Selasa, 16 Desember 2014

Haratai Oh Haratai

Rabu, 17 Desember 2014

Perjalanan menuju Haratai adalah perjalanan yang cukup menegangkan. Arus sungai yang deras. Gunung Kantawan kian membayang. Loksado menjelma kehidupan yang nisbi. Menuju Haratai sangat melelahkan.

Saya sedang berada di masjid Darusshalihin Loksado, bersama beberapa teman untuk menunaikan shalat fardhu Dzuhur. Kami berangkat menuju ke kawasan Air Terjun Haratai setelah shalat Dzuhur dan istirahat makan siang.

Ke warung memesan teh es dan mie soto Banjar. Mendengarkan warga Loksado bercengkerama. Tapi kami tak mengerti. Kental dengan logat Bukitnya. Akan tetapi samar-samar terdengar mereka membicarakan soal desa dan problematikanya.
Ada anak-anak desa ke warung. Pemilik warung berinteraksi. Suasana warung kian ramai. Pengunjung bertambah. Saya menggeser pantat. Memberi tempat kepada pengunjung yang baru datang. Kami menyantap sajian yang barusan dipesan.

Kami dalam perjalanan. Jalan dengan bebatuan tanpa aspal. Jalur yang menanjak. Dikiri kanan jalan terdapat pohon jati, bambu, karet, dsb. Sesekali kami berpapasan dengan penduduk setempat. Dilain tempat kami temui kuburan Nasrani.

Jalan menanjak dan curam seringkali kami temui sehingga perjalanan terasa cukup melelahkan. Beban sangat berat. Tanaman bambu di sekeliling menambah suasana kian ritmis lagi mengasyikkan. Suasana damai, tenang, dan romantis.

Perjalanan terus berlangsung. Dikiri kanan jalan terdapat pepohonan karet dan bambu. Jalan yang kami lewati terasa sangat menanjak dan curam.

Kami menemukan sekumpulan jamur yang berada dibagian batang pohon. Namun disini tidak ada tanaman langka karena di Angkinang gin ada. Perjalanan terus berlangsung dan terasa cukup melelahkan. Karena air terjun Haratai yang dituju belum juga ada tanda-tandanya. Kami terus berjalan. Lalu kami tibalah dekat pintu gerbang air terjun Haratai beberapa ratus meter lagi.

Kami melewati jalan tanah kuning yang becek dan bekas motor trail lewat. Perjalanan terus menanjak dan sangat melelahkan. Kami terus berjalan. Suara air terjun sudah dekat. Ada tanaman padi tugal yang mulai berbuah.

Saat ini kami sedang berada di kawasan air terjun Haratai yang begitu deras turun ke bawah. Banyak bebatuan besar menyembul di kiri-kanan.

Sungguh suatu anugerah Tuhan yang begitu besar. Loksado memang eksotis. Haratai oh Haratai. Begitu indah dan menawan. Desir air sangat ritmis.

Kami sangat menikmati keadaan seperti ini. Mudah-mudahan anugerah ini tetap terjaga dan lestari. Semoga kilau permata di sore ini, tepat pukul 14.30 Wita kian menggairahkan dunia.

Saya terus berada di kawasan air terjun Haratai bersama dua orang teman lainnya. Menyaksikan anugerah Tuhan. Terasa begitu menakjubkan kekayaan alam yang diberikan kepada tanah Loksado.

Inilah yang dianugerahkan kepada Desa Haratai, Kecamatan Loksado, Kabupaten HSS. Sebuah objek wisata air terjun yang begitu indah dan cukup mengesankan. Sebagai sarana wisata keluarga yang bagus untuk dikunjungi.

Kami akan pulang menuruni anak tangga di kawasan air terjun Haratai. Yang tinggi beberapa meter dari tempat kami istirahat. Kami melanjutkan perjalanan ke tempat lain di kawasan Loksado. Hutan yang hijau dan rimbun sangat mengesankan di tempat ini. Kami menemui beberapa shelter / tempat istirahat di tepi jalan yang disponsori PT Angkasa Pura Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru. Tangga terus kami turuni. Menunggu teman yang sedang berada di bawah untuk naik ke atas.

Yang sangat disayangkan di area air terjun ini banyak sampah berserakan dimana-mana. Terutama plastik bekas bungkusan makanan ringan. Juga sarana prasarana penunjang seperti WC, dindingnya dicoret-coret dengan cat semprot. Sehingga terlihat jorok dan kotor. Merusak pemandangan. Tidak enak dipandang mata. Seakan-akan dibiarkan begitu saja oleh pengelolanya.

Juga terdapat bangunan sekretariat PNPM Pariwisata 2010 Anggrek Meratus Desa Haratai.
Pulang dari Haratai lagi-lagi kami bersantai di SDN Loklahung. Mencari ilham dan inspirasi. Di depan sekolah tersebut saya menyaksikan ada bacaan di dinding depan ” Raih Prestasi Masa Depan. Hormati Semua Agama, Guru, Orangtua. Jangan Lupa Ibadah”
Di Mawangi hujan lebat. Kami berteduh di sebuah warung beberapa saat. Sampai setengah jam hujan tak juga reda. Karena hari sudah senja akhirnya kami pulang berbasah-basah ria sampai ke rumah.***


Loksado, 4 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana Janas Transka di Lukdalam Angkinang Ahad Pagi

 Rabu, 27 November 2024 Beginilah suasana Jalan Nasional Trans Kalimantan (Janas Transka) di sekitaran Lukdalam, Desa Angkinang, Kecamatan A...