Rabu, 19 Maret 2014

Let's Dance and Together

Kamis, 20 Maret 2014  

Goyang yuk ! House music. Malam ini Adit dan teman-temannya menikmati malam mingguan di Diskotik Grand Plaza Mitra Banjarmasin. Hentakan musik menggairahkan mereka. Adit guru MTsN X malam ini menghabiskan malam dengan gairah hidup anak muda. Walau profesinya sebagai pendidik tapi jiwa mudanya cukup menggebu. Makanya ia tak bisa meninggalkan dunia hiburan. Pergi ke diskotik yang ada di Banjarmasin sebulan sekali dengan rekan-rekan di kampungnya. Sesekali pesta narkoba di kamar hotel tempat mereka menginap selama di Banjarmasin.
    Kebiasaan ini coba dirahasiakan Adit. Rekan guru maupun anak murid diupayakan untuk tidak mengetahuinya.
    Party terus berlangsung. Kenikmatan malam yang begitu indah. Adit terus bergoyang meningkahi house music dari DJ yang beraksi. Sinar listrik berganti gelap. Puluhan pengunjung menikmati malam di diskotek terus beraksi. Mereka datang dengan beragam kepentingan. Tempat pelampiasan masalah. Ada juga untuk sekadar hiburan. Muda-mudi bergoyang, berpakaian gaul abis. Dengan aroma parfum menusuk hidung dan menebar ke seluruh ruangan.
    Sesekali Adit duduk di kursi dekat bartender memesan minuman ringan sambil merokok. Teman-temannya terus bergoyang.
    Adit selalu membawa karya tulisnya yang dimuat di media massa ke kantor dewan guru. Inilah karyaku. Kalian bisa nggak seperti aku.
    Seperti cerpen/kisdap/puisi yang dimuat di SKH Radar Banjarmasin edisi Minggu. Tentu Adit semakin bergairah menulis. Apalagi ia koresponden majalah Hidayah Jakarta untuk wilayah Kalsel. Adit sering mengangkat tema seputar keislaman. Baik cerita nyata, ponpes, masjid dan ulama yang ada di Kalsel.
    Imbas semua itu Adit jadi bahan pembicaraan rekan guru lainnya di MTsN X. Dan juga anak muridnya. Adit khawatir kebiasaannya ke diskotek tiap malam Minggu sebulan sekali diketahui rekan-rekan guru lainnya. Maupun anak muridnya. Ada juga rasa malu. Tapi Adit berupaya menutupinya dengan hal-hal yang positif. Diam ! Itulah yang ia lakukan.
    Tapi desas-desus pun berhembus. Siapa yang mencoba membukanya. Yang pasti Adit jadi kelimpungan. Kepsek bicara empat mata dengannya. Nasehatpun meluncur. Nasehat ortu kepada anaknya. Kepsek mengerti. Adit masih muda. Tapi akankah kebiasaan itu terus berlangsung. Agar tidak menjadi preseden buruk bagi MTsN X. Apalagi Adit adalah guru yang berstatu PNS.
    Kalau yang baik diteruskan. Nulis dan bikin buku. Mengharumkan nama baik MTsN X. Karena langka ada guru yang hobi menulis. Apalagi sampai menciptakan buku-buku bacaan. Jadi menambah nilainya sebagai guru. Bisa-bisa naik pangkat. Jadi Kepsek ? Kenapa tidak. Tapi Adit tak berambisi jadi kepala sekolah. Baginya jadi guru Bahasa Indonesia seperti sekarang ini sudah lumayan cukup. Cukup bebannya menghadapi murid-muridnya yang beragam karakter. Ia akan berusaha menjadi guru yang baik dimata mereka. Dicintai anak muridnya. Disayangi rekan kerjanya. Menghasilkan generasi penerus yang bermoral dan berprestasi. Siapa yang bangga.
    Seperti juga mungkin guru-guru Adit sewaktu masih sekolah di MTsN X. Kini justru ia jadi guru di tempat ia sekolah dulu.
    Adit pula guru yang pernah merasakan pergi ke Australia. Mengikuti diklat untuk peningkatan kualitas guru Bahasa Indonesia. Disana ia bertugas mengajar ke beberapa sekolah. Ia satu-satunya duta HSS bahkan dari Kalimantan mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan pula satu-satunya guru yang berasal dari lingkungan Depag. Yang lainnya dari SMP dan SMA.
    Memang Adit masih muda tapi punya segudang prestasi. Guru yang berpenampilan sederhana bahkan terkesan pendiam. Tak banyak ngomong. Tapi juga banyak yang senang bergaul dengannya. Karena ia memang tampan. Bahkan ada beberapa murid yang naksir kepadanya. Dan tentu pula rekan guru yang cewek dan masih single juga berusaha menarik perhatiannya. Tentu Adit bingung.
    Kalau Adit sedang cair. Banyak duit. Banyak guru yang cewek lagi single yang mengajak makan bareng di rumah makan. Tentu Adit tak bisa menolaknya. Terpaksa harus keluar duit. Tapi ia puas. Jadi rebutan cewek-cewek. Liur baungan jua Adit nih.
    Adit iba mendengar ada anak-anak Kandangan yang terlantar di Banjarmasin. Mau pulang ke Kandangan tidak punya uang. Terpaksa ngamen di Sentra Antasari dan Duta Mall.
    Terima kasih banyak atas perhatianmu padaku. Rela menemaniku di perpus untuk berbagi cerita tenatang nasib diri. Akupun rela menikmati curhatmu. Aku tahu kamu butuh kasih sayang. Ah kenapa rindu itu datang.
    Ketika kupandang wajah manismu aku merasa hidup ini semakin bergairah. Andai kupunya banyak waktu aku akan datang ke rumahmu. Atau kamu saja yang datang kerumahku. Biar kita bebas melakukan apa saja. Tapi jangan menyerempet bahaya. Entar berdosa.
    Aku ingin hubungan kita terjalin akrab sampai kapanpun. Kalau bisa ke jenjang pernikahan. 2010 kulamar kamu jadi isteriku. Kugenggam harap bersamamu.***

Kandangan, 17 Maret 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Didatangi Tokoh Nasional

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (13/02/2023)  Guru Ibad perkenalkan Maulid Habsyi di Martapura tahun 1960-an. Sela...