah habis jatah hidupnya. Ia masuk dengan mudahnya tanpa rintangan dan
berdiri di sisi ranjang kematian. Pada saat membuka mata, tiba-tiba ia
dihadirkan sang malaikat maut yang hadir dihadapannya.
Pada saat inilah cerita kehidupan
akan berakhir. Tarikan napas teramat berat seakan bernapas melalui lubang
jarum. Aliran dingin mulai merayap dari ujung kaki sedikit demi sedikit.
Seakan-akan ada dahan berduri yang ditarik dari kedua ujung telapak kaki sampai
ke ujung kepala dan bertaut betis kiri dan betis kanan. Pada saat inilah
pintu-pintu kegaiban mulai tersingkap jelas. Pada saat inilah kita mulai
menyadari akan adanya alam abadi. Pada saat inilah kepada Allah, kita kembali.
Katakanlah : “Sesungguhnya kematian
yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS.
Al-Jumu’ah :8)
Wahai diri yang lalai. Kematian
sudah semakin dekat.Janganlah lalai dari maut. Siapapun, kapanpun, dimanapun.
Kematian datang dengan tiba-tiba dan kita sering tak menyadarinya. Adakah yang
dapat menyembuhkan sakaratul maut kala di sekitar kita telah hadir kerabat dan
keluarga. Namun panggilan kematian itu telah datang. Erangan napas terakhir
berakhir begitu berat. Akan tetapi tidak ada tempat berlari dan bersembunyi.
“Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf : 19).
Betapa banyak kisah yang
menggambarkan bahwa kematian datang sangat tiba-tiba, tidak pandang waktu,
usia, keadaan, tempat, dan sebab-sebab yang jelas. Sebagaimana kisah Tendangan
Terakhir. Sungguh pandangan yang mengenaskan beberapa saat setelah wasit
memberikan kartu kuning untuknya, ia sempat tersenyum dengan keputusan
tersebut. Tiba-tiba ia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan kemudian
terjatuh membentur tanah. Napasnya naik turun. Ternyata ia sedang menghembuskan
napas terakhir.
Teman-temannya yang menyaksikan
kejadian tersebut langsung tersungkur. Mereka menangis dan menjerit. Seakan
tidak percaya dengan kejadian yang barusan saja terjadi. Kematian datang dengan
tiba-tiba saat ia sedang semangat melangsungkan pertandingan. Sesuatu yang
tidak pernah terpikir olehnya kalau hai itu merupakan hari terakhir bagi
dirinya. Mengingat ia masih berumur relatif muda, yakni 24 tahun. Sebuah usia
yang telah menjebak banyak kaum muda dengan kelalaian. Ia adalah Miklos Feher
(1979-2004).
Di dunia ini kita adalah pengembara
yang berteduh di pohon yang rindang. Kala sore hari tiba, maka kita harus pergi
dan tak bisa kembali. Kelahiran adalah awal dari perjalanan kita, dan setiap
tarikan napas adalah satu langkah menuju kematian.
Siapkah kita mati ? Apakah kita
ingin mati dalam keadaan seperti sekarang ? Marilah kita persiapkan. “Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada
hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama
dia ; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka mengatakan : Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami
dan ampunilah kami ; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.
At Tahrim : 8)
Banyak orang menyangka usia tua,
sakit, kecelakaan adalah hal-hal penyebab kematian. Begitulah anggapan sebagian
besar manusia. Namun anggapan ini tidak selalu benar, karena kenyataannya
kematian dapat datang saat kita masih muda, sehat, sedang belajar, bekerja atau
bahkan tidur yang akhirnya menyebabkan kita tidur untuk selamanya. Bukan tidak
mungkin, istri yang masih muda, atau anak yang masih kecil akan pergi lebih
dahulu meninggalkan kita.
Di dunia ini semua berjalan begitu
cepat dan serba tidak terasa. Seolah-olah kita adalah seorang tamu yang datang
dalam sekejap dan pergi dengan cepat. Puncak popularitas, puncak kekuasaan, dan
bahkan puncak kemewahan semuanya hanya akan dinikmati dalam waktu sesaat yang
sangat singkat. Dari orang-orang terdahulu yang pergi mendahului kita hendaknya
menjadi pengingat kematian bagi kita. Begitu juga dengan bertambahnya usia yang
pertanda mengurangi dan mempersingkat waktu hidup kita.
Tidak lama lagi. Ya, tidak akan lama
lagi. Kematian itu akan mendatangi kita. Tidak akan lama lagi di atas kuburan
kita akan terdengar tangisan yang mengiris hati. Tangisan dari buah hati kita
di saat kita tiada. Mereka tatap pusara kita dengan tatapan yang nanar. Mereka
bersimpuh di depan makam kita dengan linangan air mata.
Sesungguhnya kita telah memilih
bagaimana kita menjalani kehidupan. Sebagaimana kita menjalani kehidupan, seperti
itulah kemungkinan besar kita akan mengakhiri kehidupan kita masing-masing.
Sebab sesungguhnya dengan menjalani kehidupan, berarti kita sedang berjalan
menuju kepada kematian kita.
Sesungguhnya kita memilih sendiri
bagaimana akhir hidup kita. Memilih akhir yang bahagia (dalam taat pada Allah)
atau akhir yang sengsara (dalam kufur pada Allah). Alangkah indahnya jika saat
hidup di dunia ini berakhir dengan husnul khatimah yang akan menjadi kenangan
terindah kita ketika hidup abadi di surga Allah kelak. Amin.
Al Akhir, mari sejenak kita berdo’a
untuk keluarga kita yang telah dipanggil Allah terlebih dahulu. “ Ya Allah,
mereka telah kembali ke pangkuan-Mu. Ya Allah, hari ini mereka tidak lagi
bersama kami. Tetapi kami mohon ya Allah. Masukanlah rasa bahagia kepada semua
ahli kubur. Harumkanlah kuburan mereka dengan wewangian do’a kami. Sampaikan
salam tulus dari kami. Salam bagi kalian wahai ahli kubur. Kalian sudah
mendahului kami. Insya Allah, kmai akan segera menyusul kalian.***
Sumber : Risalah Jum’at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar