Senin, 17 Maret 2014

Mengahadapi Kematian

Selasa, 18 Maret 2014



Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran : 185)
            Ketatnya persaingan hidup, krisis finasial, target pekerjaan, lilitan hutang, dan sejuta masalah di tempat kerja dan tekanan hidup yang semakin sulit telah membuat kita lupa dengan kematian. Demikian pula berkumpul dengan orang yang kita cintai, keluarga, sahabat, pergi berlibur, makan minum di restoran, belanja di mall, konser music, nonton TV dan baca novel telah membuat kita lupa dengan kematian.
            Kematian memang merupakan hal yang menakutkan kebanyakan orang, sehingga topic pembicaraan tentang kematian sering dihindari oleh manusia dan paling sering dilupakan. Namun celakanya setiap manusia tidak dapat menghindari datangnya kematian. Suka tidak suka, piala bergilir itu pasti menghampiri kita. Bahkan bukan suatu hal mustahil, setelah membaca tulisan ini, anda akan menghembuskan napas terakhir.
            Hari demi hari. Bulan demi bulan. Bulanpun berganti tahun. Berpuluh tahun yang lalu, waktu itu kita masih dalam rahim ibunda. Kemudian terlahir menjadi bayi mungil yang menggemaskan. Lalu tumbuh menjadi balita yang lucu. Dilanjutkan dengan menjadi anak-anak. Kemudian remaja. Lalu jadilah seperti sekarang ini, yaitu menjadi dewasa. Menjadi orangtua bagi anak-anak ataupun sudah mempunyai cucu. Demikianlah sunnatullah (sebuah ketetapan), bahwa seiring berjalannya waktu, manusia pasti akan berubah menjadi tua dan kemudian mati.
            Sesekali penting bagi kita untuk melihat seseorang yang sedang mengalami keadaan kritis. Harapannya telah lenyap. Dokter ahli menghampiri dan memeriksa secara cermat. Sayangnya dokter sekalipun tak mampu memberikannya harapan hidup. Orang-orang mulai berbisik. Mengatakan padanya untuk segera memberi wasiat. Perhatikanlah, lidahnya tampak kelu tak berucap. Ia hanya dapat bergumam tak mengenali siapapun yang di sekelilingnya. Tarikan napas terengah-engah, naik turun dengan beratnya. Mengerang kesakitan yang tertahankan.
            Di keheningan malam. Ketika bulan tersungkur di kaki langit. Kota pun berubah warna menjadi gelap kepekatan. Sang maut turun atas perintah Allah menuju ke bumi. Sang maut mendatangi tempat yang sudah habis jatah hidupnya. Ia masuk dengan mudahnya tanpa rintangan dan berdiri di sisi ranjang kematian. Pada saat membuka mata, tiba-tiba ia dihadirkan sang malaikat maut yang hadir dihadapannya.
            Pada saat inilah cerita kehidupan akan berakhir. Tarikan napas teramat berat seakan bernapas melalui lubang jarum. Aliran dingin mulai merayap dari ujung kaki sedikit demi sedikit. Seakan-akan ada dahan berduri yang ditarik dari kedua ujung telapak kaki sampai ke ujung kepala dan bertaut betis kiri dan betis kanan. Pada saat inilah pintu-pintu kegaiban mulai tersingkap jelas. Pada saat inilah kita mulai menyadari akan adanya alam abadi. Pada saat inilah kepada Allah, kita kembali.
            Katakanlah : “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah :8)
            Wahai diri yang lalai. Kematian sudah semakin dekat.Janganlah lalai dari maut. Siapapun, kapanpun, dimanapun. Kematian datang dengan tiba-tiba dan kita sering tak menyadarinya. Adakah yang dapat menyembuhkan sakaratul maut kala di sekitar kita telah hadir kerabat dan keluarga. Namun panggilan kematian itu telah datang. Erangan napas terakhir berakhir begitu berat. Akan tetapi tidak ada tempat berlari dan bersembunyi.
            “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf : 19).
            Betapa banyak kisah yang menggambarkan bahwa kematian datang sangat tiba-tiba, tidak pandang waktu, usia, keadaan, tempat, dan sebab-sebab yang jelas. Sebagaimana kisah Tendangan Terakhir. Sungguh pandangan yang mengenaskan beberapa saat setelah wasit memberikan kartu kuning untuknya, ia sempat tersenyum dengan keputusan tersebut. Tiba-tiba ia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan kemudian terjatuh membentur tanah. Napasnya naik turun. Ternyata ia sedang menghembuskan napas terakhir.
            Teman-temannya yang menyaksikan kejadian tersebut langsung tersungkur. Mereka menangis dan menjerit. Seakan tidak percaya dengan kejadian yang barusan saja terjadi. Kematian datang dengan tiba-tiba saat ia sedang semangat melangsungkan pertandingan. Sesuatu yang tidak pernah terpikir olehnya kalau hai itu merupakan hari terakhir bagi dirinya. Mengingat ia masih berumur relatif muda, yakni 24 tahun. Sebuah usia yang telah menjebak banyak kaum muda dengan kelalaian. Ia adalah Miklos Feher (1979-2004).
            Di dunia ini kita adalah pengembara yang berteduh di pohon yang rindang. Kala sore hari tiba, maka kita harus pergi dan tak bisa kembali. Kelahiran adalah awal dari perjalanan kita, dan setiap tarikan napas adalah satu langkah menuju kematian.
            Siapkah kita mati ? Apakah kita ingin mati dalam keadaan seperti sekarang ? Marilah kita persiapkan. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia ; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan : Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami ; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At Tahrim : 8)
            Banyak orang menyangka usia tua, sakit, kecelakaan adalah hal-hal penyebab kematian. Begitulah anggapan sebagian besar manusia. Namun anggapan ini tidak selalu benar, karena kenyataannya kematian dapat datang saat kita masih muda, sehat, sedang belajar, bekerja atau bahkan tidur yang akhirnya menyebabkan kita tidur untuk selamanya. Bukan tidak mungkin, istri yang masih muda, atau anak yang masih kecil akan pergi lebih dahulu meninggalkan kita.
            Di dunia ini semua berjalan begitu cepat dan serba tidak terasa. Seolah-olah kita adalah seorang tamu yang datang dalam sekejap dan pergi dengan cepat. Puncak popularitas, puncak kekuasaan, dan bahkan puncak kemewahan semuanya hanya akan dinikmati dalam waktu sesaat yang sangat singkat. Dari orang-orang terdahulu yang pergi mendahului kita hendaknya menjadi pengingat kematian bagi kita. Begitu juga dengan bertambahnya usia yang pertanda mengurangi dan mempersingkat waktu hidup kita.
            Tidak lama lagi. Ya, tidak akan lama lagi. Kematian itu akan mendatangi kita. Tidak akan lama lagi di atas kuburan kita akan terdengar tangisan yang mengiris hati. Tangisan dari buah hati kita di saat kita tiada. Mereka tatap pusara kita dengan tatapan yang nanar. Mereka bersimpuh di depan makam kita dengan linangan air mata.
            Sesungguhnya kita telah memilih bagaimana kita menjalani kehidupan. Sebagaimana kita menjalani kehidupan, seperti itulah kemungkinan besar kita akan mengakhiri kehidupan kita masing-masing. Sebab sesungguhnya dengan menjalani kehidupan, berarti kita sedang berjalan menuju kepada kematian kita.
            Sesungguhnya kita memilih sendiri bagaimana akhir hidup kita. Memilih akhir yang bahagia (dalam taat pada Allah) atau akhir yang sengsara (dalam kufur pada Allah). Alangkah indahnya jika saat hidup di dunia ini berakhir dengan husnul khatimah yang akan menjadi kenangan terindah kita ketika hidup abadi di surga Allah kelak. Amin.
            Al Akhir, mari sejenak kita berdo’a untuk keluarga kita yang telah dipanggil Allah terlebih dahulu. “ Ya Allah, mereka telah kembali ke pangkuan-Mu. Ya Allah, hari ini mereka tidak lagi bersama kami. Tetapi kami mohon ya Allah. Masukanlah rasa bahagia kepada semua ahli kubur. Harumkanlah kuburan mereka dengan wewangian do’a kami. Sampaikan salam tulus dari kami. Salam bagi kalian wahai ahli kubur. Kalian sudah mendahului kami. Insya Allah, kmai akan segera menyusul kalian.***

Sumber : Risalah Jum’at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tumbuhan di Sekitaran Bawah Jembatan Birayang HST Ahad Siang

 Senin, 25 November 2024 Aneka tumbuhan di sekitaran bawah jembatan Birayang, Kecamatan Batang Alai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, p...