Selasa, 7 Februari 2023
Saat ini musim bahuma tengah berlangsung di kampung saya, Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Ada yang sudah manaradak, menggunakanan bibit padi unggul. Sebelumnnya lahan sawah akan disemprot dengan obat pembasmi gulma.
Beberapa waktu kemudian akan ditraktor. Lahan siap ditanami. Bila lahan sudah siap, taradak yang sudah besar lalu diampak di lahan sawah berair. Agar bibit padi bisa cukup untuk ditanam. Menunggu waktu beberapa minggu.
Setelah ampakan besar, siap untuk ditanam di seluruh areal sawah. Selesai tanam, tinggal pemeliharaan. Banyak kumpai yang muncul di sela-sela tanaman padi. Juga berbagai jenis hama bakal hadir.
Padi tumbuh subur dan hijau menuju matang. Pemupukan sebelumnya sangat dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan. Menjelang panen, serangan hama dominan berikutnya adalah burung pipit manyar.
Ketika musim panen tiba. Saat panen digunakan alat berupa harit, ranggaman, mesin perontok padi. Bagi yang pakai harit, padi yang ditumpuk di batang padi, lalu bila sudah kering akan ditumpuk di pematang atau galangan sawah.
Lalu nanti bila sudah selesai semua haritannya dan penumpukannya akan dirontok dengan mesin perontok padi. Gunanya memisahkan batang padi dengan bulir padi. Hasil rontokan dimasukkan ke dalam karung plastik, yang sebelumnya tak lupa ditakar dengan gantang untuk mengetahui hasilnya.
Bila selesai bisa dibawa pulang ke rumah. Kalau sudah kering disimpan beberapa waktu. Kalau padinya basah terpaksa secara bertahap dijemur pada waktu matahari bersinar terik.
Semua butuh proses panjang dari awal hingga selesai. Bahuma memerlukan biaya produksi, tenaga kerja, serta waktu yang panjang. Itu proses bahuma sekarang ini. Sementara untuk bahuma waktu dulu agak murah, menggunakan tenaga manusia, tapi butuh proses cukup lama.***
Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (07/11/2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar