Setiap Kamis
rubrik Pengajian Malam Jum’at akan selalu
hadir menjumpai pembaca sekalian. Edisi hari
ini merupakan
ringkasan pengajian Tuan Guru Ahmad Zuhdiannoor atau Guru Zuhdi di Masjid
Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, pekan
sebelumnya. Mudah-mudahan bisa
menjadi pengingat dan bekal untuk melanjutkan
mengikuti pengajian yang sama pada malam hari ini.
Kitab Ihya
Ulumuddin, satu karangan yang amat sangat luar biasa, yang tidak akan mungkin
bisa ditiru oleh siapapun, yaitu karangan Al Imam A Ghazali RA. Yang dipuji
oleh Rasulullah, yang dipuji oleh sahabat yang
empat. Bermula zahir daripada jalan-jalan orang shaleh yang harus kita turuti,
adalah menguasai ilmu agama, dan memperbanyak amal kebaikan,
serta ibadah kepada Allah SWT.
Dan batinnya
jalan itu, adalah mengurus urusan maqom dan
hal, yaitu sifat-sifat yang ada di dalam hati. Apabila sifat itu bisa
berubah-ubah, belum mantap
kebaikan-kebaikan di dalam hati kita, dinamakan itu hal. Apabila sudah mantap
dan kada baubah-ubah lagi dinamakan maqom. Sabar wayah-wayah tagawi,
wayah-wayah kada baarti masih hal di hati. Wayah-wayah syukur, wayah-wayah
hamuk. Hal dihati itu namanya. Apabila hati sudah mantap, sabarnya kada baubah
lagi, syukurnya kada baubah lagi, maka ngarannya
itu maqom. Itulah yang dinamakan kedudukan.
Hati mereka,
mereka isi dengan akhlak-akhlak yang mulia. Dan semua
yang dimilki oleh mereka,
menyebutkan rahasia sudah ada di dalam hati mereka,
yaitu ilmu ma’rifat. Oleh karena itu, kadang-kadang
mereka menzahirkan ilmu fiqih, nahwu, dan lainnya, namun mereka adalah
orang-orang yang memilki ilmu rahasia, yaitu ilmu ma’rifat.
Rahasia itu mereka simpan, dan hati mereka
seperti kuburan, yaitu
kuburan menyimpan orang-orang yang sudah mati,
maka hati meraka menyimpan rahasia-rahasia
Ilahi. Itu syariatnya orang orang dahulu, itu jalannya orang-orang bahari.
Jalannya orang
bahari, jalannya orang-orang shaleh adalah jalannya para wali-wali Allah, dan
jalannya para wali-wali adalah jalannya Rasulullah SAW. Barangsiapa mengikuti
jalannya orang shaleh, berarti mengkuti jalannya
Rasululah SAW. Jadi kalau ada orang yang mengaku
Jadi kalau orang yang mengaku mengikuti orang bahari, tapi kada mau menuntut
ilmu agama, maka nyata dustanya. Walaupun ia keturunan ulama, tapi kada mau menuntut ilmu agama, maka inya
kada menuruti jalan-jalan orang bahari.
Kemudian
kalaupun ia menuntut ilmu agama, tapi tidak ada amalan wajib maupun sunat yang
dikerjakannya, maka kada manuruti jalan-jalan
orang bahari. Jadi jalan
orang-orang shaleh, setelah zahirnya mereka lakukan,mereka lalu mengisi
hati dengan sabar, syukur, khusnudzon, jangan cinta pada dunia dsb. Kemudian
mereka sempurnakan dengan melihati dan memandang
siapa yang sebenarnya telah
menolongi dan memberi bantuan
kepadanya.
Sehingga mereka
hanya memandang dan melihat
Allah yang nyata di alam semesta. Mata mereka
memandang pohon, tetapi hati mereka memandang
Allah. Namun orang-orang bahari yang sudah
ma’rifat seperti itu, selalu
menyembunyikan ilmu rahasia yang mereka
miliki itu. Sebab apabila mereka berkata yang sebenarnya,
misal ketika mereka memandang
pohon lalu mereka mengatakan sedang memandang Allah, bingunglah
orang-orang yang disekitarnya.
Karena itu,
mereka lebih memilih untuk menutup rapat-rapat kepemilikan ilmu
rahasia mereka. Mereka lebih memilih berpura-pura
seperti orang biasa. Mereka simpan rahasia ma’rifat
itu selama-lamanya. Hatinya para wali adalah
kuburan semua rahasia. Orang yang mau bersahabat, mau dekat, dan mau mencintai
merekalah yang bakal dapat ilmu rahasia mereka itu. Adapun
orang yang memusuhi mereka, tidak akan
mendapat ilmu rahasia tersebut selama-lamanya.
Dan mereka
marah, cemburu, kalau rahasia itu dibuka-buka. Jadi kada sembarangan
ilmu ma’rifat itu disampaikan.
Kada sembarangan ilmu rahasia
itu diungkai. Karena bisa
membingungkan orang-orang yang disekitarnya.
Karena itu, ma’rifat
mereka hanya mereka tunjukkan dari dalam batin
mereka. Lalu kitab yang harus kita kaji
supaya jalan sama lawan orang bahari ? Jawabannya yaitu apa yang sudah dijelaskan
oleh Imam A Ghazali di dalam kitab-kitab beliau. Mulai
ilmu-ilmu dasar sampai mendalam.
Kitab Bidayatul
Hidayah ilmunya memang sederhana diantaranya kaya apa cara masuk jamban, kaya apa
keluar jamban, sederhana tapi itulah ilmu
bagaimana urang-urang bahari melakukan
seperti itu. Makan pakai tangan kanan, cebok pakai tangan kiri, di jamban
jangan lawas, itu semua sederhana,
tapi dijelaskan dalam kitab Bidayatul Hidayah karangan Imam Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad Al Ghazali. Baudu ada caranya, mandi wajib ada
aturannya, sembahyang ada peraturannya, sampai kepada seluruh ibadah.
Lalu kitab
Minhajul Abidin, sampai kemudian
pada karangan yang mengajaibkan
dunia bahkan akhirat, yaitu kitab Ihya Ulumuddin.
Satu karangan yang amat sangat luar biasa, yang tidak akan mungkin bisa
ditiru oleh siapapun, yaitu
karangan Al Imam Al Ghazali RA. Yang dipuji oleh Rasulullah, yang dipuji oleh
sahabat yang empat.
Pernah ada
seorang ulama menghina dan menjelek-jelekkan UIama Al
Ghazali, malamnya ulama itu bermimpi melihat
perkumpulan yang di dalamnya dibacakan kitab karangan Imam Ghazali. Sayyidina
Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina
Utsman, Sayyidina Ali dalam perkumpulan itu tampak juga ikut membaca kitab
tersebut. Mereka membaca tentang kisah Rasulullah SAW. Si ulama itu tadi pun
kada dihirani Rasululah.
Ulama
itu bertemu Rasul, tapi Rasul mengacuhkannya. Maka atas penghinaannya
terhadap Imam Al Ghazali, dalam mimpinya
itu si ulama dihukum cambuk. Dan ketika dia bangun,
ternyata bekas cambukannya masih ada. Padahal ia hanya dicambuk di dalam mimpi.
Maka setelah itu, si ulama tadipun segera
bertaubat daripada menjelek-jelekkan
Imam Al Ghazali.
Karangan Ihya
Ulumuddin tidak ada tandingannya, dan disukai para Habaib serta
wali-wali Allah. Para Habaib memuji
akan Ihya Ulumuddin. Kata mereka
: kami baca Ihya Ulumuddin,
hidup hati kami, senang hati kami, damai hati kami.
Bahkan mereka berkata ; seandainya yang
mati bisa bisa hidup kembali, mereka akan
berpesan selain daripada pesan-pesan yang lain, agar yang masih
hidup membaca serta mempelajari kitab Ihya Ulumuddin.
Jadi kita nang
ada disini, bilanya ada nang mahina-hina Imam Al Ghazali, jangan uumpatan.
Jangan sampai kita mempermasalahkan karangan Imam Ghazali, menganggap
hadits-hadits yang ada disana dhaif, karena ilmu kita tak ada apa-apanya
dibanding ilmu Imam Ghazali. Beliau langsung
mengambil hadits dari Rasulullah SAW.
Siapa yang
bertawasul, meminta berkat melalui
Imam Ghazali, do’anya akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Jadi kalau handak mangaji ilmu zahir atau ilmu
baibadah, buka karangan Imam Al Ghazali. Kalau bahasa Arabnya itu Bidayatul
Hidayah, yang melayunya iya Hidayatusshalikin. Masalah yang
batinnya pun ada jua disana.
Tapi ingatakan
mangajinya itu harus baguru. Nah, bagurunya ini pulang bujur-bujur guru. Tanpa
ada guru, kita tidak akan kenal apa-apa. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan
kita orang yang shaleh-shalehah dan bertemu dengan seorang guru, walaupun guru
itu adalah shalawat yang kita amalkan siang dan malam. Semoga hati ini suci dan
bersih, semoga Allah ampuni dosa dan kesalahan kita, semoga Allah memberikan
kita keimanan dan ma’rifat yang sempurna, Amin ya Rabbal ‘alamin. Minta ampun,
minta ridha.***
Sumber
: SKH Media Kalimantan, Kamis (12/11/2015) Halaman C7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar