Akhirnya saya bisa juga menginjakkan
kaki ke salah satu provinsi di Sumatera, yakni Bengkulu. Berdasar literatur
yang saya dapatkan secara garis besar keadaan iklim di provinsi ini keadaan
iklimnya suhu udara berkisar antara 23,4 c – 30,9 c dengan rata-rata 26,5 c.
Lalu kelembaban udara berkisar antara 82 % - 89 % dengan rata-rata 85 %. Curah
hujan rata-rata 265 mm pertahun. Rata-rata penyinaran matahari 58,6 %, tekanan
udara 925 mb, dan penguapan 126,8 mm.
Tiba di Bengkulu beragam cerita
menyeruak. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang provinsi ini. Bengkulu
memiliki maskot berupa Bunga Kibut dan Beruang Madu.
Kemudian dari penuturan warga pula
saya mengetahui tentang asal-usul Bengkulu. Nama Bengkulu diangkat dari sebuah
kisah sejarah. Kisah diawali saat sekelompok orang dari kerajaan Aceh melamar
Puteri Gading Cempaka. Puteri ini adalah anak dari Raja Sungai Serut, Ratu
Agung.
Lamaran tersebut ditolak oleh Raja
Sungai Serut. Terjadilah pertempuran hebat. Dalam peristiwa itu saudara Puteri
Gading Cempaka yang bernama Anak Dalam meneriakkan ‘Empang ka hulu, empang ka
hulu” yang berarti hambat, jangan sampai ke hulu. Dari kata-kata inilah, lahir
nama Bangkahulu atau Bengkulu.
Bengkulu dihuni oleh beberapa suku
bangsa. Suku bangsa tersebut terbagi atas suku bangsa asli dan suku bangsa
pendatang. Penduduk asli Bengkulu terdiri atas empat suku besar yakni suku
Melayu, suku Rejang, suku Serawai, dan suku Enggano.
Saat di Bengkulu yang saya temui
kuliner cukup memikat hati antara lain gelamai, dodol khas Bengkulu, perut
punai, nasi santan, kopi anggut, ikan pais, dan rebung asam.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar