DARI MANA ASALNYA ?
“
Dit belikan mie goreng,” ujar Evi di depan koperasi saat aku menuju warung
depan. Evi dkk sedang mencuci piring. Hari itu kena giliran mereka.
Terlihat Evi begitu lembut dan
manis. Kecantikannya seperti artis sinetron. Tak kuduga Kalsel kaya akan
manusia cantik. Salah satunya Evi tadi. Lamunanku lenyap seketika saat tukang
warung menanyakan apa yang dibeli. Lalu kusebut satu-persatu. Termasuk mie goreng
yang dipesan Evi. Kubelikan sebanyak tiga bungkus. Sementara tak lupa beli
permen kebangsaanku ‘Alpien Liebe’.
Aku beranjak ke wisma. Pesanan Evi
kuserahkan. Saat Evi mau membayar kukatakan tidak usah. “Dit sedang cair,” ucap
Nurul yang berada disamping Evi. “ Makasih Dit,” ujar Evi. Kami berpisah.
Hubunganku dengan Dhea Ananda makin
akrab saja. Kami cinta lokasi karena syuting sinetron Anak Haram yang tayang di
RCTI tiap malam Sabtu menggantikan sinetron Wong Cilik.
Penampilan Dhea yang funky abiz
membuatku cinta padanya. Duh Dhea walau usiamu lebih muda dariku. Aku
bertengkar dengan Syam’ani soal Evi. Bahkan berbuntut perkelahian adu fisik.
Teman-teman di wisma A membela aku. Sementara di wisma B juga membelaku. Ini
karena mereka temanku. Rasa cemburu yang tak tertahankan melihat Evi dikencani
Syam’ani . Pada saatnya bom kecemburuan itu meledak.
Akibatnya sanksi menghadang dari
Kepala BS. Aku disuruh menyelesaikan rumput panjang untuk dipotong di depan
kantor kepala. Sementara Syam’ani mendapat tugas yang sama di belakang wisma
Nusa Indah dan Anggrek.
Melihat kasus ini Evi berusaha untuk
netral. Denganku Evi biasa-biasa saja bersikap. Juga dengan Syam’ani. Tadi
malam Alik merekam music disco di radio FM yang ada di Banjarmasin. Paginya
saat senam diputar. Sehingga ada yang berjingkrak-jingkrak ria. Asyik memang
kedengarannya.
Yang berkesan hari ini dengan Evi.
Karena menstruasi Evi tidak lincah saat senam di depan aula. Ia kurang terlihat
kurang gerak. Evi mengaku saat BL payudaranya sakit. Ia minta dibelikan obat
peringan sakit.
Saat makan siang Evi kuberi makanan
ringan Joss tiga bungkus. Siang Evi minta dibelikan mie goreing. Mengambil baju
muslim anu Evi menjelang shalat Jum’at. Dia mencucikan dan sudah disetrika. Evi
tertawa saat melihat puisiku dimading yang baru dipajang di depan kelas
umum.***
Kandangan, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar