Sejarah adalah rangkaian mata rantai
dari data dan fakta. Oleh sebab itu, betapa pun buruknya wajah sejarah tak baik
bila ada mata rantainya diputus atau dihilangkan karena akan berpengaruh kepada
rekontruksi ke masa selanjutnya.
Antologi ini bukanlah rangkaian
peristiwa sejarah, namun demikian tak eloklah bila ada sebuah keniscayaan yang
sengaja dibuang atau ditinggalkan begitu saja apapun alasan yang mendasarinya.
Anggapan demikian kiranya dapat kita
pegangi karena integritas sang kreator (Sdr Burhanuddin Soebely) sangatlah
tidak meragukan. Ia yang sudah bersusah payah mahaliling mengais tumpukan berbagai arsip disana-sini, menemui
nara sumber yang tersebar di banyak tempat, kemudian memilah-milah untuk
kemudian dipilih dan ditempatkan sesuai kategori yang sudah ditetapkan. Meski
demikian, tak urung masih banyak dan paling tidak ada saja yang tertinggalkan
karena berbagai kekurangan dan kesulitan data untuk melengkapinya. Dalam hal
demikian kita dapat memaklumi karena masyarakat kita belumlah dapat dikatakan
penyandang budaya yang melestarikan arsip-arsip harta miliknya sendiri. Itu
tidak tertutup kemungkinan di tangan penerusnya kelak akan ada pelanjut yang
melengkapi dan meneruskan usaha ini untuk kesempurnaan penampilannya.
Berbagai nuansa tulisan yang
dihimpun dalam terbitan ini diyakini ditulis oleh berbagai sumber yang tadinya
pernah punya kepedulian terhadap Kandangan khususnya atau terhadap Hulu Sungai
Selatan umumnya. Berbagai romantisme sastra dari berbagai generasi dikurun
1930-an sampai 2000-an kiranya tak pelak lagi pernah menyemangati banua ini
dengan tulisan-tulisan mereka. Karya-karya yang demikian adalah pilar atau
monumen yang dibangun penulisnya pada zamannya. Bila kita simak dan hayati saat
ini ia bagaikan membuka jendela masa lalu yang mengisyaratkan bahwa mereka
pernah ada dan pernah hadir disini, di kota Kandangan ini. Tidaklah berlebihan
bila usaha seperti ini dapat dikatakan sebagai bukti bahwa kecintaan terhadap
banua yang merupakan perwujudan dari perasaan cinta terhadap tanah air
Indonesia tidaklah pernah padam. Berbagai cara dapat dilakukan dan salah
satunya adalah membangun kebersamaan perasaan memiliki seperti ditemukan dalam
kumpulan nuansa sastra ini. Kita berharap karya ini mendapat tempat dihati pembaca
dan memperkaya khazanah tulis di bumi tercinta ini.***
Kandangan, ujung Desember 2003
H Uda
Djarani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar