SABTU, 20 JULI 2013
Raden
Suit Kuning segera melangkahkan kakinya. Jalannya seperti tergesa-gesa. Dalam
sekejap saja, ia pun telah berada di dekat telaga itu. Ia segera mencari tempat
yang aman untuk bersembunyi. Lalu sambil berjongkok dibalik semak-semak, Raden
Suit Kuning mengintip gadis yang sedang mandi itu.
“ Siapakah gadis itu ? Beraninya ia
mandi di telaga ini sendirian.” bisik Raden Suit Kuning dalam hatinya.
Dengan
hati berdebar-debar, Raden Suit Kuning terus mengamati gadis itu dengan mata
hampir tak berkedip. Hampir-hampir ia tak percaya dengan apa yang sedang
dilihatnya. Betapa tidak ? Gadis itu sangat cantik. Kemudian Raden Suit Kuning
berpikir, mencari cara untuk dapat berkenalan dengan gadis tersebut.
Ketika
Raden Suit Kuning tengah asyik berpikir, tiba-tiba ia melihat pakaian milik
gadis itu lengkap dengan sehelai selendang yang tergeletak tak jauh dari tempat
persembunyiannya. Timbullah niat Raden Suit Kuning untuk mengambil selendang
gadis itu. Dengan langkah mengendap-endap, ia berjalan ke arah selendang gadis
itu. Setelah cukup dekat, Raden Suit Kuning mengulurkan tangannya, dan
selendang itupun berhasil diraihnya. Kemudian ia segera kembali ke tempat
persembunyiannya.
Setelah
cukup lama Raden Suit Kuning menunggu dan mengamati gadis itu, akhirnya gadis
itu keluar dari telaga tersebut. Lalu mengenakan pakaiannya kembali. Kini,
gadis itu telah mengenakan pakaiannya namun tiba-tiba ia sangat terkejut
manakala tak mendapatkan selendangnya. Wajahnya nampak kebingungan. Dengan panik
ia berlari kesana kemari untuk mencari selendangnya itu. Akan tetapi tetap tak
menemukannya. Ketika sudah lelah dan putus asa, gadis itu Nampak berbicara
sendiri. Ia memanjatkan do’a kepada Dewata.
“
Oh, Sang Dewata...! Tunjukkanlah dimana selendangku berada...” ujar sang gadis
sambil duduk bersimpuh dan mengangkat kedua tangannya keatas.
“
Tanpa selendang itu, aku tak dapat kembali pulang. Seandainya ada seseorang
yang menemukan dan mengembalikannya padaku, jika ia wanita, akan kujadikan
saudara angkatku. Namun jika ia laki-laki, maka akan menjadi pendamping hidupku,”ujar
sang gadis bersungguh-sungguh.
Raden
Suit Kuning yang mendengar ucapan gadis itu segera keluar dari tempat
persembunyiannya. Ia berjalan perlahan-lahan sambil menggenggam selendang
ditangannya.
“
Inikah selendangmu itu, nona ?” ujar Raden Suit Kuning sambil mengulurkan
tangannya.
Gadis
itu nampak terkejut. Ia tidak menyangka ada orang di hutan itu. Namun ia segera
meraih selendangnya dari tangan Raden Suit Kuning.
“
Be...benar....! Ini sebanding yang kucari....!” kata sang gadis sambil meneliti
selendangnya.
“
Apakah kau masih memegang ucapanmu tadi, nona..?” tanya Raden Suit Kuning
sambil menatap gadis itu dengan perasaan berdebar-debar.
“
Ya....! Pantang bagiku untuk mengingkari janji yang telah kuikrarkan...” jawab
sang gadis sambil menghela napas panjang.
“
Kalau boleh aku tahu, siapa namamu, nona ? Dan darimana asalmu ?” Tanya Raden
Suit Kuning dengan mata berbinar-binar.
“
Namaku Dewi Andini. Aku berasal dari kayangan.....” jawab sang gadis dengan
suara lirih.
“
Berarti, kau adalah seorang Dewi !” ujar Raden Suit Kuning terkejut.
“
Benar ! Lalu siapa namamu ?” ujar Dewi Andini balik bertanya.
“
Aku Raden Suit Kuning putera Raja Garantung Mayang...” jawab Raden Suit Kuning
dengan penuh semangat.
“
Raden Suit Kuning, seperti apa yang telah kuucapkan, aku rela menjadi
pendamping hidupmu,” kata Dewi Andini sambil tersenyum manis.
“
Benarkah Dewi ? Kebetulan sekali, selama ini aku belum mempunyai calon
pendamping. Hatiku bahagia sekali !” kata Raden Suit Kuning dengan wajah
berseri-seri.
“
Namun untuk saat ini, aku belum dapat ikut pulang bersamamu. Karena masih ada
yang harus aku selesaikan. Sebagai tanda kesetiaanku padamu, terimalah cincin
mustika manikam ini ! Aku pasti akan kembali untuk menemuimu lagi,” ujar Dewi
Andini sambil berjalan menghampiri Raden Suit Kuning.
Dewi
Andini segera meraih tangan Raden Suit Kuning. Lalu menyematkan cincin tersebut
dijari manisnya. Raden Suit Kuning memegang tangan Dewi Andini dengan
lembutnya. Jantungnya berdetak semakin kencang. Baru kali ini ia menyentuh
tangan seorang wanita. Dewi Andini merasakan getaran hati Raden Suit Kuning. Merekapun
saling berpandangan dengan mesranya. Raden Suit Kuning menatap wajah Dewi
Andini dengan sepuas-puasnya. Demikian pula dengan Dewi Andini.
“
Sepertinya pertemuan kita cukup sampai disini dulu, Kanda !” Karena Dinda harus
segera kembali ke Kahyangan. Tunggulah Dinda ! Kanda,” ujar Dewi Andini sambil
merangkul tubuh Raden Suit Kuning.
“
Baiklah, Dinda. Cepatlah kembali. Kanda akan setia menunggumu,” kata Raden Suit
Kuning sambil memeluk erat tubuh Dewi Andini.
Raden
Suit Kuning segera melepaskan pelukannya. Hatinya terasa berat untuk berpisah
dengan kekasihnya itu. Dewi Andini melangkah mundur lalu melesat terbang ke
angkasa sambil melambaikan tangannya. Raden Suit Kuning membalas lambaian tangan Dewi Andini. Matanya
terus memandang ke langit. Lama kelamaan, tubuh Dewi Andini pun lenyap tak
terlihat lagi. Namun Raden Suit Kuning terus menatap ke langit dengan mata
berkaca-kaca.
Rasa
sesal dihati Raden Suit Kuning semakin menjadi-jadi. Ia terus memanggil-manggil
nama Dewi Andini. Setelah cukup lama, ia pun beranjak dari tepi telaga tersebut
untuk melangkah pulang.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar