Selasa, 27 Oktober 2020
[AHAD, 25 OKTOBER 2020]
>Shalat Isya di Langgar Al Kautsar malam Senin, Imam H Mastur, Muazin Bandi Puspa. Posisi saya saat shalat shaf depan kanan. Samping kanan Abin, samping kiri Bandi Puspa. Pakaian yang saya kenakan baju muslim hijau, tapih bigi raman etnik, dan kopiah hitam lawas.
>Usai shalat Isya malam Senin ke tempat Umanya Nisa. Ada manyaratus Abahnya Nisa, H Junaidi bin Iman. Urangnya kada tapi banyak, puang di dalam rumah. Pemimpin pembacaan Surah Yasin Husai HG, Tahlil Yus’an, dan Do’a Arwah H Mastur. Menu nasi putih, lauk yang saya makan daging karih. Ada juga acar, bubur babigi / hintalu karuang, limau madu, pisang mahuli, dsb. Posisi saya depan kanan. Samping kanan Kacit, samping kiri Budi Nida.
>Cerita itu seperti emas pada peri. Makin banyak yang kamu berikan, makin bertambah yang kamu miliki.
>Tak mungkin ada orang begitu banyak tahu sampai bisa mengatakan dengan pasti apa yang mungkin dan tak mungkin.
>Janganlah menghakimi musibah saat ia datang,karena dibalik itu semua pasti ada mukjizat yang tersembunyi.
>Satu percakapan bersama orang bijak sama nilainya dengan belajar sebulan dengan membaca buku.
>Hidup mengabdi adalah hidup yang pantas dijalani.
>Percayalah pada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah dia dalam segala tindakanmu, maka ia akan meluruskan jalanmu.
>Jangan sibuk mengurusi urusanmu sendiri, tapi perhatikanlah kebutuhan orang lain dengan kasih dan kebaikan hati.
>Setiap orang memiliki takdirnya sendiri ; satu-satunya keharusan adalah mengikutinya, menerimanya, kemana pun takdir itu menuntunnya.
>Yang lebih penting adalah mengingat cinta yang dilimpahkan seseorang dan bukan mengingat namanya.
>Pulang saruan manyaratus H Junaidi bin Iman, di tempat Umanya Nisa malam Senin, sudah sampai di rumah, hujan lebat turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar