Rabu, 14 Agustus 2013

DINDA, PUSTAKAWAN CILIK INSPIRATIF

RABU, 14 AGUSTUS 2013

Rumah di kawasan Cipayung, Depok, Jawa Barat itu terlihat sepi dari depan. Namun begitu kita masuk ke salah satu ruangan di rumah itu, tampak sejumlah anak sedang asyik membaca buku di tangan masing-masing. Begitulah pemandangan setiap hari di Rumah Buku AlyaNayya.
“Awalnya karena banyak sekali koleksi buku kami di rumah. Rasanya, sayang jika hanya kami saja yang baca, sementara teman-temanku banyak yang suka baca tapi orangtua mereka tidak membelikan mereka buku cerita,” tutur Alya Namira Nasution yang biasa disapa Dinda.
Pada tahun 2010 Dinda pun mendirikan taman bacaan. Saat itu umur Dinda baru 9 tahun dan sudah tertarik menjadi pustawan cilik. “Dari usulan ayah, bunda dan adik, aku memberi nama perpustakaanku itu Rumah Buku AlyaNayya, yang merupakan paduan namaku dan adikku, Jingga Nayya. Awalnya sempat mau diberi nama Buka Buku, tapi kok kurang keren ya,” jelas putri sulung dua bersaudara pasangan Ade Nur Sa’adah dan Haris Nasution ini.
13732792791176561908
Dinda mengaku untuk mengundang pengunjung ke perpustakaannya banyak dibantu bundanya. “Bundaku yang selalu manggil anak-anak buat main ke rumahku untuk pinjam buku. Selain mengajak anak-anak tetangga, bunda juga minta ke guru sekolahku untuk menyuruh teman-temanku meminjam buku di rumahku,” jelas Dinda yang bertuga mencatat buku-buku yang dipinjam dan memeriksa buku di taman bacaannya.
Yang menarik, untuk membaca buku-buku koleksi di Rumah Buku AlyaNayya ini tak ada uang administrasi keanggotaan atau sewa buku. “Karena ini taman bacaan gratis, syarat utamanya hanya kejujuran untuk mengembalikan buku yang dipinjam. Sayangnya, tidak semua anak bisa ditantang buat berlaku jujur. Banyak sekali bukuku yang tidak mereka kembalikan. Kalaupun kembali, buku-buku itu sudah robek atau dicoret-coret,” tutur Dinda yang juga seorang penulis cilik sejak usia 8 tahun.
Marahkah Dinda mengetahui bukunya rusak? “Aku tetap senang. Yang penting aku bisa menularkan virus gemar membaca buat teman-temanku,” jawab Dinda buru-buru. Agar tak banyak buku yang dicoret pembaca, Dinda pun punya akal. “Aku membuat pembatas buku yang berisi pesan agar mereka menjaga buku yang mereka pinjam. Selain itu ya … harus banyak-banyak sabar dan ikhlas … hehehe.”
Dinda tak pernah ragu untuk terus menjalankan taman bacaannya karena dukungan dari orangtuanya. Apakah bentuk dukungannya? “Tentunya dengan menambah koleksi buku di taman bacaanku. Selain itu, bunda juga sering mengajak orang-orang untuk meminjam buku, jadinya taman bacaanku itu sering ramai di kunjungi orang sekitar. Kalau ibu-ibu lain pergi arisan bawa dagangan, bundaku malah bawa buku buat dipinjami ke anak-anak yang ikut arisan supaya nggak rewel. Sedangkan Ayah rutin membelikan ensiklopedia untuk perpustakaanku,” jelas Dinda.
Taman bacaan AlyaNayya buka pukul sepuluh pagi, tutupnya pukul empat sore. Biasanya akan ramai pada pukul duabelas hingga pukul dua siang. “Mungkin karena banyak dari mereka yang sudah pulang sekolah, atau sedang jam mainnya mereka,” imbuh penulis buku Kecil-Kecil Punya Karya berjudul Eyang Rendra ini.
Untuk jenis buku, berdasarkan data yang dicatat Dinda kebanyakan meminjam novel, buku dongeng, dan juga komik.
1373279415598738892
Alya Namira nasution biasa disapa Dinda, sang Pustakawan Cilik dengan segudang prestasi. (foto: koleksi pribadi)
Peringkat pertama dalam penerimaan siswa baru di SMP Negeri 1 Depok, dengan NEM 29,15 ini juga punya cara unik untuk meramaikan taman bacaannya. “Contohnya seperti lomba menggambar, mewarnai, mengarang, dan lain sebagainya. Lomba itu tentu saja juga disertai hadiah. Kalau kegiatan lomba membuat pembatas buku, biasanya hadiah yang di sediakan adalah buku. Jadi, anak-anak sekitar lebih suka mengikuti kegiatan lomba membuat pembatas buku itu. Kegatan itu biasanya diadakan kalau uang royaltiku keluar,” kata penulis cilik yang sudah menerbitkan 13 buku ini.
Sebagai pustakawan cilik, Dinda menemukan kebahagiaannya sendiri dengan mengurus taman bacaan. “Senang banget saat melihat banyak pengunjung yang meminjam buku. Soalnya, aku jadi tahu ternyata mereka juga punya minat baca yang besar, walaupun kadang-kadang sering asal-asalan merawat buku tersebut,” ucap Dinda.
Namun di antara kebahagiaannya, pernah terselip kesedihan di hati Dinda saat menjadi pustakawan cilik. “Aku sering kasihan melihat teman-teman yang datang meminjam buku ke perpustakaanku. Umumnya mereka itu anak orang yang ekonominya jauh di atas keluargaku tapi  keluarganya tidak merasa penting membelikan anaknya buku. Padahal anaknya suka sekali membaca buku. Aku jadi merasa beruntung memiliki orangtua seperti ayah dan bundaku, meski hidup kami sederhana, tapi orangtuaku memiliki perhatian yang besar kepada minat anak-anaknya,” jelas Dinda yang memiliki segudang prestasi, diantaranya Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional Kemendikbud, 2011.
Dinda berharap agar peminjam buku di perpustakaannya mau menambah minat baca mereka, dan lebih merawat buku-buku tersebut. “Impianku yang lain, semoga perpustakaanku tambah berkembang, dan koleksinya menjadi lebih banyak,” harap Dinda yang kini sudah memiliki koleksi 2000-an judul buku.
Semoga impianmu terwujud, Dinda. Teruslah menjadi agen perubahan untuk teman-teman di sekitarmu.
(ben/ Foto: dokumen pribadi)

Sumber : Benny Ramdhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...