Jumat, 13 Februari 2015

Catatan Penutup

Sabtu, 14 Februari 2015


            Sejarah adalah rangkaian mata rantai dari data dan fakta. Oleh sebab itu, betapa pun buruknya wajah sejarah tak baik bila ada mata rantainya diputus atau dihilangkan karena akan berpengaruh kepada rekontruksi ke masa selanjutnya.

            Antologi ini bukanlah rangkaian peristiwa sejarah, namun demikian tak eloklah bila ada sebuah keniscayaan yang sengaja dibuang atau ditinggalkan begitu saja apapun alasan yang mendasarinya.

            Anggapan demikian kiranya dapat kita pegangi karena integritas sang kreator (Sdr Burhanuddin Soebely) sangatlah tidak meragukan. Ia yang sudah bersusah payah mahaliling mengais tumpukan berbagai arsip disana-sini, menemui nara sumber yang tersebar di banyak tempat, kemudian memilah-milah untuk kemudian dipilih dan ditempatkan sesuai kategori yang sudah ditetapkan. Meski demikian, tak urung masih banyak dan paling tidak ada saja yang tertinggalkan karena berbagai kekurangan dan kesulitan data untuk melengkapinya. Dalam hal demikian kita dapat memaklumi karena masyarakat kita belumlah dapat dikatakan penyandang budaya yang melestarikan arsip-arsip harta miliknya sendiri. Itu tidak tertutup kemungkinan di tangan penerusnya kelak akan ada pelanjut yang melengkapi dan meneruskan usaha ini untuk kesempurnaan penampilannya.

            Berbagai nuansa tulisan yang dihimpun dalam terbitan ini diyakini ditulis oleh berbagai sumber yang tadinya pernah punya kepedulian terhadap Kandangan khususnya atau terhadap Hulu Sungai Selatan umumnya. Berbagai romantisme sastra dari berbagai generasi dikurun 1930-an sampai 2000-an kiranya tak pelak lagi pernah menyemangati banua ini dengan tulisan-tulisan mereka. Karya-karya yang demikian adalah pilar atau monumen yang dibangun penulisnya pada zamannya. Bila kita simak dan hayati saat ini ia bagaikan membuka jendela masa lalu yang mengisyaratkan bahwa mereka pernah ada dan pernah hadir disini, di kota Kandangan ini. Tidaklah berlebihan bila usaha seperti ini dapat dikatakan sebagai bukti bahwa kecintaan terhadap banua yang merupakan perwujudan dari perasaan cinta terhadap tanah air Indonesia tidaklah pernah padam. Berbagai cara dapat dilakukan dan salah satunya adalah membangun kebersamaan perasaan memiliki seperti ditemukan dalam kumpulan nuansa sastra ini. Kita berharap karya ini mendapat tempat dihati pembaca dan memperkaya khazanah tulis di bumi tercinta ini.***




Kandangan, ujung Desember 2003



H Uda Djarani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jembatan MTsN 3 HSS Jumat Pagi

 Jumat, 26 April 2024 Melihat kondisi jembatan kayu ulin MTsN 3 HSS, pada hari Jumat (26/04/2024) pagi. (ahu)