Tengah asyik membersihkan rumah
kakeknya yang berantakan karena diroboh untuk direnovasi, tiba-tiba mata Adit
menatap pada sebuah sudut. Ternyata ada lembaran kertas buku yang sudah tua.
Berhamburan kesana kemari. Lantas dikumpulkan Adit. Setelah selesai dikumpulkan
jumlahnya mencapai lima puluh lembar lebih. Entah siapa penerbit, dan tahun
terbit buku itu ? Karena sampul depan tak ditemukan sebab sudah lusuh, dimakan
rayap dan hurufnya sudah terhapus. Hanya judulnya saja yang ada. Buku itu buku
dongeng. Judulnya Bidadari Tawia. Ringkasan ceritanya sebagai berikut :
Pada zaman dahulu ada sebuah
kerajaan bernama Tawia. Kerajaan ini walau berada di daerah terpencil namun
warganya hidup makmur tenteram dan damai. Sebagian besar warga kerajaan itu
berprofesi sebagai petani. Saat musim bertani ramai pula orang mencari ikan.
Kemasyhuran Tawia menjadikan negeri ini ramai didatangi orang.
Tak jauh dari sebatang pohon
terdapat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Upir. Telaga itu berisi tanaman
hias dan beragam ikan. Sementara di sekitarnya juga terdapat burung-burung
bersarang dan jadi tempat tinggal mereka. Seperti burung tiung, jalak, bintri,
dsb.
Saat itu ada seorang pemuda yang
berasal dari Angkinang tengah asyik mencari ikan di sekitar telaga tersebut.
Pemuda yang berpakaian compang-camping itu diduga berasal dari keluarga tidak
mampu. Tapi semangatnya menjalani hidup patut diacungi jempol. Untuk itulah
pemuda tersebut rajin membantu orangtuanya baik di sawah atau tempat lainnya.
Disela-sela senggang pemuda itu mencari ikan baik dengan memancing atau
menggunakan alat lainnya. Dengan berjalan kaki pemuda itu pun pergi. Sampai
kemudian ia berada di wilayah kerajaan Tawia. Karena kelelahan ia terlelap di
bawah pohon tak jauh dari Telaga Upir.
Saat terbangun alangkah terkejutnya
pemuda tadi. Dimana suatu pemandangan aneh terlihat. Ada seorang gadis cantik
sedang mandi di telaga yang tak jauh dari tempat pemuda tadi tertidur. Pemuda
itu baru merasa kali itu melihat kecantikan gadis tersebut. Lalu pemuda itu
mengintip dari rerimbunan daun pohon itu, aktifitas yang dikerjakan gadis itu.
Ia pun berandai-andai, jika dapat mempersunting gadis itu, alangkah indahnya
dunia.
Gadis itu, ternyata puteri raja
Tawia, Andini namanya. Tetapi wanita itu tiba-tiba menghilang. Dilanda oleh
keterkejutan pemuda itu pulang ke rumah. Siapakah sebenarnya gadis itu ?
Seperti biasa besok harinya pemuda
itu kembali datang ke telaga itu. Puteri raja berikrar kelak di suatu masa
nanti harus ada seorang gadis dari kerajaan Tawia yang kawin dengan pemuda yang
berasal dari Angkinang. Kalau ikrar itu dilanggar bakal terjadi bencana di
kerajaan Tawia nantinya.
Entah bagaimana akhir kelanjutan
cerita ini karena halaman berikutnya tidak ada. Yang pasti ini hanya dongeng
yang dikutip dari buku Bidadari Tawia yang tak sengaja ditemukan Adit saat
membersihkan rumah kakeknya yang bakal direnovasi.
Tapi tentang Telaga Upir yang
disebutkan dalam cerita tadi sampai sekarang menurut Adit ada buktinya. Karena
Adit pernah waktu kecil diajak sang kakek ke tempat tersebut. Angan Adit pun
melayang tinggi kalau ia punya banyak dana. Cerita dari buku yang ternyata
penulisnya adalah kakeknya sendiri itu, akan diangkat ke layar lebar, dijadikan
film atau sinetron. Dengan bintangnya Mariatul Qibtiyah yang berperan
sebagai Puteri Andini. Adit sendiri
sebagai pemuda dari Angkinang. Gitchu...!
Kandangan, 4 Oktober 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar