Selasa, 13 Agustus 2013

BIDADARI TAWIA

SELASA, 13 AGUSTUS 2013


            Tengah asyik membersihkan rumah kakeknya yang berantakan karena diroboh untuk direnovasi, tiba-tiba mata Adit menatap pada sebuah sudut. Ternyata ada lembaran kertas buku yang sudah tua. Berhamburan kesana kemari. Lantas dikumpulkan Adit. Setelah selesai dikumpulkan jumlahnya mencapai lima puluh lembar lebih. Entah siapa penerbit, dan tahun terbit buku itu ? Karena sampul depan tak ditemukan sebab sudah lusuh, dimakan rayap dan hurufnya sudah terhapus. Hanya judulnya saja yang ada. Buku itu buku dongeng. Judulnya Bidadari Tawia. Ringkasan ceritanya sebagai berikut :

            Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan bernama Tawia. Kerajaan ini walau berada di daerah terpencil namun warganya hidup makmur tenteram dan damai. Sebagian besar warga kerajaan itu berprofesi sebagai petani. Saat musim bertani ramai pula orang mencari ikan. Kemasyhuran Tawia menjadikan negeri ini ramai didatangi orang.

            Tak jauh dari sebatang pohon terdapat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Upir. Telaga itu berisi tanaman hias dan beragam ikan. Sementara di sekitarnya juga terdapat burung-burung bersarang dan jadi tempat tinggal mereka. Seperti burung tiung, jalak, bintri, dsb.

            Saat itu ada seorang pemuda yang berasal dari Angkinang tengah asyik mencari ikan di sekitar telaga tersebut. Pemuda yang berpakaian compang-camping itu diduga berasal dari keluarga tidak mampu. Tapi semangatnya menjalani hidup patut diacungi jempol. Untuk itulah pemuda tersebut rajin membantu orangtuanya baik di sawah atau tempat lainnya. Disela-sela senggang pemuda itu mencari ikan baik dengan memancing atau menggunakan alat lainnya. Dengan berjalan kaki pemuda itu pun pergi. Sampai kemudian ia berada di wilayah kerajaan Tawia. Karena kelelahan ia terlelap di bawah pohon tak jauh dari Telaga Upir.

            Saat terbangun alangkah terkejutnya pemuda tadi. Dimana suatu pemandangan aneh terlihat. Ada seorang gadis cantik sedang mandi di telaga yang tak jauh dari tempat pemuda tadi tertidur. Pemuda itu baru merasa kali itu melihat kecantikan gadis tersebut. Lalu pemuda itu mengintip dari rerimbunan daun pohon itu, aktifitas yang dikerjakan gadis itu. Ia pun berandai-andai, jika dapat mempersunting gadis itu, alangkah indahnya dunia.

            Gadis itu, ternyata puteri raja Tawia, Andini namanya. Tetapi wanita itu tiba-tiba menghilang. Dilanda oleh keterkejutan pemuda itu pulang ke rumah. Siapakah sebenarnya gadis itu ?

            Seperti biasa besok harinya pemuda itu kembali datang ke telaga itu. Puteri raja berikrar kelak di suatu masa nanti harus ada seorang gadis dari kerajaan Tawia yang kawin dengan pemuda yang berasal dari Angkinang. Kalau ikrar itu dilanggar bakal terjadi bencana di kerajaan Tawia nantinya.

            Entah bagaimana akhir kelanjutan cerita ini karena halaman berikutnya tidak ada. Yang pasti ini hanya dongeng yang dikutip dari buku Bidadari Tawia yang tak sengaja ditemukan Adit saat membersihkan rumah kakeknya yang bakal direnovasi.

            Tapi tentang Telaga Upir yang disebutkan dalam cerita tadi sampai sekarang menurut Adit ada buktinya. Karena Adit pernah waktu kecil diajak sang kakek ke tempat tersebut. Angan Adit pun melayang tinggi kalau ia punya banyak dana. Cerita dari buku yang ternyata penulisnya adalah kakeknya sendiri itu, akan diangkat ke layar lebar, dijadikan film atau sinetron. Dengan bintangnya Mariatul Qibtiyah yang berperan sebagai  Puteri Andini. Adit sendiri sebagai pemuda dari Angkinang. Gitchu...!

Kandangan, 4 Oktober 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jembatan MTsN 3 HSS Jumat Pagi

 Jumat, 26 April 2024 Melihat kondisi jembatan kayu ulin MTsN 3 HSS, pada hari Jumat (26/04/2024) pagi. (ahu)