Kutipan novel anak
Sindang Langit Tanah Airmata (Djarani EM).
Kata pengantar
SLTAM ini merupakan buku keempat
dari tetralogi yang berkisah tentang petualangan anak-anak balai di hunjuran
pegunungan Meratus. Tiga buku sebelumnya adalah Ketapel, Sangga Langit, dan
Lelehe. Kisah-kisah yang diceritakan dalam buku keempat ini juga berkaitan
dengan tiga buku sebelumnya. Masing-masing judul buku tersebut dapat dibaca
secara terpisah. Namun demikian, bila menghendaki kepuasan dalam melengkapi
keingintahuan, sebaiknya tiga buku sebelumnya juga ikut dibaca.
Dalam SLTAM ini dikisahkan
perjuangan Kinul yang mengalami banyak tantangan dan hambatan saat dia berusaha
memasyarakatkan ide perubahan lahan pertanian menetap di daerah Loksado.
………………
Percik-percik api terdengar
dikegelapan. Hal yang sama terjadi setiap kali pahat besi beradu keras dengan
batu gunung.
……………
Loksado adalah desa kelahiran dan
lingkungan yang membuat Kinul seperti lahir kembali. (hal 25-26)
……………
Tokoh dalam novel anak SLTAM :
Kinul, Masuasa (Uca), Adam, Abidin, Margareta, Limar, Ancang, Lisna, Dung
Manang, Langgai, dll.
……………………….
Ketika berada dibawah, kamu boleh
gamang memandangi ketinggian gunung. Kamu boleh tersenyum saat kamu pandangi
keluasan alam yang banglas. Namun, bila kamu sudah berdiri di puncak yang
selama ini kamu rindukan, kamu akan sadar bahwa ketinggian bukanlah jarak yang
tidak tertaklukkan, asal tapak demi tapak kakimu diayun dengan pasti saat
mendakinya. Suatu saat kamu akan sampai diketinggian yang menjadi puncak
cita-citamu. (hal 26)
……………………..
Kak Adam,
Kadang airmata dapat berkisah jauh kebih banyak daripada yang mampu diungkapkan
orang. Bila airmata tersebut sempat membumi, menyentuh tanah harapan, akan
lebih banyak lagi yang disampaikan.
Tanah, seperti juga harapan perlu
disuburkan, perlu disiram. Tidak mengapa bila sesekali ada guyuran air dari
langit. Segar suburnya tanah dan harapan dapat ditelusuri dari kebermaknaan
yang dikandungnya.
Biarkan air memuara dari mata. Mata
yang sehat adalah mata yang berair. Biarkan mat air membersit dari sela batu,
di gunung atau di lembah. Gunung dan lembah yang mengandung air adalah
lingkungan yang sehat dan menjanjikan harapan.
Begitu juga halnya dengan Lisna,
Kinul, Ancang atau siapa saja yang sedang meraih harapan. Air mata yang kadang
akrab sikapilah senagai airmata harapan. Sangat manusiawi bila airmata
membersit dari ruangnya. Sangat alami pula bila di Sindang Langit ada airmata
dan mata air yang mengalir karena gravitasi bumi. Airmata dan mata air
merupakan pelengkap kehidupan.
Jangan resah bila di Sindang Langit
ada airmata yang berkisah. Bukankah di lahan garapan juga ada mata air yang
tercurah ?
Tidak mengapa, Sindang Langit memang
tanah garapan yang diawali keringat kerja dan tetes airmata. Namun pastikanlah
bahwa dibaliknya ada mata air yang melengkapi dan menjanjikan harapan bagi
mereka yang gigih berusaha. Wassalam Uca. (Halaman 92-93)
Lahir dengan penuh prihatin karena
menemukan Loksado seperti tidak terjamah oleh berbagai perubahan zaman yang
berkembang peesat. Huma lading berpindah masih diacu sebagai sistem pertanian
yang tidak tergantikan. Ketertinggalan budaya masih lekat mengikat. Pintu adat
masih terlalu kuat untuk dikuak agar keluasan kemajuan mampu mengubah
ketertinggalan. (halaman 25-26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar