Rabu (21/10/2015) pukul 09.00 WITA kabut asap pekat melanda Angkinang dan
sekitarnya. Saya tertarik melakukan jalan-jalan ke beberapa desa di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan (HSS). Siswa di madrasah, tempat saya bekerja dipulangkan
lebih awal. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan. Tak lupa bawa
kamera. Pertama singgah di Jembatan Kembar Muara Tawia.
Banyak kendaraan menyalakan lampu depan, untuk memberi tanda kepada
pengendara lainnya. Kabut berjarak hanya sekitar 50 meter saja. Setelah itu
saya ke pusat kota Kandangan. Hal yang sama saya lakukan foto-foto arus
lalulintas di tengah kabut asap yang menyelimuti. Kemudian saya menuju Telaga
Sili-Sili. Bertemu dan berbincang dengan Norbek, mantan Kepala Desa Telaga Sili-Sili.
Tak lama setelah itu saya terus ke Lokbinuang.
Singgah di warung Mamanya Helda, yang masih ada hubungan keluarga saya,
yakni dari pihak ayah saya. Pesan teh es dan beberapa gorengan. Saat saya mau
membayar dikatakan tidak usah. Cuma sekali-sekali saja, jadi gratis. Terus saya
ke Gumbil, Longawang, Bamban, dan kembali ke madrasah. Kabut kali ini saya rasa
paling parah dari sebelumnya.
Karena jarak pandang cukup dekat sekali. Langit terlihat menguning. Saat
jalan-jalan bertemu dengan anak-anak desa adalah kebahagiaan luar biasa. Memotret
mereka. Hal ini kerap saya lakukan bila saya melintasi desa-desa yang ada di
Kabupaten HSS. Atau daerah lainnya di Kalimantan Selatan. Lalu hasil perjalanan
berupa tulisan dan foto di posting ke blog pribadi.
Bersunyi diri adalah kesenangan luar biasa. Jalan mulus adalah kebahagiaan
luar biasa bila dilewati. Saya ikut landung
pulang ke rumah, karena rekan kerja ada tugas mendesak yang harus segera diselesaikan
hari itu juga. Jadi rencana saya mau ke Barabai pada malam hari batal. Mungkin nanti
ada waktu dan kesempatan lain. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar