Gerobak sapi, mungkin kata yang sudah jarang kita dengar. Dan juga
merupakan benda yang sudah jarang kita lihat. Gerobak ini merupakan alat
transportasi jaman dulu. Sebelum kendaraan kendaraan modern marak di
jalanan gerobak sapi adalah sarana transportasi yang banyak dipakai oleh
kebanyakan orang. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan
perbaikan sarana jalan, maka sedikit demi sedikit kendaraan ini mulai
tersingkir, digantikan kendaraan dengan mesin bensin maupun diesel.
Di daerah pedesaan dan di jalan kecil lingkungan desa maka masih
sangat mungkin benda ini akan kita lihat dan digunakan masyarakat
sebagai alat transportasi barang dan orang, mengangkut hasil pertanian,
ataupun yang lainnya. Namun untuk di daerah perkotaan, apalagi dijalan
raya (Jalan Nasional atau Propinsi) maka gerobak sapi mungkin akan
sangat langka kita temukan.
Gerobak Sapi di kalangan orang banjar sudah menjadi alat tranportasi
barang dan orang sejak zaman dahulu kala. Bahkan gerobak sapi dahulu
lebih besar kalau dibandingkan dengan gerobak sapi sekarang, dan gerobak
dulu seringnya di tarik dengan 2 ekor sapi, sedangkan sekarang hanya
ditarik 1 ekor sapi. Di daerah Hulu Sungai biasanya gerobak sapi ini
digunakan untuk mengangkut barang tertentu, seperti batang kayu, batang
rumbia, barang dagangan dll.
Pada tahun 2000-an ke bawah gerobak sapi masih sering terlihat lewat
di jalan Nasional di daerah Hulu Sungai, namun dengan banyaknya moda
transportasi yang lain, lebih efektif dan efesien maka sekarang gerobak
sapi mulai tersingkir di kalangan orang banjar. Sekarang sangatlah
jarang ada gerobak sapi lewat jalan nasional dan provinsi khususnya di
daerah Kandangan (Hulu Sungai Selatan).
Dalam pantauan saya, hal ini rada sedikit berbeda dengan di Barabai
(Kabupaten hulu Sungai Tengah), dimana Gerobak sapi masih sering
terlihat di jalanan Nasional ataupun provinsi di Barabai. Ada yang
membawa kayu, atau juga batang rumbia untuk dijual sebagai pakan ternak
itik, dan lebih seringnya juga untuk membawa barang dagangan untuk di
jual di pasar mingguan di daerah Kab. HST atapun juga di daerah
perbatasan di HSS, seperti di pasar Pantai Hambawang (hari selasa) dan
juga pasar Bagambir (hari Jum’at).
Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya gerobak sapi (mungkin bisa
sampai 5 atau 10 gerobak sapi) yang diparkir di pinggiran jalan nasional
dekat pasar Bagambir pada setiap hari jumat pagi-siang. Pasar Bagambir
yang terletak di Desa Bamban, Kec. Angkinang, Kab. Hulu Sungai Selatan
ini sangat dekat dengan perbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
mungkin kira-kira sekitar 200 meter dari perbatasan (pintu gerbang
Kabupaten). Dan memang kebanyak gerobak sapi itu berasal dari Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
Inilah bagian sejarah, dimana sesuatu akan menggantikan sesuatu yang
lain, peradaban akan menemukan pilihannya dan sesuai dengan
kebutuhannya. Kalau mengikuti teori Aristoteles tentang Siklus
Peradaban, maka bagian sejarah akan selalu terulang. Timbul lalu
hilang/digantikan dan selanjutnya akan timbul kembali . . . begitu
seterusnya . . .***
Sumber : Muhammad Afif Bizri (avivsyuhada.wordpress.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar